Persahabatan

6 0 0
                                    

7 Hari Berlalu

Kehampaan. Itulah yang dirasakan Shasa sekarang. Sekuat apapun dia bertahan, rasanya sangat sulit melihat mama yang paling dekat dengannya telah tiada. Dibilang ikhlas, belum juga. Ia butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang ia jalani sekarang. Tentunya tanpa kehadiran sang mama.

Ditemani oleh Ziyan, saat ini Shasa tengah duduk merenung di dalam kamarnya. Sudah hampir satu jam keheningan menyelimuti keduanya. Hingga pada akhirnya Ziyan membuka suara.

"Sha, makan dulu ya." bujuk Ziyan menghampiri Shasa yang tengah duduk di tepi ranjang. Ziyan berjongkok di depannya sembari mengusap pelan punggung tangan gadis itu.

"Zii kapan ya gue bisa nyusul mama." celetuk Shasa pandangan lurus ke depan dengan tatapan kosong.

"Lo kalo mau nyusul mama lo itu artinya lo udah nyerah sama keadaan lo sekarang. Dengan begitu orang-orang yang pernah jahatin lo mau lo bebasin gitu aja?"

"Nggak!! Gue nggak bakalan biarin mereka hidup tenang sampai ending membuktikan kalo gue lah yang pantas jadi seorang pemenang."

"Good! Bertahanlah lebih lama lagi. Gue yakin mama lo memiliki harapan yang sama kayak harapan gue saat ini." ucap Ziyan mengusap rambut gadisnya, masih dengan posisi jongkok.

"Iya, demi kalian gue bakal bertahan." sahut Shasa sedikit tenang dengan tersenyum tipis ke arah Ziyan.

Ziyan berdiri tegap. "Yaudah kalo gitu saatnya makan. Nggak boleh nolak!" tegas Ziyan memperingati Shasa.

"Traktir vodka sekalian yaa." pinta Shasa

"No!! Besok itu waktunya kembali ke sekolah. Gaada minum-minuman." ucap Ziyan galak

Shasa mencebikkan bibir kesal. "Kalo gitu gue mogok makan aja deh." sahut Shasa membuang muka.

"Astagaa pinter banget ya lo bikin gue nurut. Oke! Gue bakal nurutin semua keinginan lo, asalkan lo mau makan." final Ziyan mengalah.

Shasa langsung meraih hoodie yang ada di kursi lalu dipakainya. Ziyan menggelengkan kepala pelan melihat tingkah ajaibnya Shasa. Tadi gadis itu terlihat begitu emosi dan sekarang ia sudah berubah menjadi gadis yang menggemaskan di matanya. 

Disaat Shasa sudah melangkahkan kaki sampai ambang pintu, lantas ia menoleh. Ia mendapati Ziyan yang masih berdiri di dekat ranjang. "Gue hitung sampe tiga kalo lo nggak buruan jalan kesini, acara makan malem gue batalin!" tegas Shasa yang hendak pasang ancang-ancang untuk berhitung.

Ziyan menyunggingkan senyum tipis. Ia melangkahkan kaki mendekati gadisnya. Lalu ia menyentil puncak kepala gadis itu dengan gemas. 

Dilain tempat terlihat Ezra yang tengah mengemasi barang-barangnya. Saat ini ia tengah di rumah sendirian. Suasana semakin sepi setelah mamanya telah tiada. Jujur! Ezra sangat tidak suka dengan kehidupannya sekarang. Mau protes tapi ia sendiri juga bingung harus protes pada siapa.

Drrt drttt! Ponsel Ezra berdering. Ada panggilan masuk dari Astrid ( mamanya Ziyan ). 

"Halo tan." sapa Ezra menghentikan kesibukannya.

"Kamu nanti kesininya dijemput sama pak sopir aja ya Zra." 

"Nggak tan. Ezra nanti kesana naik motor aja."

"Eittsss!! Nggak boleh. Ini udah malem lho, nanti kalo ada apa-apa di jalan gimana coba. Tante nggak mau ya kalo sampe terjadi apa-apa sama kamu." cerocos Astrid heboh.

Ezra terkekeh pelan. "Yaudah kalo nggak dibolehin naik motor biar Ezra naik taksi aja." 

"Tetep nggak boleh. Tante hanya ada dua pilihan. Antara kamu di jemput pak sopir atau tante sendiri yang bakalan jemput kamu. Gimana?"

SECRET LIFE OF SHASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang