- Chapter 5 -

468 8 0
                                    

"Jangan rubah takdir saya, dengankamu menolak terus-terusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan rubah takdir saya, dengan
kamu menolak terus-terusan."
- Alferitzo Dzaksadana

---

"HEH! Lo mau bawa gue ke mana?!"

"Pulang," jawab lelaki itu lugas, tepat, dan singkat.

"Bohong!" Riana berteriak. "Lo pasti ada rencana culik gue?"

"Enggak ada. Sumpah!" balas Dana dengan pandangan tetap lurus ke depan, tapi sesekali lelaki itu melirik ke arah Riana untuk memastikan keadaan. Menambah kesan curiga di mata Riana.

"Bohong, ah! Gue nggak percaya sama penculik tipe lo gini!"

Riana meronta sambil memukul bahu tegap lelaki di sampingnya itu cukup keras saat menyadari jalan yang mereka lewati bukan jalan menuju rumahnya.

Asumsi Riana saat ini adalah, ia pasti akan diculik. Lalu organ tubuhnya diambil, dan dijual ke rumah sakit dengan harga superfantastis!

"Gue masih pengin hidup!"

Dahi mulus Dana mengkerut. "Loh? Siapa yang mau bunuh kamu?"

"Lo!" tuduh Riana seraya menunjuk lelaki itu tepat di depan matanya. "Lo mau culik gue, 'kan? Terus ngambil organ tubuh gue buat dijual ke rumah sakit dengan harga mahal? Jahat, ih!"

Dana semakin dibuat bingung. "Hei, saya gak ada niat begitu."

"Gak ada niat, tapi buktinya lo malah bawa gue ke markas lo!"

"Markas?" ulang Dana, lalu tertawa pelan. "Markas apa? Ini saya mau anterin kamu pulang ke rumah, Riana. Bukan nyulik!"

"Oh, gitu, ya? Lo mau anterin gue pulang?" ulang Riana dengan nada penuh intimidasi. Namun, Dana tetap mengangguk. Dia hanya ingin mengantar Riana pulang, bukan mau macam-macam, apalagi berniat ingin menculiknya. Untuk apa? Toh, akan jadi istrinya juga.

"Bohong amat, sih, lo. Ini bukan jalan rumah gue, Cumi Ayam!"

Dana tertawa seperti orang jahat beneran. "Jangan membodohi saya, Riana. Ini benar jalan rumah kamu, saya tahu, karena saya sering banget bertamu ke rumah kamu setiap ambil cuti."

Riana berdecak gemas. "Lo yang jangan coba-coba bodohin gue! Jelas-jelas ini bukan jalan tempat gue tinggal. Lo beneran mau nyulik gue, 'kan? Ngaku lo! Modus amat sok nganterin pulang."

Dana kembali tertawa sambil geleng-geleng kepala. "Apa muka saya ini cocok jadi penculik? Bisa mati kalau saya beneran punya niat culik kamu di tangan Om Dema, apalagi Ayah saya."

"Lo mati, bukan urusan gue. Terpenting, puter balik sekarang!"

"Putar balik ke mana, Riana?" tanya Dana, gemas. "Ini beneran saya antar pulang ke rumah kamu. Bukan mau nyulik, kok."

Riana menyentil dahi mulus lelaki itu dengan gregetan. "Heh, ege! Lo nggak usah sok tahu. Udah gue bilang, ini bukan jalan rumah gue, lo salah. Gue tahu betul jalan rumah gue kek gimana, yang jelas bukan ini jalannya. Paham lo, Cendol?"

Married With Pilot (COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang