Apartemen
Terdengar langkah kaki tergesa-gesa di sebuah lorong yang sepi, hanya terdapat seorang wanita dengan tangan yang terdapat kertas-kertas yang terlihat kusut
Tak lama kemudian wanita tersebut berhenti di depan sebuah pintu apartemen dengan nomor 213, entahlah ia dipanggil untuk datang diwaktu yang tidak tepat
Saat membuka pintu, terdengar suara aneh bahkan terdengar menjijikkan untuk didengar ditelinga nya "Sungguh sangat menjijikkan" gerutu wanita tersebut
Sampailah didepan pintu kamar yang tidak tertutup rapat membuat kegiatan mereka terlihat bagi wanita tersebut, panggil saja Velly
Saat ini Velly tengah melihat kekasihnya tengah berhubungan badan, walaupun itu hal biasa baginya karena ia sering melihat mereka melakukan seks
Walaupun begitu Velly tidak merasa sedih, namun hanya ada rasa jijik dan sesuatu akan keluar dari dalam perutnya melalui mulutnya, entahlah ia sering mual saat melihat adegan tersebut
Krek
Pintu terbuka lebar membuat mereka yang sedang berhubungan badan terlonjak kaget, belum sampai disitu, mereka kaget kembali saat mengetahui siapa yang membukanya
Velly
Yap kekasih dari seorang Marco, sang hiperseks. Walaupun hiperseks tapi dia tetap diterima oleh Velly
Marco mencintai Velly namun terkalahkan oleh nafsunya yang selalu membuncah. Bisa saja ia bercinta dengan kekasihnya, namun Velly selalu menolak dengan alasan ia ingin memberikan keperawanannya untuk suaminya kelak
Hubungan mereka memasuki bulan ke-3, Marco sudah sangat terlihat buruk dimata Velly, bahkan saat ini Velly menatap Marco bagai melihat kotoran anjing yang berserakan dimana-mana
"S-sayang" gugup Marco seraya melepaskan penyatuannya dengan jalang yang ia sewa. Sedangkan jalang tersebut langsung menutupi tubuhnya dengan selimut
"Waw pemandangan yang indah sayang" takjub Velly lalu bertepuk tangan dengan keras jangan lupakan tawa yang ikut mengguar, namun terlihat menyeramkan dimata Marco
"T-tunggu aku bisa jelasin" ucap Marco seraya beranjak dari kasurnya lalu memakai boxer yang tergeletak diatas lantai, setelah tertutup Marco segera menghampiri Velly, namun sang empu memundurkan langkahnya membuat langkah Marco berhenti begitu saja
"Tidak perlu dijelaskan, aku sudah tau sejak lama. Kamu hiperseks dan aku bisa memaklumi itu, namun lama-kelamaan kamu terlihat seperti orang yang tidak memiliki harga diri" jawaban dari Velly membuat Marco melebarkan matanya kaget
"T-tunggu ka-kamu tau kalo aku-"
"Iya aku tau, kamu hiperseks, dan karena itu kamu selalu mengajak aku untuk bercinta, tapi aku selalu nolak. Dan lihat, cinta kamu mengalahkan nafsu bejatmu" setelah mengucapkan kalimat tersebut, Velly segera keluar dari apartemen yang ditinggali oleh Marco dengan perasaan campur aduk
Sedangkan Marco terus meraung dengan tangisan yang menggelegar, membuat jalang yang masih ada disana merasa terganggu, lalu segera memakai pakaiannya dan pergi meninggalkan Marco seorang diri
•
•
•Taman
Tidak, Velly tidak menangis, dia hanya menatap dengan miris hidupnya, dengan keluarga yang jauh dan tidak ada sanak saudara yang dekat dengannya, membuat ia merasa sendiri
Ia berada di Indonesia sedangkan keluarganya berada di Spanyol, dia blesteran, bisa saja dia berada dinegara yang dimana keluarganya tinggal, namun karena sebuah pekerjaan dia harus berada disini
Saat ini Velly ada disebuah taman yang sepi karena jam menunjukan pukul 05.37pm, suasana sepi karena hampir malam
Dengan orang yang tak jauh dari Velly tengah menatap dengan perasaan cemas karena wanita tersebut sudah duduk disana selama berjam-jam
Karena tak tega, orang tersebut segera mendatangi Velly dengan tergesa-gesa lalu segera berdiri dihadapan Velly
"Nona" panggil orang tersebut membuat Velly yang tengah menutup mata akhirnya membuka mata untuk melihat siapa yang memanggilnya
Yang pertama Velly lihat hanya pria manis dan putih tengah menatapnya cemas "Apa yang kamu lakukan?" Tanya Velly dengan nada yang lemah karena ia merasa badannya sudah lemas
"Ayo ikut dengan saya, anda sudah berjam-jam duduk disini, lebih baik anda duduk di Cafe lalu menikmati coklat panas" jelasnya dengan menunjuk kearah Cafe yang memang tidak jauh dari taman tersebut, bahkan bisa dikatakan dekat sekali dengan taman yang sedang ia duduki
"Terima kasih atas tawarannya, namun saya tidak butuh, permisi" Ucap Velly seraya beranjak dari duduknya hendak pergi meninggalkan pria tersebut
"T tunggu" tanpa sangka pria tersebut memegang lengan Velly membuat Velly menatap tajam kearah pria tersebut
"Lepas" ucapan singkat dari Velly membuat pria tersebut langsung melepaskan pegangannya dan membiarkan Velly pergi kearah mobil yang tak jauh parkir dari tempat mereka
"Aneh, dikasih bantuan malah gak mau" gerutu pria tersebut seraya masuk kedalam Cafe lagi untuk bekerja kembali
Sedangkan Velly hanya bisa menatap ke arah pergelangan tangannya yang baru saja disentuh, itu adalah perasaan yang belum pernah ia rasakan semasa berpacaran dengan Marco
Entah kenapa rasanya hati Velly merasa lebih baik setelah melihat pria manis tersebut, tanpa sadar ia tersenyum tipis saat mengingatnya
"Aku akan datang untuk melihatnya" ucap Velly lalu segera meninggalkan taman tersebut dengan pria manisnya(?)
•
•
•Cafe
"Rey!" Panggil seorang pria kepada partner rekan kerjanya
Merasa terpanggil segera ia mendatanginya "Ada apa Jef?" Tanya pria tersebut
"Aku mau pulang dulu soalnya ada tugas kuliah mendadak, trus harus dikumpulkan nanti malam. Kamu aku tinggal dulu gak papa kan?"
"Oh gak papa kok, santai aja, bentar lagi Kak Agnes juga dateng kok" jelasnya
"Ya udah aku pulang dulu, bye" ucap Jeffry lalu pergi meninggalkan Cafe dengan seorang Reyhan didalamnya
"Huhh siapa ya tadi, cantik banget, bule kah? Perasaan kek orang luar mukanya" gumam Reyhan tanpa memperhatikan pengunjung yang menatap aneh kearahnya
•
•
•