Bab 12

1.4K 128 14
                                    

Sedangkan si kembar saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Tapi tiba-tiba saja mereka tidak sengaja menyerempet seorang gadis yang ingin menyebrang.

Verel yang melihata itu langsung menghentikan mobilnya dan langsung saja turun menghampiri perempuan tersebut.

"Hey lo gak papa kan" tanya Verel

"Aku gak papa kok" jawab perempuan itu. Saat dia akan berdiri terdengar suara ringisan yang di keluarkan dari bibir gadis tersebut karena merasa perih dengan sikuny yang lecet.

"Kalau gitu minggur" ucap Verel yang langsung mendorong perempuan di hadapannya itu tanpa perasaan dan membuat perempuan itu terduduk di pinggir jalan.

Tanpa sepatah katapun Verel langsung berjalan menuju ke mobilnya dan melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Sedangkan Varel hanya diam dan tak perduli dengan tindakan saudaranya itu.

Saat mobil mulai menjauh gadis yang terduduk di pinggir jalan itu langsung berdiri sambil membersihkan pakaiannya yang kotor.

"Kamu teryat gak berubah yah. Masih sama, gak perduli dengan penderitaan orang lain" ucap gadis tersebut dengan tatapan sendu

"Tapi gak papa" sambungnya sambil tersenyum manis
.........

"Nghhh" lirih Ana saat kesadaranya mulai terkumpul.

Sedangkan semua orang yang ada di ruangan itu langsung memusatkan perhatian merepa pada gadis yang sejak tadi menjadi sumber ke khawatiran meraka.

"Sayang kamu gak papa kan? Mana yang sakit? Bilang ke bunda sayang" tanya Mita saat melihat putrinya yang sudah sadarkan diri

"Bunda, ayah, abang" lirih Ana melihat semua orang yang sedang mengelilinginya

"Kenapa hmmm?" Tanya Aksa sambil mengelus kepala Ana

"Huaaaa kepala Ana sakit hikss huaaa" tangis Ana pecah saat merasakan kepalanya sangat sakit. Kali ini Ana benar-benar menangis tanpa ke pura-puraan.untuk pertama kalinya dia merasakan yang namanya sakit karna di kehidupan sebelumnya saat masih menjadi Laras dia tidak pernah terkena penyakit apapun.

Sedangkan semua orang yang ada di ruangan itu langsung panik mendengar tangisan Ana.
Aksa yang langsung menelefon dokter, ayah yang memeluk Ana dan memberikan kata-kata penenang, Varel yang memijat kepala Ana, Verel dan bunda yang ikutan menangis karna tidak tega melihat kondisi Ana.
Itulah serangkaian kegiatan yang di lakukan oleh mereka semua. Sedangkan para pekerja yang mendengar kekacauan yang terjadi hanya diam dan menyimpan tanda tanya di kepala mereka masing-masing tentang apa yang terjadi di balik pintu itu.

Setelah beberapa menit dokter datang dan langsung memeriksa kondisi Ana. Padahal beberapa jam yang lalu dokter itu telah selesai memeriksa nona mudanya itu saat masih belum sadarkan diri.
"Nasib... kalau bukan gajinya gede udah ngundurin diri dah gue jadi dokter pribadi keluarga ini" batin dokter tersebut.

"Nona muda hanya demam. Karna suhu tubuhnya yang tinggi sehingga menyebabkan kepala nona muda terasa sakit" ucap dokter tersebut berkeringat dingin karna melihat tatapan intes dari ketiga pria di hadapannya itu. Kenapa hanya tiga? Jawabannya karna satu lagi yaitu Verel sedang menangis sambil berpelukan dengan bundanya.

"Apa perlu putri saya di rawat di rumah sakit?" Tanya Bram dengan nada yang biasa yaitu nada dingin

"Itu tidak perlu. Tapi alangkah lebih baik jika nona muda di berikan infus" jawab dokter tersebut

"PATRIC" teriak Bram yang memanggil pengal sekaligus tangan kanannya.

"Iya tuan" ucap Patric yang setelah berhadapan dengan atasannya itu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigrasi Gadis LicikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang