00.24

506 102 9
                                    

Nasi putih dan sup miso adalah menu wajib di keluarga Mina. Entah itu sarapan pagi, makan siang atau makan malam. Dua hal itu gak boleh dilewatkan. Walaupun ada berbagai macam lauk pauk yang disajikan.

Malam ini keluarganya gak pergi ke mana mana. Papanya juga pulang agak cepat. Biasanya jam segini masih di rumah sakit. Lembur. Dan baru besok pagi pulang. Kakaknya juga tumben ada di rumah. Biasanya kalo malam minggu gini main sama timnya di basecamp.

Melihat mama sibuk dengan alat dapur, Mina berinisiatif membantu masak. Dia menaruh novelnya di atas bantal.

"teh tawarnya udah buat belum?" tanya Mina. Soalnya dia gak lihat adanya teh tawar di meja dapur. Cuma ada potongan ayam tanpa tulang yang habis dicuci segar, tomat buah, dan irisan selada. Serta sayur mayur untuk sup miso. Mulai dari baso, kentang, kubis, dan wortel.

"belum dong sayang. Mama aja baru selesai nyuci ayam sama sayurnya,"

"yaudah Mina aja yang buat,"

Mama mengangguk. Selain sup miso dan nasi putih, teh tawar juga wajib ada di meja makan selain air mineral khusus buat Mina.

Dua orang itu kerja sama memasak makan malam saat dua orang laki laki lainnya sibuk di ruang tengah.

Papa dan Kai kompak menggerakkan kepala melihat ke depan saat pintu bel rumah berbunyi. Setelahnya tatap-tatapan.

"papa aja deh,"

"kamu aja deh Kai. Kaki papa pegel pegel abis main golf,"

"kaki Kai juga remuk abis main bola,"

Mina menggelengkan kepala akan kelakuan ayah dan kakaknya. "bilang aja males buat ke depan." kata Mina mencibir.

Papa terkekeh pelan, disusul Kai yang langsung ketawa ngakak. Badannya yang besar bergetar saat tertawa.

"kamu terlalu peka sayang,"

"bukan peka. Kalian aja yang males. Udah hapal diluar kepala," gerutu Mina selesai menaruh teh tawar di atas meja makan.

Ia menghentak kakinya kesal. Melirik papa dan kakaknya sinis. "pokoknya kalian yang cuci piring,"

"iya iya. Yaampun bawel amat." balas Kai mencibir.

Beda lagi dengan papa Myoi yang menatap Kai lumayan lama dengan mulut mengatup rapat.

Firasat Kai mengatakan papanya gak mau cuci piring. "apa?" tanya Kai berdecak malas.

"abis makan malam papa ada jadwal operasi," bisik papanya yang bikin Kai mendengus sebal.

"gak ada alasan lain selain operasi?" pasalnya papa selalu absen kalo disuruh cuci piring. Pasti alasannya ada jadwal operasi. Sekali kali alasannya diganti, biar Kai gak makin dongkol.

Laki laki yang beranjak dewasa itu menghela napas panjang. "emang bener ya kata pepatah, buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Anaknya males, papanya aja males,"

"baru sadar Kai chan?" sindir mamanya menatap mereka berdua sambil menaikturunkan alisnya.

Kai mengangguk anggukkan kepalanya, "hai, ma," katanya.

Sedangkan papanya cuma bisa ketawa. "kamu kan udah gede. Minimal belajar lah, jadi calon suami. Jangan melulu nyusahin istri,"

"kayaknya papa butuh cermin deh Kai. Ambilin cermin sana, biar papa kamu ngaca," sahut mama dari dapur yang bisa mendengar obrolan suami dan anaknya di ruang tengah.

Giliran Kai yang ketawa puas, "tuh dengerin pa." ledeknya.

Di sisi lain wajah Mina kelihatan suram. Ketika pintu rumahnya terbuka lebar, ia kedapatan tamu gak diundang.

See Ya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang