- Chapter 16 -

233 2 0
                                    

"Tapi, pijitinnya yang di bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi, pijitinnya yang di bawah.
Udah keras, tuh!"
- Alferitzo Dzaksadana

---

AVANZA itu berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah berloteng tiga, Dana segera turun, lalu berjalan memutar untuk membukakan pintu mobil Riana serta menuntun wanita itu berjalan memasuki pekarangan rumah baru mereka.

"Sebentar. Tunggu di sini. Aku mau ambil koper kita dulu di bagasi."

"Iya," balas Riana dengan kepala mengangguk seperti orang lugu.

Dana lalu segera berjalan memutar ke belakang mobil, membuka bagasi dan menurunkan koper mereka ke atas aspal, usai mendapat persetujuan dari Riana.

Lelaki itu lantas menyeret dua koper di tangan kanan serta kirinya menghampiri tempat di mana Riana berdiri, menunggunya.

"Ayo? Kita langsung masuk aja," ucap Dana seraya merogoh saku celana formalnya untuk mengambil kunci rumah tersebut, yang telah diberikan oleh Darrwn tadi malam.

Tampak Dana kelihatan repot dengan dua koper di tangan kanan serta kirinya. Namun, saat Riana hendak membantu lelaki itu untuk membawa mandiri kopernya, dengan sigap Dana menggelengkan kepala.

"Gak papa. Biar aku aja yang bawain. Aku imam. Gih, jalan duluan," ujar Dana, sopan.

Riana menggeleng, berusaha meringankan beban suaminya. "Gak, Dan. Aku nggak mau ngerepotin kamu. Lagian itu baju aku kebanyakan, makanya rada berat."

Dana terkekeh, pelan. "Gak, kok. Masa laki bawa koper segede gini aja gak kuat, sih? Udah gak papa. Gak repot, kok. Beneran!"

Riana menghela napasnya dengan gusar. Dana itu orangnya rada sedikit keras kepala. "Ya udah, makasih udah mau bantu bawain koper aku. Nanti malem, sebagai gantinya, aku bantu pijitin kamu!"

"Makasih, Ri," ucap Dana, lalu mencium sekilas pipi Riana.

Cup!

Riana lantas memukul bahu tegap lelaki itu, malu. "Ih! Maen cium-cium pipi orang sembarangan aja."

"Gak papa, dong! Kan, kita udah nikah. Kamu istri aku. Aku suami kamu. Gak boleh emang cium istri sendiri, hm?" goda Dana dengan satu alis terangkat sedikit.

Pipi Riana merona, lagi. "Boleh, sih. Cuma 'kan nggak di sini ju-"

Cup!

Riana spontan menoleh ke arah Dana sembari memegangi sebelah pipinya yang memerah.

"Danaaa, ihhhh!" katanya dengan geram. Lalu memukul bahu serta dada bidang lelaki itu dengan perasaan kesal bercampur-aduk dengan perasaan malu.

"Ngeselin tahu gak, sih!?"

Bukan Dana namanya kalau tidak meresponnya dengan tertawa puas, seperti yang tengah lelaki itu lakukan sekarang. Namun, tawa itu seketika pudar saat suara asing menusuk indera pendengaran mereka.

Married With Pilot (COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang