Riana kira mimpi hanya sebatas mimpi, tapi ternyata mimpinya kali ini malah menjadi kenyataan. Menikah dengan seorang pilot mesum bukanlah harapan Riana di umurnya yang masih pantas untuk bersenang-senang!
Apalagi wanita itu memiliki ketakutan terha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"APAAA?!"
Ivanna membelalakan matanya dengan lebar begitu mendengar alasan putus dari cowok di depannya. Bagaimana mungkin alasan konyol itu bisa memutuskan hubungan mereka yang baru seminggu terjalin lamanya?
Dia sudah gila!
AlferitzoDzaksadana, cowok supertampan dan paling populer seantero sekolah. Namun, sayang kelakuannya berhasil membuat emosi siapa saja naik pitam. Dia menggaruk santai daun telinganya saat mendengar suara cempreng milik Ivanna, pacarnya. Ralat, mantan pacar!
"Gak usah pake teriak segala. Bisa budeg kuping gue sama suara lo!"
"Lo bilang apa tadi, hah? Coba ulang sekali lagi, gue nggak dengerrr!" perintah Ivanna pada cowok itu.
Jujur saja, ia terkejut saat masuk ke dalam kelas dua-belas A, berniat ingin menemui kekasihnya, eh tiba-tiba cowok itu malah memutuskannya secara sepihak dengan alasan yang sangat tidak masuk akal di depan banyak orang.
Sama sekali!
Panggilannya Dana, cowok bergelar raja kelas dari siswa satu sekolah SMAK Tanjung Priuk. Cowok itu menoleh ke arah Ivanna dengan tatapan supertajam yang mampu membuat siswi satu sekolah kejang-kejang. LEBAY!
"Lo budeg? Makanya kalo punya kuping itu dipake sesuai fungsinya. Jangan cuma dipajang, doang!" ucap Dana, yang mana berhasil membuat kening Ivanna melipat. "Gue 'kan bilang barusan, KITA PUTUS."
"Berani lo mutusin gue?" tantang Ivanna seraya menarik kasar dasi sekolah yang menggantung di leher cowok itu.
"Emang tampang gue keliatan takut sama lo?" Dana balik menantang dengan senyuman miring serta satu alis yang terangkat sombong.
Lelaki itu lalu terkekeh sinis, matanya menatap lurus ke depan. "Mau lo yang lepasin, atau gue? Biar gue patahin tangan lo sekalian!"
"Galak!" cibir Ivanna sebal, lalu melepaskan dasi cowok itu dari genggamannya. Karena mau bagaimanapun Dana orangnya nekat, kepala sekolah saja berhasil cowok itu gaplok sampai diskors dua bulan hanya karena ketahuan sedang merokok di ruang paskibra.
"Bodo!" balas Dana, tak peduli.
Ivanna menggeleng. "Gue nggak mau kita putus!"
"Bodo amat! Itu urusan lo, bukan gue. Pergi!"
"Ihhh, Danaaa ...!"
Ivanna merengek manja seraya berjalan mendekati cowok itu yang kini sudah duduk songong di tempat guru. Gimana lagi kalau bukan kaki melipat di atas meja? Sudah menjadi ciri khas seorang raja kelas dengan keempat teman yang sama tampannya berdiri di samping kiri dan kanan cowok itu.
Dana melirik Ivanna tajam. "Gak usah lo panggil-panggil nama gue, HARAM. Gak level. Gue juga bukan bapak lo!"
"Ihhh! Aku nggak mau putus dari kamu," ucap Ivanna sekali lagi dengan nada lirih kali ini. "Aku sayang banget sama kamu, tau!"
"Ivanna, lo nggak usah jadi cewek murahan, deh, dengan mohon-mohon kayak gitu sama Dana kalo lo nggak mau putus dari dia. Karena percuma, mau gimanapun lo usaha, keputusan dia udah bulet kek tahu!" ujar Lanang memberi komentar.
"Bukannya tahu itu kotak, ya?" koreksi Dazar pada Lanang.
"Ada. Tahu bulat, digoreng dadakan, cuma lima ratusan. Rasanya mantap!" balas Lanang tidak mau kalah sambil goyang jempolan.
Di sisi kanan, Reynal dan Razan melihat temannya seperti itu hanya terkekeh geli. Ada saja jawaban Lanang jika Dazar sudah berkomentar.
"Berisik lo semua!" teriak Ivanna murka, membuat suasana kelas menjadi hening seketika.
"Lo yang berisik!" timpal Dana.
Alis Ivanna mencuram, tangannya terangkat menunjuk Dana dengan kesal. "Lo! Awas, ya, gue sumpahin lo nanti nasibnya nikah sama cewek yang demen jengkol juga kayak gue. Camkan itu, Alferitzo!"
Lelaki dengan tindik pada sebelah telinganya itu mengalihkan tatapannya dari genggaman pulpen. Dia tersenyum miring, lalu bangkit dari duduknya untuk menghampiri si cewek jengkol, IvannaSchargerl.
"Lo ngancem gue?" Dana menunjuk dirinya. Kemudian terkekeh sesaat. "Gak usah lawak badut. Ucapan lo itu nggak mungkin jadi kenyataan!"
Duaaaaaarrrrr!
Gledek bagaikan di sinetron azab berhasil membuat seisi kelas meneguk ludah mereka dalam-dalam. Jika sudah begini artinya Tuhan akan menjadikan ucapan itu nyata, kalau posisinya ini adalah sinetron.
"Dengerin, noh, pake your kuping! Gledek nyambar. Hati-hati ucapan gue tadi bakalan jadi kenyataan!" ucap Ivanna sambil bersedekap dada.
"Boss, udah minta maaf ajalah mendingan. Daripada ucapannya tadi jadi beneran. Entar lo bisa mampus!" saran Razan, yang mana langsung mendapat anggukan kompak dari ketiga teman lainnya.
"Gawat emang, sih, kalo itu beneran dikabulin Tuhan, Boss!" tambah Reynal seraya menggelengkan kepala geli saat membayangkannya.
Dana menggeram dengan tangan yang mengepal kuat di bawah sana, hingga membuat tonjolan urat-urat birunya seketika saling membentuk-
Brakk!
-kepalan tangan cowok itu mendarat di atas meja, berhasil mengalahkan suara gledek sebelumnya. "Gue nggak percaya sama sumpah lo! Emang lo pikir lagi syuting sinetron azab? Gak usah banyak drama!"
Lalu Dana mencengkeram pipi Ivanna dengan satu tangannya.
"Heh! Dengerin, ya, Babi. Gue nggak bakalan mungkin bernasib nikah sama cewek bau jengkol kayak lo. Lebih baik lo sekarang pergi dari hadapan gue, sebelum muka lo itu babak belur!"
Ivanna menghela napasnya. Dia mengalah. "Oke!"
Dana lantas melepaskan cengkeramannya pada pipi cewek itu.
"Gue bakalan pergi, kok. Males juga lama-lama ada di sini, bau azab soalnya. Tapi, Dana-" Ivanna sengaja menggantung kalimatnya dengan sok merapikan dua kancing bagian atas kemeja sekolah Dana yang sengaja terbuka, menampilkan bentukan dada bidangnya yang lebar.
Ivanna kemudian tersenyum, senyum penuh kemenangan. "Lo harus inget, ya. Kalo sumpah gue tadi bakalan jadi nyata!"