Bab 3

2.7K 244 7
                                    

Setelah sampai di rumah sakit Ana langsung di bawa dan di periksa oleh dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut. Selama Ana di periksa Mita menyuruh supirnya untuk menelefon salah satu pekerja di rumahnya untuk menyiapkan kamar yang akan di petempati oleh anak gadisnya.

Dan di sinilah sekarang Ana berada di sebuah kamaran yang luas dan memiliki dekorasi dan warna yang dominan putih dan abu-abu.

Setelah membersihkan dirin dan mengganti pakaiann yang sudah di siapkan. Ana langsung merebahkan dirinya di tempat tidur yang sangat empuk dan nyaman.

"Gila nih kasurnya empuk banget. Bisa tidur nyenyak nih gue walaupun ada badai, banjir, angin topan, sunami dan gunung meletus"kata Ana melebih-lebihkan

"Tuan"

"Eh anjing, astaga sistem lo boleh gak datangnya jangan ngagetin gue. Untung gue gak punya penyakit jantung, klau gak dah koid dah gue karna serangan jantung"

"Maaf tuan. Saya tidak bermaksud mengagetkan anda. Saya hanya ingin menyampaikan sedikit lagi anda akan berhasil menyelesaikan misi ini. Setelah nama Pratama ada di belakang nama anda dan di akui oleh seluruh keluarga pratama anda akan berhasil menyelesaikan misi ini"

"Iye-iye gue tahu. Sekarang gue mau tidur. Lo jangan berisik"

"Baik tuan. Selamat tidur"

"Hmm"

Saat jam menunjukkan pukul 19:00
Seluruh keluarga Pratama berkumpul di meja makan untuk memulai makan malam mereka. Saat ingin memulai acara makan malamnya Mita atau yang sering mereka sebut bunda menghentikan mereka.

"Jangan makan sekarang" larang bunda

"Loh emang kenapan bun?" Tanya verel yang mewakili semua kebingungan ayah dan para abangnya

" bunda mau ngomong sama kalian semua dan bunda harap kalian dengar cerita bunda dan jangan memotongnya" kata bunda dengan pandangan serius

Semuanya hanya diam tanda menyetujui perkataan wanita yang mereka sayangi ini.

"Sebenarnya tadi tuh....." cerita panjang bunda dengan semangatnya

"Nah gitu. Jadi kalian setuju gak dengan keputusan bunda mengangkat Ana menjadi keluarga kita" tanya bunda

"Kita harus lihat duluh anak itu seperti apa. Klau dia terlihat baik ayah akan setuju" kata Bram menjawab pertanyaan dari bunda

"Klau aku sih setuju bun. Udah lama aku pingin punya adik, akhirnya kesampaian juga" kata Verel sambil menyengir kuda

"Aku ikut ayah" kata Varel

"Hmm" jawab Aksa dengan deheman. Tapi tak ayal dia merasa penasaran dengan gadis yang berhasil membuat bundanya sebahagia ini

"Yaudah bunda panggil dulu yah Ananya" kata bunda bersiap-siap menuju untuk menjemput Ana

"Aksa aja" kata Aksa yang membuat bunda berhenti.

Bunda yang mendengar perkataan Aksa hanya menganggukkan kepalanya tanda menyetujui perkataan anaknya tersebut.

Sedangkan verel memelototkan matanya tanda tidak terima. Kan gue yang pertama setuju kenapa jadi dia yang jemput adik gue sih begitulah isi hatinya saat ini.

Sampai di depan kamar Ana. Aksa langsung mengetuk pintu tersebut, tapi tidak ada respon dari orang yang ada di dalam kamar tersebut. Dengan hati- hati Aksa membuka pintu itu dan mulai berjalan masuk kedalam kamar.

Dilihatnya ada gadis mungil sedang tidur di atas kasur tersebut dengan piyama yang menambah keimutannya.
Saat melihat gadis tersebut entah kenapa Aksa merasakan perasaan hangat yang menjalar di dalam hatinya. Perasaan sayang dan ingin melindungi seketika muncul saat melihat gadis itu sedang tidur dengan sangat nyenyak.

Transmigrasi Gadis LicikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang