Perasaan aneh

130 26 0
                                    

Sudah 4 hari sejak kejadian malam itu, sejeong tidak lagi melihat pria itu di cafe.
Dia merasa bersyukur karena tidak bertemu dengan pria merepotkan itu.

Pagi hari dia mengantarkan susu seperti biasa, pukul 08.30 dia harus mencuci piring di salah satu restoran. Lalu pukul 13.00 dia harus sudah berada di cafe sampai jam 23.00 malam. Yaa begitulah kesehariannya, selalu disibukkan dengan pekerjaan.

Di akhir pekan bahkan dia tidak mempunyai hari libur. Lelah? Pasti. Tetapi ketika sejeong hampir menyerah dia pasti selalu teringat ibunya yang tersiksa.

.....
Setelah cafe tutup sejeong langsung berlari menuju halte bus. Dia selalu berlari seperti itu setiap hari agar tidak tertinggal bus terakhir. Melelahkan bukan?
Dia menunggu di halte sendirian, duduk sendiri sambil sesekali memijit tangan dan memukul mukul kecil kaki kecilnya.

Tampak dari jauh sorot lampu mobil semakin mendekat, sejeong hanya mengabaikan itu dan tidak berfikir jika mobil ini akan berhenti didepannya.

Dan benar saja, mobil hitam itu berhenti didepan sejeong. Tidak lama seorang pria tinggi keluar dari mobil tersebut.

"Apa kau mau pulang?" Tanya pria itu yang tidak lain adalah park chanyeol .

Sejeong terkaget dan berdiri.
"Terserah aku mau kemana itu bukan urusanmu" jawab sejeong ketus.

"Hei.. mau sampai kapan kamu akan memusuhiku?" Tanya park chanyeol.

"Aku tidak pernah menganggapmu musuh, aku bahkan ingin memilih untuk tidak bertemu denganmu lagi jika pilihan itu ada" jawab sejeong sambil memalingkan wajah.

"Kenapa kau sangat keras kepala? Apa kau takut aku akan menggodamu lagi? Tidak bisakah kamu berbicara baik kepadaku?" Sahut park chanyeol.

"Hah?! Untuk apa aku berfikir seperti itu?" Sejeong emosi.

"Lalu? Tidak bisakah kita berteman? Aku berjanji akan menjadi teman yang baik. Tidak bisakah kamu melihat jika aku sangat kesepian?" Nada bicara Park chanyeol seakan memohon kepada sejeong agar dia bisa menerimanya dan berlaku baik kepadanya.

Sejeong terdiam mencerna kata kata pria ini, dia sudah 2 kali bertemu dengan pria aneh ini. Dia terlahir sebagai orang kaya, namun kenapa pria ini selalu sendiri? Tidak bisakah dia memper kerjakan seseorang untuk menemaninya? Rumah yang begitu besar itu juga terlihat sepi, dan ketika dia mabuk terlihat seakan beban yang sangat berat itu dipikulnya sendirian.

Sejeong masih mematung dan terlihat putus asa.

"Cukup perlakukan aku sebagai teman dan jangan macam2 padaku" jawab sejeong tegas.

Park chanyeol menarik nafas lega.

"Akhirnyaa, berarti sekarang apakah aku boleh mengantarmu pulang?" Tanya chanyeol berhati hati.

"Kali ini aku akan menerima bantuanmu karena sepertinya sudah tidak ada bus dibelakang" sahut sejeong sedikit kesal karena dia tidak punya pilihan.

Sejeong pun masuk kedalam mobil hitam itu.
Ketika didalam mobil suara handphone sejeong berbunyi.

"Hallo mina" jawab sejeong.

"Apa?? Nenekmu dirumah sakit? Lalu bagaimana keadaannya? Aku akan segera kesana, tenang saja ya mina... semua pasti akan baik baik saja." Sejeong menjawab telfon mina dengan panik dan takut jika sesuatu terjadi pada nenek mina.

"Sepertinya aku harus ke rumah sakit sekarang, kamu bisa menurunkan aku disini." Sejeong berbicara dengan park chanyeol.

"Kenapa aku harus menurunkanmu disini? Aku bisa mengantarmu" jawab park chanyeol.

Cause we youngTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang