07.00

11 2 2
                                    

24 Maret 2022

Hari ini suasana hatiku kembali bercampur aduk antara sedih dan nelangsa hanya karena satu hal sepele yang buat aku si overthinking ini berpikir berlebihan dan menganggapnya serius.

Padahal jika kupikir pikir dia itu termasuk orang yang tidak berkualitas sama sekali jika disandingkan dengan gaya hidupku _si introvert yang suka akan kesendirian_ sedangkan dia adalah burung rajawali bebas yang tidak bisa dikurung oleh sangkar besar bernama rumah.

Dulu ketika aku SMA, aku menganggap jika orang seperti itu akan seru. Akan cocok disandingkan dengan si penyendiri dan tidak suka keramaian seperti diriku.

Namun sekarang aku sadar. Jika semua itu salah. Salah besar aku telah menganggap jika mereka akan cocok satu sama lain. Nyatanya, hal itu berbanding terbalik dengan ekspektasi yang aku pikirkan.

Mereka tidak cocok bahkan dalam sudut pemikirannya tentang bagaimana caranya memandang indahnya dunia ini.

Karena si Ekstrovert akan memandang dunia ini dengan berpetualang seru. Bahkan kata salah satu temanku. Dia seorang Ekstrovert. Dia berpikiran jika hemat itu pangkal nolep alias no live.

Padahal di kaca mataku yang termasuk Introvert itu salah besar. Karena pada dasarnya hemat itu baik. Jika tidak baik kenapa ada pepatah hemat pangkal kaya?

Aneh gak sih haha.

Oke untuk lebih jelasnya mari kita panggil si Ekstrovert itu dengan panggilan si A.

Karena disini aku akan menceritakan keluh kesahku tentang si A. Yang sudah memupuk di kepalaku ini dan menyebabkan aku menjadi sedikit tidak pede dan sakit hati.

Pertama tama satu kata yang ingin aku ucapkan kepadanya hanya. AKU SUNGGUH BENCI DIA. SAMPAI KAPANPUN.

Karena aku dan dia sungguh bertolak belakang dalam memandang dunia ini. Karena yah kepribadian kita gak sama. Dan aku sungguh tidak nyaman jika harus dihadapkan dengan orang seperti dia di dunia ini.

Mungkin ini memang jalanku. Aku harus belajar menjadi pribadi lebih baik lagi dengan cara mengenalnya seperti ini.

Aku jadi belajar banyak hal terutama dalam mengendalikan perasaan.

Dan mungkin juga ya. Memang aku yang terlalu naif hingga bisa sesakit hati ini ketika panggilanku diabaikan olehnya sedangkan temanku tidak.

Seperti setelah kejadian itu. Aku berpikir. Apa salahku? Apakah karena ini atau itu? Apakah karena aku sok akrab atau gimana?

Aku nggak tau. Yang aku tahu disini hanyalah aku harus belajar dari pengalaman ini dan untuk kedepannya aku akan menghindari orang seperti dia. Karena orang seperti dia bisa menghambat jalur kesuksesanku dan bisa membuat sifat jelekku muncul kepermukaan.

Sifat jelek disini maksutnya adalah rasa tidak percaya diri. Overthinking. Negative thinking. Dan baperan.

Ya, ini keputusan yang tepat. Mulai detik ini aku akan melupakan dia. Menganggap dia tidak ada dan aku tidak mau menyapa orang seperti dia lagi.

Mungkin ini terdengar kanak kanak. Namun hanya inilah solusi dari permasalahanku. Agar jati diriku dan kesehatan mentalku tetap terjaga hingga utuh sampai kedepannya.

Aku hanya berharap. Semoga aku bisa lulus kuliah ini tepat waktu. Kalau bisa 3,5 tahun tapi kalo tidak bisa nggak papa tapi harus maksimal 4 tahun aku lulus kuliah. Bismillah. Bantulah aku ya allah. Aamiin.

Dan aku ingin setelah lulus aku langsung mendapatkan pekerjaan. Istilah lainnya tidak nganggur dan kalau bisa dapet jodoh terbaik juga. Kalau bisa sesuai kriteria tapi kalau nggak ya nggak papa karena aku tahu jika pilihan pertamaku tidak terkabulkan berarti pilihan kedua ini adalah pilihan terbaik dari allah untuk diriku. Karena aku tahu. Jika allah memilihkan itu untukku pasti itulah yang terbaik untukku....

:)

SUaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang