04

78 9 0
                                    

Ohalo bre

Happy reading

Semua ingatan itu, ia benar benar bersumpah akan menguburnya sedalam mungkin, hingga hanya dia dan sang pencipta yang tau sakitnya

____

Suara klakson bersahutan sahutan Dengan Alsya yang duduk merenung, raganya disini tapi pikirannya melayang entah kemana

"Putri dady knpa hm?" Rean yg tak tahan dengan keheningan pun angkat bicara

Berapa minggu ini ia luangkan waktu nya untuk semakin dekat dengan putrinya, ya walaupun berkomunikasi lewat telfon, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatnya semakin dekat dengan sang putri

"Ken" balas Alsya tanpa mengalihkan pandangannya

Ia tak bisa bayangkan bagaimana kondisi ken tanpa dirinya

Apa ken makan teratur?

Apa ken tak akan dipukuli sepertinya?

Sejauh ini ken hanya di caci maki belum sampai di tampar atau kekerasan lainya

Tapi Alsya yakin mental sang adik pasti sedikit terguncang hanya saja pria kecil itu pandai menutupi nya

Mobil mewah yang di tumpangi Alsya berhenti di antara pepohonan yang rimbun, yang ia yakini adalah hutan

Alsya mengerutkan dahinya ketika tak melihat dadynya di kursi kemudi, Pandanganya lalu beralih ke depan yang terhalang kaca mobil

Mata hanzelnya menangkap dadyny yang tengah berbicara pada seseorang dengan pakaian aneh, serbah hitam dengan mobil sport diblakangnya

Lama mengamati hingga tanpa sadar keluar pria kecil yang selama perjalanan tadi tak pernah absen dari pikirannya

"KAKAK"

Ken berlari secepat mungkin, membuka pintu mobil bagian depan yang Alsya duduki

Alsya membeku ketika ketika badan ken masuk dalam pelukannya "Ken astagaaa"

"B-bagaimana bisa?" Gumamnya

Ceklek

"Dad?"

Rean tersenyum hangat "Seneng hm?"

***

"Kak, om itu ayah ny kakak ya?" Cicit ken menunduk, ekor matanya sedikit melirik wajah sangar yang rean tampilkan

Alsya mendengus menatap wwjah sangar yang Dady nya pasang, ia tau dadynya tak sesangar itu

"Iya, kenalan gih" pintahnya

"Gamau takut" lirih ken

Rean terkekeh geli "hey bocah sini" panggilnya pada ken, tanganya menepuk pelan sofa di sampingnya, mengkode agar ken duduk disampingnya

Dengan tubuh sedikit bergetar ken berjalan menghampiri nya

Ia mengulurkan tangannya "ken om" pandangan menatap lantai putih bersih dibwahnya

Rean mengerut kan dahinya "om? No panggil saya Dady"

"Mulai sekarang kamu bagian dari ganenandra"

***

"Dad bagaimana bisa?"

Alsya sedari tadi menahan rasa ingin tahunya, bagaimana sang dady membawah Ken kesini, pasalnya sebelum Alsya pergi ken tak mau bertemu dengan dengan alibi marah karna akan pergi meninggalkan nya

"Sudalah itu tidak penting"

Alsya mendengus kesal selalu saja seperti ini

"Mau ketemuan abang?" Tanya rean

Alsya terdiam abang? Bukanya?

Rean tersenyum kecil memakluminya karna kemarin ia hanya menceritakan seperempat dari masa lalunya "abang ke tiga kamu"

"Alan, alansa namanya"

***

Kamar hotel yang Alsya tempat i kini diisi dengan celotehan ken yang tengah berbicara dengan Alan

Mereka ketinggalan pesawat dan akhirnya memutuskan singgah di hotel menunggui jadwal penerbangan selanjutnya

"Ken, mandi dulu, sejam lagi kita brangakt ketemu kak Alan"

"Beneran dad" binar ken disusul anggukan kepala oleh rean

"YEAYY, KEN MANDI DULU YA KAK LAN"

"Oke boy" balas alan diseberang sana

Manik indah Alan beralih menatap sang adik perempuannya

"Als"

"Iya kak"

"Jaga diri baik baik, kakak tau kamu kuat"

Alsya dan rean di buat kebingungan
"Apa maksudmu" tanya rean

Alan tersenyum, senyum misterius dimata rean

"Maksih dan maaf belum bisa natap kalian secara langsung" lirihnya disusul suara tembakan dengan kaos putih Alan yang sudah dilumuri darah

Alsya membeku keadaanya kini seperti tengah menonton film ber grnd posikopat, bedahnya yang menjadi korban kini abang kandung nya

Badannya lemas, kaki dan tangannya gemetar, pandangan tak berahlih sejenggal pun dari badan berlumur darah Alan begitupun dengan Rean otak nya ta berfungsi

Alsya benar' syok, dadanya perih hkngga tanpa sadar tangannya mengepal, hatinya bersumpah akan membalas semuanya

***

Disisi lain suara tawa menggema memenuhi ruangan kamar dengan lamptop yang menampilkan seorang lelaki berlumur darah yang beberapa menit lalu berhasil di tembak orang suruhannya

"Hahaha, akhirnya keponakan cacat ku mati juga"

"Huhh banyak sekali penghalang ku"

Senyum miring tersungging di bibir merah cabe nya "selamat bertemu adik perempuanmu Alan"

"Bersabarlah sebentar lagi akan ku kirimkan kakak kembarmu"

----

Vote

Komen

Share

Jan lpa

Penulis: evna

Lone WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang