Kutub Mulai Cair

24 2 0
                                    

Hari ini Ziyan dan kedua sahabatnya tengah berada di lapangan futsal. Rencananya mereka akan menemui Kafa untuk mendaftarkan diri sebagai anggota ekskul futsal. Ziyan terlihat sibuk menendang bola di tengah lapangan bersama dengan teman-temannya.

Prok prok prok! Suara tepukan tangan seseorang membuatnya menghentikan permainan. Ziyan berbalik dan menarik sedikit sudut bibirnya. Ia berjalan menghampiri Kafa dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

"Ohh, jadi lo kaptennya." ucap Ziyan pura-pura tak tau.

"Waktu gue nggak banyak. Langsung aja gue mau liat seberapa hebat lo bermain." ujar Kafa sok bijak.

"Gimana kalo kita main one by one aja. Ntar gantian yang jagain gawangnya." celetuk Ziyan

Kafa berdecak pelan, lalu tersenyum sinis. "Lo siapa ngatur-ngatur gue?"

Ziyan terkekeh pelan dan berujar. "Lo takut?" 

"Gue? Takut sama lo?! Lawak." 

"Yaudah kalo emang nggak takut tinggal iyain aja. Nggak usah pake alasan sok sibuk atau apalah itu." 

"Fine! Gue turutin kemauan lo." ucap Kafa mengambil bola yang tergeletak di lapangan.

Ziyan membuka baju osisnya hingga menyisakan kaos polos berwarna putih. Lelaki itu mulai menendang bola ke arah gawang yang sedang dijaga oleh Kafa. Gollll!! Dia berhasil memasukkan bola ke dalam gawang. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit, hasil akhirnya menyatakan bahwa pemenangnya adalah Ziyan. Tak mau sombong, lelaki itu berjalan menghampiri Kafa. Ia hendak mengajak lelaki itu untuk high five, namun Kafa memilih untuk berlalu darisana.

"Dih ngambek," celetuk Cimeng menatap jail ke arah Kafa.

"Baru kali ini gue liat ada yang bisa ngalahin Kafa. Keren banget lo bro." ucap Alvin merangkul Ziyan.

"Di sekolah ini kebanyakan cewek-cewek ikut ekskul apa sih?" tanya Ziyan

"Biasalah cheerleader, tapi ya gitu yang dipilih buat jadi anggota cheerleader itu yang cakep-cakep."

"Eh btw Shasa kok nggak ikut gabung di cheerleader aja ya. Setau gue kan muka dia juga lumayan cantik kan, ya meskipun nakutin sih." celetuk Alvin.

"Emang tuh cewek ikut ekskul apa?" tanya Ziyan

"Kayaknya dia nggak ikut ekskul deh. Soalnya waktu itu gue denger-denger nggak ada satupun yang mau nerima kehadiran dia."

"Ternyata masih jaman ya diskriminasi kayak gitu. Apalagi disekolahan elit kayak gini." ucap Ziyan

"Mungkin mereka cari aman kali. Daripada nggak nyaman sama kehadiran Shasa kan,"

"Penilaian lo berdua terhadap Shasa itu kayak gimana sih?" tanya Ziyan penasaran.

Cimeng dan Alvin saling tatap. Lalu Cimeng membuka suaranya lebih dulu. "Shasa itu sebenernya cantik, tapi kecantikannya tertutupi sama sikap dia yang cuek dan sok jual mahal gitu. Ini bukan gue yang menilai ya, tapi penilaian anak-anak yang lain juga sama kayak gitu. Bahkan ada yang bilang kalo Shasa sengaja sok cuek gitu biar cowok-cowok dibikin penasaran trus endingnya ngedeketin dia deh."

"Trus kalo menurut lo gimana?" tanya Ziyan pada Alvin.

"Sama kayak yang dijelasin Cimeng sih. Tapi gue juga kurang yakin ya, soalnya gue nggak mengenal terlalu jauh siapa Shasa yang sebenarnya." jelas Alvin.

Ziyan mengangguk mengerti. Kini ia mulai paham jika menjadi Shasa sangatlah sulit. Orang-orang yang tak mengenalnya ternyata memberikan penilaian seperti itu. Mau dia berubah sebaik apapun jika pada dasarnya sudah dibenci ya hasilnya akan tetap sama. Apa yang dilakukannya selalu dianggap salah sekali pun itu tidak merugikan mereka.

SECRET LIFE OF SHASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang