Bismilah dulu ..
••✍••
“Salah satu ujian terberatnya laki laki ialah matanya yang selalu ingin memandang, dan salah satu ujian terberatnya wanita ialah dirinya yang selalu ingin di pandang,” ujar El membuat Luna menoleh.
“Maksud lo?” tanya Luna.
“Mening tutup lagi muka kamu pake hijab, biar saya gak terlalu mempokuskan kamu,”
“Heleh, iman lo aja yang lemah,”
“Heh dek, dosa lo ngomongin calon lo kayak gitu,” tegur Zay angkat bicara.
“Ya iya lah, berarti iman si El masih lemah. Masa liat muka gue aja langsung ke goda,”
“Bukan gitu, masalahnya, bukan cuma saya yang liatin kamu, tapi hampir satu caffe semua mata tertuju sama kamu,” jawab El yang sedari tadi memperhatikan sekitar.
Luna beralih menatap sekeliling, dan benar saja. Semua mata tertuju padanya, entah itu mengejeknya karna jerawat di wajahnya atau mungkin kagum padanya.
“Aneh ya, masa cewek cantik jerawatan,” bisik Zay membuat Luna melotot.
“Heh! Inget kata El gak tadi?”
“Enggak. Emang si El ngomong apa?”
“Tadi yang di mobil, tentang jerawat jerawat gitu, emang gak denger yah? Atau lo yang dongo? Tau deh,” cerocos Luna.
Zay dan El hanya mengangguk anggukan kepala meski mereka mengerti kemana arah bicara Luna. Namun sepertinya mereka sengaja mempermainkan gadis yang sedari tadi menekuk wajah.
Tak lama dari itu suara pintu caffe terbuka membuat ke tiganya menoleh. Tenggorokan Luna tercekat saat melihat dua orang yang baru memasuki caffe.
Vano menarik kursi untuk Sekar duduk membuat seisi caffe terkagum kagum karna sikap manis Vano.
Sedangkan El hanya diam memandang laki laki yang notabenenya pacar calon istrinya.
“Keren banget ya gak si? Kenapa coba Vano milih caffe yang sama buat jalan bareng si Sekar,” sinis Luna yang masih memandang ke duanya.
Vano yang tak sadar jika ada Luna di sini masih melanjutkan aktivitasnya memesan makanan.
“Hati gue nganggur kalo kayak gini ..” lirih Luna menopang gadu.
“Berikan hatimu kepada Allah, maka Allah akan memberikannya kepada seseorang yang benar benar layak untuk mendapatkannya,” Ujar El membuat Luna menghembuskan napas.
Mungkin Vano marah padanya karna ia tidak ingin di ajak jalan olehnya.
“Gimana sih dek, cepet lo putusin bege, ngapa masih lo diemin,” suruh Zay kesal sekaligus muak melihat cara Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL FATIH [END]
Roman pour Adolescents[𝑼𝑺𝑨𝑯𝑨𝑲𝑨𝑵 𝑭𝑶𝑳𝑳𝑶𝑾 𝑺𝑬𝑩𝑬𝑳𝑼𝑴 𝑩𝑨𝑪𝑨] Kita serasi tapi tidak serasa, kita sama sama tokoh utama tapi dalam buku yang berbeda, kita punya banyak persamaan kecuali perasaan. Di jodohkan dengan seorang ustadz? Akibat di jodohkan Luna...