"Lo mau jawaban jujur atau bohong?"
- Adriana Grandelion---
"KAMU mau beli baklor?"
Kening lelaki itu melipat bingung saat melihat perhatian Riana semuanya tertuju ke arah gerobak bertuliskan 'Baklor Mang Ujang' pada spanduk. Bukan lelaki idaman namanya kalau kata Lanang enggak mampu jajanin pacar sendiri!
"Ayok! Kita beli mendingan. Jangan cuma dilihatin, doang. Kamu pengin makan baklor itu, 'kan?" goda Dana seraya mengangkat satu alisnya.
Dengan inisiatif sendiri, Dana berdiri, lalu mengulurkan tangannya ke depan Riana agar wanita itu mau ikut berdiri juga. Awalnya ragu meski akhirnya menerima juluran tangan besar itu. Tak perlu menunggu anggukan atau apapun, Dana segera menariknya menuju gerobak baklor yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
"Bang, beli baklornya satu, ya!" kata Dana setelah mereka sampai di depan tukang baklor seraya memukul keras samping gerobak tersebut.
Terlihat si penjual menyatukan kedua tangannya di depan dengan menampilkan wajah memelas. "Maaf, Mas. Baklornya enggak bisa dibeli satuan. Bingung juga saya kalau jual satu harganya berapa."
Brakkk!
Dana memukul kembali gerobak tersebut sampai membuat beberapa pembeli lainnya yang sedang antre refleks terkejut seraya mengusap pelan dada mereka naik-turun.
"Niat jualan enggak, sih, Bang?!" ucap Dana setelahnya. "Masa beli satu aja enggak bisa! Pake acara bingung segala, lagi. Abang yang jual baklornya sendiri, masa iya gak tahu harga jual? Gimana, sih!"
Plakk!
Riana memukul keras lengan Dana, membuat lelaki itu kontan meringis sakit sembari mengusap lengannya.
"Karena konsep jualnya beda, Cumi. Enggak ada harga satuan. Minimal beli, ya lima ribu. Lo niat beli gak, sih, sebenernya? Gitu aja enggak tahu!" Riana mencibir.
"Jadi, mau beli berapa, Mas?" tanya si penjual dengan ramah.
Dana kembali meringis sambil menggaruk lengannya. Rada malu juga, sih, udah marah-marah tanpa sebab sama orang lain. "Saya mana tahu, Ri. Belum pernah beli ini."
"Belum pernah beli, tapi sok tahu!" Riana kembali mencibir.
Bukannya mendapat jawaban, penjual itu justru malah mendapat kacang!
"Jadi, mau beli berapa Mas sama Mbaknya?" Penjual itu mengulangi dengan senyuman seramah mungkin.
"Beli berapa?" tanya Dana pada Riana seraya menggerakan dagunya dengan satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana levisnya.
Riana tampak berpikir keras sambil mengusap dagu sok serius. "Hmm."
"Beli sepuluh ribu aja, deh, Bang. Jangan pake kecap!" pesan Riana, kemudian wanita itu duduk di kursi panjang tak jauh dari gerobak. Cuma dekat tong sampah aja. Untung enggak bau, apalagi ketika Dana duduk di sebelahnya. Beuhh! Parfum hijau andalan bumi itu seketika kalah oleh aroma maskulin dari tubuh lelaki di sampingnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Pilot (COMPLETED) ✔
RomanceRiana kira mimpi hanya sebatas mimpi, tapi ternyata mimpinya kali ini malah menjadi kenyataan. Menikah dengan seorang pilot mesum bukanlah harapan Riana di umurnya yang masih pantas untuk bersenang-senang! Apalagi wanita itu memiliki ketakutan terha...