Sunoo menatap ke luar jendela. Tirai berwarna abu gelap bergerak pelan mengikuti arah angin bertiup.
Cuaca di luar cerah. Sinar matahari mulai menyusup masuk melalui celah tirai yang tak berhenti bergerak tersapu angin.
Harusnya Sunoo merasa nyaman. Nyaman dengan udara pagi yang lembap yang terhirup oleh penghidunya. Suasana yang paling dia suka selain suasana senja.
Namun itu tak berlaku lagi sekarang. Semuanya terasa hambar untuk Sunoo. Tak ada lagi warna di hidupnya setelah dia masuk ke dalam dunianya seorang Park Sunghoon.
Ceklek
Suara pintu bahkan tak dapat mengembalikan Sunoo dari lamunannya, pun dengan suara troli yang di dorong seseorang, dengan berbagai jenis makanan tersaji di atas troli besi itu. Sunoo jelas mengabaikan itu semua.
"Waktunya sarapan."
Suara itu. Suara yang dia rindukan namun juga dia benci di waktu bersamaan. Cengkeraman tangannya pada tirai jendela semakin mengerat. Menahan segala bentuk emosi yang terkumpul di dalam dirinya namun tak bisa dia luapkan.
Pada orang itu.
Sunoo menarik nafas pelan. Mengumpulkan keberanian untuk membalikkan badannya dan berhadapan dengan seseorang yang masih memegang tahta tertinggi di hatinya.
"Aku tidak lapar." Kalimat itulah yang keluar dari belah bibir Sunoo setelah beberapa sekon matanya bertubrukan dengan mata kelam orang yang berada di kamarnya.
Orang itu, masih berwajah sama. Datar tanpa adanya ekspresi yang bisa netra Sunoo baca. Membuat Sunoo bingung, apakah seseorang itu benar manusia atau hanya manekin berjalan.
"Terserah lo. Tugas gue cuma nganter makanan ini. Kalau lo lapar, lo bisa makan, kalau enggak.. lo sendiri yang tau konsekuensinya," terang orang itu datar lalu berniat berbalik ke arah pintu kamar.
"Sampai kapan.." lirih suara Sunoo membuat langkah orang itu terhenti. Tangannya terpaku di handle pintu dengan badan menegak kaku.
Tak berbalik, pun tak melanjutkan langkahnya. Seakan menunggu kalimat lanjutan dari Sunoo yang kini menunduk menyembunyikan tetes demi tetes airmata di wajahnya.
"Sampai kapan kamu akan menyerahkanku pada sahabatmu? Apa aku setidak penting itu di hidupmu sampai kamu tidak berniat membantuku pergi dari sini? Apa kebersamaan kita dulu tak berarti sama sekali untukmu? Aku pacarmu. Aku pacarmu Ja-"
"Dulu." Orang itu menyela ucapan Sunoo.
"Dulu lo emang pacar gue. Tapi sekarang lo pacar Sunghoon. Pacar sahabat gue. Masa lalu gak akan pernah jadi masa depan, baik itu buat lo atau gue. Jadi jangan pernah berharap sama sesuatu yang gak akan pernah terjadi, Kim Sunoo," ucap orang itu tanpa sedikit pun menatap ke arah Sunoo yang kini menatapnya nanar.
"Habisin makanannya sebelum Sunghoon pulang tiga jam lagi. Gue pergi." Dan orang itu benar-benar pergi.
Orang itu benar-benar pergi meninggalkan Kim Sunoo.
Sunoo meluruh. Menyembunyikan wajahnya di antara lututnya yang bergetar. Menyembunyikan rasa sesak yang dia rasakan saat seseorang yang dia harapkan dapat mengeluarkannya dari penjara ini tak berniat sedikit pun membantunya.
Park Jongseong atau Park Jay.
Seseorang yang menjadi bagian penting dalam hidupnya dulu, namun dengan tega melepasnya dan memberikan Sunoo kepada sang sahabat,
Park Sunghoon.
.
.
.'Jayie sayang sama Unu?' tanya seorang anak laki-laki berseragam menengah pertama dengan mata mengerjap saat melihat seorang anak laki-laki seusianya berdiri di depannya dengan satu kotak coklat.
Anak laki-laki itu, yang dipanggil Jayie mengangguk. Nama aslinya Jongseong namun teman-temannya sering memanggilnya Jay supaya lebih gampang dan Sunoo memanggilnya Jayie karna lucu.
"Aku sayang kamu," ucap Jay membuat semburat merah di pipi Sunoo mulai terlihat jelas.
Unu, panggilan Sunoo sedari kecil. Dengan tangan bergetar, Sunoo menerima uluran coklat dari Jay.
"Unu juga sayang Jayie," jawab Sunoo malu-malu.
Jay yang mendengar jawaban Sunoo ikut tersenyum. Senyumnya semakin lebar saat Sunoo dengan gemasnya menjulurkan jari kelingkingnya.
"Sekarang Jayie punya Unu. Unu juga punya Jayie. Janji jangan tinggalin Unu ya?"
Jay menggeleng geli melihat tingkah Sunoo, namun dia tetap menurut. Ikut mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking Sunoo.
"Iya, Jay janji gak akan ninggalin Unu."
.
.
.Bohong.
Semua ucapan Jay hanyalah kebohongan yang diucapkan oleh anak-anak.
Buktinya kini, Sunoo sendiri. Jay meninggalkannya dan lebih memilih berpura-pura menjadi orang asing daripada membantunya terbebas dari belenggu yang dibuat Sunghoon kepada Sunoo.
Sunoo sudah tak ada artinya lagi di hidup Jay.
Kenyataan itu membuat Sunoo semakin menenggelamkan wajahnya di lututnya. Menangisi nasibnya yang berubah kelam setelah kejadian itu.
Kejadian yang membuat kepemilikan dirinya berpindah tangan,
dan itu bukanlah karena kemauannya.
Tanpa Sunoo sadari, Jay sedari tadi tak berpindah seinchi pun dari depan pintu. Jay masih berdiam diri dengan tangan terkepal erat saat mendengar tangisan Sunoo. Amarahnya ikut tersulut, namun dengan cepat Jay mengontrol emosinya. Jay harus menahan sekuat tenaga perasaannya supaya rencananya berhasil sempurna.
Belum saatnya.
Saat ini belum waktunya untuk Jay mengambil kembali Sunoo ke dalam pelukannya.
"Tunggu sebentar lagi Sunoo," gumamnya lalu melangkah menjauhi kamar Sunoo sebelum para pekerja di mansion Sunghoon curiga dengannya.
TBC/End???

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Run Away || New Version [END]
Fanfic"Ada orang yang ngajak ngobrol Sunoo tadi," lapor Heeseung kepada Sunghoon. Sunghoon menghembuskan asap rokoknya kasar. "Siapa?" "Youngbin, sains 3." "Bawa ke markas jam tiga nanti." Sunghoon membuang puntung rokoknya dan menginjaknya sampai mati. T...