Bab 7

2.4K 225 11
                                    

Ana saat ini sedang berada di taman belakang sekolah. Taman yang jarang di datangi oleh para siswa/siswi ini sebenarnya sangat indah di tambah dengan danau kecil yang menambah keindahannya. tapi entah mengapa para murid enggan datang ke taman ini.Dari tempatnya berdiri saat ini, Ana dapat melihat seorang gadis yang sedang duduk sendiri serta terdengar isakan kecil yang di keluarkan oleh gadis itu. Sisi lemah yang tidak di ketahui oleh semua orang bahkan kedua orang tuanya. Lexa, yah gadis yang di perhatikan Ana adalah Lexa.
"Di balik sikap yang dingin dan tatapan yang tajam ternyata lo masih memiliki sisi lemahnya juga yah" pandang Ana prihatin

"Tapi lo tenang aja, gua bakal bantu lo buat dapatin kebahagiaan. karna lo adalah pion terpenting yang dapat gue manfaatin dalam permainan gue" sambungnya dengan tersenyum miring dan mulai berjalan mendekati Lexa.

Lexa yang merasa ada yang mulai mendekat langsung menghapus air matanya secara kasar dan mengalihkan pandangannya kepada orang yang telah mengganggu dirinya. Tapi saat melihat siapa yang berada di hadapannya kini Lexa terdiam beberapa detik sampai akhirnya kembali merubah ekspresinya menjadi dingin kembali.

"H hai ka" sapa Ana dengan memperlihatkan wajah takut-takut

Lexa yang melihat wajah ketakutan dari gadis mungil di hadapannya merasa sedikit kasihan dan akhirnya dia melembutkan ekspresinya walaupun hanya sedikit.

"Siapa lo?" Tanya Lexa lembut. Bahkan dia sendiri merasa kaget dengan nada bicaranya yang tiba-tiba melembut. Setelah bertahun-tahun menggunakan nada dingin dan ketus ini kali pertama dia menggunakan nada selembut ini lagi.

"Nama aku tuh Ana. Kalau kakak namanya siapa?" jawab Ana dengan memperlihatkan senyum pepsodennya yang terlihat menggemaskan di mata Lexa. Bahkan skarang tanpa di sadarinya dia sekarang tersenyum, walaupun hanya senyuman tipis.

"Gue Lexa" jawab Lexa yang kembali duduk dan di ikuti oleh Ana

"Lo ngapain di sini?" Tanya Lexa

"Ana tuh mau ke Kelas eh malah gak tau jalan. Jadinya nyasar di sini deh, terus gak sengaja liat kak Lexa yang duduk sendirian sambil nangis" Jawab Ana panjang lebar

"Kak Lexa lagi ad masala yah?" Tanya Ana yang memperlihatkan wajah penasarannya

"Bukan urusan lo" jawab Lexa senis

"Aku mau cerita boleh?"tanya Ana yang  tidak mendapat respon dari Lexa

"Dulu Ana hidup dalam kemiskinan. Miskin banget malah di tambah gak punya siapa-siapa. Tidur di manapun bukan masalah buat Ana. Setiap Ana bangun dari tidur yang di pikiran Ana hanya satu, yaitu apakah hari ini Ana bisa makan. Setiap ngelewatin tempat yang jualan makanan Ana selalu ngelihatin orang-orang makan dengan harapan Ana bisa kenyang. Ana selalu iri ngelihat orang-orang yang masih memiliki orang tua, Ana juga iri ngelihat orang lain punya teman yang bisa di ajak bermain dan dapat di jadikan tempat untuk berbagi keluh kesah. Ana ingin bercerita tentang banyak hal, tapi... tidak ada satu orangpun yang mau dengerin cerita Ana karna memang tidak ada siapapun di hidup Ana. Dulu Ana sempat berfikir untuk bunuh diri karn ingin lari dari masalah hidup ini" cerita Ana dengan suara lirih dan pandangan kosong

Sedangkan Lexa yang mendengar kehidupan gadis di sebelahnya merasa kasihan dan berfikir ternyata masih ada orang yang lebih menderita dari dirinya.

"Tapi sekarang Ana senang kok. Ana bertemu sama sosok malaikat yang sekarang Ana panggil bunda. Bunda memberikan kehidupan baru pada Ana, memberikan makanan, tempat tinggal, bahkan keluarga. Sekarang Ana punya orang tua serta saudara yang baik dan sayanga banget sama Ana. Ana bahkan bisa ngerasain kasih sayang yang tulus dari mereka. Sekarang Ana punya tempat buat pulang, punya tempat buat bersandar bahkan buat berkeluh kesah. Kalau saja dulu Ana ngelakuin hal bodoh untuk mengakhiri hidup, mungkin Ana gak akan bisa ngerasain kebahagiaan seperti sekarang ini"

Transmigrasi Gadis LicikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang