Misi 1

18 1 0
                                    

Tak terasa sekarang sudah bertemu weekend lagi. Waktunya pulang! Saat ini Shasa tengah sibuk menata beberapa baju yang akan dibawanya pulang. Akhirnya setelah beberapa waktu tak pernah pulang ke rumah, sekarang ia pulang juga dan bertemu sama seseorang yang sangat ia hindari.

Selesai bersiap-siap, ia langsung memutuskan untuk pergi. Ziyan sendiri saat ini tengah duduk manis di kursi sembari memainkan laptop. Mendengar suara pintu terbuka, Ziyan pun menoleh. Dilihatnya Shasa yang tengah memakai hoodie dan menggendong tas. Ziyan sudah bisa menebak kalau gadis itu akan pulang ke rumah. Tanpa berpamitan, Shasa pun langsung pergi begitu saja. Ziyan sampai dibuat geleng-geleng kepala melihat sikap acuhnya gadis itu.

"Loh, Ziyan lo nggak pulang ke rumah?" tanya Felisa yang hendak pergi ke dapur. 

"Males." sahut Ziyan singkat dan kembali fokus pada layar laptopnya.

"Lo lagi baca apaan sih," kepo Felisa. Penasaran sama apa yang dilakukan Ziyan.

"Kepo lo kek dora." sahut Ziyan tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun.

"Self injury. Iiih, lo mengidap gangguan ini ya?" tanya Felisa cukup terkejut.

"Hussttt lo ganggu banget sih." sahut Ziyan mendorong wajah Felisa supaya menjauh.

"Dasar berondong nggak tau diri." ketus Felisa.

"Udah ya mahasiswa abadi. Daripada lo gangguin gue, mending lo balik ke kamar aja deh, ngerjain skripsi atau ngapain kek biar kuliah lo cepet kelar dan segera out darisini." 

"Nggak usah bahas skripsi. Itu tuh topik paling sensi bagi mahasiswa semester tua kayak gue. Gue aja disuruh ngumpulin jurnal dari bulan kemarin sampe sekarang belum gue lakuin."

"Emang lo ambil jurusan apa?"

"Psikologi." sahut Felisa jujur.

"S-seriusan lo anak psikolog?" sahut Ziyan tak percaya.

"Yaiyalah gue anak psikolog. Mau apa lo?! Mau ngeledekin?" 

Ziyan yang melihat ekspresi ngeselin dari kakak kost-nya itu pun langsung menoyor pelan puncak kepala cewek itu. Lalu dia merubah raut wajahnya menjadi serius.

"Nilai ipk lo berapa?" tanya Ziyan kemudian.

"Bukannya sombong ya. Sebenernya gue itu nggak mau bilang, tapi karena lo penasaran terpaksa deh gue harus bilang ini." 

Ziyan memutar kedua bola matanya malas. "Orang tua satu ini emang ribet sekali." gumam Ziyan masih bisa didengar oleh Felisa.

"Kurang ajar!" kesal Felisa memukul bahu Ziyan.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo dan lo harus jawab satu kata doang. Nggak boleh lebih!"

"Hmmm." dehem Felisa singkat.

"Ipk lo berapa?" 

"3,75." 

"Berarti lo orangnya pinter juga ya."

"Ya iyaalah gu-...." ucapan Felisa terhenti kala melihat Ziyan yang sudah mengangkat jari telunjuknya. Meminta dirinya untuk diam.

"Oke sekarang gue percaya kalo lo emang beneran pinter."

"Menurut lo, Shasa punya gangguan mental kayak gitu nggak sih?" tanya Ziyan melanjutkan ucapannya.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Ziyan, seketika raut wajah Felisa langsung berubah. Perubahan sikap cewek itu membuat Ziyan curiga. Pasti aja yang disembunyikan sama tuh cewek.

"Tadi katanya pinter. Baru ditanya sekali doang langsung nggak bisa jawab. Pasti ipk lo itu dari hasil nyontekan kan, makanya dapet nilai bagus." celetuk Ziyan

SECRET LIFE OF SHASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang