Bahagia itu sederhana

9 0 0
                                    

Suasana di ruang kepala sekolah saat ini tampak begitu menegangkan. Disana terlihat Shasa yang sudah duduk berdampingan dengan Aurel. Kedua gadis itu masih diam dan enggan membuka suara. Sampai akhirnya kepala sekolah pun angkat bicara.

"Menurut kalian berkelahi di sekolah itu merupakan tindakan yang keren, hm??"

"Terlebih kalian ini murid perempuan. Sebenernya apa yang terjadi sampai kalian berani bikin keributan di sekolah?" lanjut pak Panji selaku kepala sekolah SMA Nusa Bakti.

"Saya yang salah pak." ucap Shasa 

Panji memicingkan mata sembari menatap muridnya yang baru saja membuka suara. "Kenapa kamu sampai tega nyelakain teman kamu sendiri? Emang ini ilmu yang kamu dapat selama bersekolah disini?"

"Bapak tanya sekali lagi sama kalian. Sebenernya akar permasalahannya itu apa?"

"Dia yang duluan bikin saya emosi pak. Dia ini anaknya terlalu berbahaya sekolah disini. Bapak liat sendiri kan lengan saya ini terluka gara-gara tindakan dia yang udah kelewatan." adu Aurel mengusap pelan lengannya yang terbalut kasa putih.

"Kesalahan apa yang udah Shasa perbuat sampe bikin kamu emosi?" tanya Panji pada gadis itu.

Tanpa berfikir lebih dahulu, Aurel langsung membuka suara. "Dia udah nyakitin pacar saya pak. Saya pokoknya nggak terima liat pacar saya disakitin sama dia." 

Seketika Panji merasa waktunya terbuang sia-sia. Ia pikir keributan yang baru saja terjadi itu memiliki alasan yang cukup berat, tapi ternyata hanya perihal masalah kisah percintaan anak muda.

"Baik, karena menurut bapak masalahnya tidak terlalu serius juga, bapak hanya ngasih peringatan sama kalian untuk tidak mengulangi kejadian ini lagi. Kalau sampe bapak tau kalian terlibat lagi dalam keributan, bapak bakalan ngasih hukuman yang setimpal sesuai dengan kesalahan yang sudah kalian perbuat. Mengerti?!"

Bola mata Aurel membelalak. Ia masih tak percaya dengan keputusan yang dibuat oleh kepala sekolahnya itu. Padahal sudah jelas-jelas dia lah yang menjadi korbannya hingga mengakibatkan lengannya terluka.

"Sudah dibolehin keluar pak?" tanya Shasa sopan

"Iya kalian sudah bisa kembali ke kelas kalian masing-masing." jawab Panji

Shasa beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar ruangan. Sesampainya di luar ia mendapati kehadiran Kafa yang sedang berdiri sembari bersandar di tembok. Lelaki itu langsung menatap ke arahnya. Shasa pun melengos pergi meninggalkan Kafa tanpa ada niatan untuk menyapa.

Tak lama kemudian Aurel keluar dari ruangan dengan memasang wajah kesal. Gadis itu menatap malas Kafa dan melenggang pergi.

"Aurel, aku mau ngomong bentar sama kamu." panggil Kafa mengejar kekasihnya.

"Rel, pliss kasih waktu aku sebentar aja buat jelasin semuanya sama kamu." lagi dan lagi Kafa dicuekin.

Kafa mengambil nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya dengan kasar dan berseru. "KAMU BISA NGGAK SIH DENGERIN PENJELASANKU BENTAR!!" 

Aurel berbalik dan menatap Kafa tak percaya. "Kamu barusan ngebentak aku Ka?"

Kafa mengacak rambutnya kasar lalu ia melangkahkan kaki mendekati Aurel. "Maaf. Aku nggak tau harus pake cara apalagi biar kamu mau dengerin semua penjelasanku."

"PENJELASAN KALO SHASA YANG UDAH BIKIN BAHU KAMU TERLUKA, IYA?!" Aurel meninggikan intonasinya hingga membuat para murid yang lewat mendengar itu semua.

Kafa mengedarkan pandangan ke sekitar. Lalu ia kembali menfokuskan pandangan pada Aurel. "Kamu ikut aku bentar ya," ajak Kafa melembut.

"Kalo kamu pengen jelasin yaudah jelasin disini aja." 

SECRET LIFE OF SHASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang