5

892 104 12
                                    

Namun saat di lorong menuju toilet Prilly melihat Maxime dengan perempuan yang tadi di ruang make up sedang berciuman. Rasa sesak mampir di dadanya melihat kejadian itu. Saat akan menghampiri langkahnya terhenti mendengar obrolan keduanya.

"Kamu kapan sih putusin Prilly?" Tanya perempuan itu.

"Nanti sayang."

"Ya nantinya kapan? Aku capek ya harus sembunyi sembunyi terus."

"Tunggu nama aku naik sayang, kamu kan tau aku cuma manfaatin dia biar nama aku naik. Aku cuma cinta sama kamu." Jelas Maxime. Mendengar itu Prilly terisak tak menyangka dirinya dimanfaatkan. Memang ia tidak mencintai Maxime tapi ia berusaha jadi yang terbaik buat laki laki itu.

Sebelum menghampiri Prilly menghapus air matanya, ia tak ingin terlihat lemah di mata laki laki brengsek seperti Maxime. "Wow! Gila ya ternyata gue cuma dimanfaatin." Mendengar itu kedua orang itu menoleh dah terkejut mendapati Prilly disana.

"Kenapa? Kaget ya? Hahahaha." Ejek Prilly.

"Babe kam-."

"Stop! Jangan deketin gue!" Prilly berseru.

"Kita putus!" Ujarnya dan pergi kembali menemui Ali. Ia tak jadi ke toilet.

Disana Prilly masih melihat Ali berdiri memainkan ponselnya langsung saja ia memeluk laki laki itu membuat Ali terkejut.

"Pril?" Ali menegang kaku mendapati pelukan Prilly secara tiba-tiba. Dan tak lama Ali merasa t-shirt nya basah.

"Hiks." Mendengar itu Ali menundukkan kepalanya menatap Prilly yang menyembunyikn wajahnya pada dada bidangnya.

"Pril kenapa?" Ali mengusap lembut punggung Prilly.

"Hiks ternyata Maxime cuma manfaatin aku Li. Dia juga udah punya pacar." Jelas Prilly di sela tangisnya.

"Dia hiks jadiin aku pacar buat naikin nama dia hiks sakit Li." Adu Prilly. Ali mengepalkan tangannya. Ia tak suka melihat gadis yang dicintainya menangis seperti ini.

"Shutt udah ya jangan nangis. Tinggalin cowok kayak gitu, aku yakin kamu pasti bisa dapetin yang lebih baik." Ujar Ali. Prilly diam dan mendorong tubuh Ali.

"Aku ga mau yang lain lagi hiks." Prilly menundukkan kepalanya.

"Yaudah kamu fokus sama karir kamu dulu aja ya, untuk pasangan nanti juga bakal datang dengan sendirinya." Ali mengusap lembut puncak kepala Prilly.

Prilly mendongak menatap Ali. "Aku maunya kamu." Lirihnya. Ali mendengar itu, jantungnya berdegup kencang mendengar pernyataan Prilly yang mau dirinya.

Ali tersenyum dan mengusap air mata Prilly. "Udah ya jangan nangis. Sekarang kita nyusul yang lain  mereka udah di restoran."

"Gendong." Rengeknya. Ali tersenyum lalu membelakangi Prilly dan sedikit menurunkan tubuhnya agar Prilly bisa naik. Namun beberapa lama tak merasa ada yang menaiki punggungnya.

"Loh kok ga naik?" Tanya Ali menghadap Prilly.

"Gendong depan." Ali tersenyum.

"Emang mau ada yang liat?" Prilly diam.

"Ih udah sepi ini mall nya." Ia memang sudah cukup sepi hanya beberapa orang saja yang masih berkumpul.

"Nanti lewat pintu belakang aja." Rayu Prilly agar Ali mau menggendongnya di depan seperti koala.

"Iya ayo naik." Ali membuka lebar tangannya dan Prilly langsung memeluk Ali melingkarkan kakinya pada pinggang laki laki itu dan Ali dengan sigap menahan pantat Prilly agar tidak jatuh.

Ali pun berjalan menuju lift yang berada di belakang yang memang jarang diketahui orang. Prilly dengan nyaman menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Ali dan sesekali ia menciumnya membuat Ali geli.

"Pril jangan gitu."

"Iya."

Ali membuka pintu mobil di sebelah kemudi dan mendudukkan Prilly disana. Dan ia mengitari kap mobil dan duduk di balik kemudi. Ia pun mulai melajukan mobilnya menuju restoran yang sudah di pesankan oleh Rizal.

***

Keluarga Ali dan Prilly sudah sampai di restoran sejak beberapa menit yang lalu. Mereka memang tadi menyuruh Ali untuk menunggu Prilly yang ke toilet dan juga sengaja agar keduanya tidak canggung.

"Kok bang Ali sama Prilly belum sampe juga ya?" Tanya Gisel.

"Lagi ngebucin kali sel." Celetuk Raja.

"Mungkin sih tapi gimana kalo kak Piyi lagi sama Maxime?" Ujarnya.

"Udah bentar lagi juga pasti sampe. Kalian pada mau makan apa?" Lerai Rizal.

"Raja mau soto ayam sama jus alpukat."

"Gisel mau ayam bakar sama jus alpukat juga."

"Kai samain aja kaya Gisel."

"Kamu Res?" Tanya Ully.

"Aku ayam penyet cabe ijo sama es teh manis aja."

"Yaudah mbak pesen ayam penyet cabe ijo nya tiga, ayam bakarnya dua, soto ayam satu, jus alpukat tiga, es teh manis nya tiga ya." Sebut Rizal.

"Baik Pak, mohon ditunggu ya." Waiters itu pun berlalu.

Tak lama pintu ruangan vip tersebut terbuka dan masuklah Prilly yang berada di gendongan Ali. Ia tadi saat sampai Prilly kembali meminta Ali menggendongnya.

"Astaghfirullah sayang kamu ini kasian loh Ali." Ujar Ully yang melihat tingkah putrinya. Namun ia menatap tajam wajah Prilly yang terlihat sembab.

"Kamu habis nangis?" Tanya Ully ketika Prilly sudah duduk di sampingnya dan Ali di sebelahnya.

"Hiks bunda." Tak kuasa menahan tangisnya ia berhambur di pelukan Ully membuat mereka semua menatap Prilly.

"Kamu apaan Prilly?" Tanya Resi pada Ali.

"Bukan Ali Ma." Elak Ali.

"Terus Prilly kenapa? Dia kan sama kamu bang."

"Prilly aku jelasin atau kamu?" Tanya Ali. Prilly menoleh dan menjawab " kamu aja." Ali mengangguk.

"Tadi pas Prilly ke toilet dia denger kalo Maxime pacarin Prilly cuma buat naikin namanya dia. Dan dia udah punya pacar sebelum sama Prilly." Jelas Ali membuat mereka marah terlebih Rizal ia tak suka melihat putrinya disakiti.

"Udah Papa bilang kan dia ga baik sama kamu sekarang liat akibatnya." Ujar Rizal lembut dan mengusap rambut Prilly.

"Maaf pa." Lirih Prilly.

"Gapapa tapi dijadiin pelajaran ya. Sekarang jangan nangis, kita makan ya. Kamu mau apa? Ali kamu juga mau apa?"

"Prilly mau salad."

"Jangan dikasih Pa." Larang Ali.

"Ih Ali aku mau salad." Rajuknya.

"Makan nasi Pril."

"Ish iyaiya. Prilly mau ayam betutu aja sama jus alpukat." Prilly memanyunkan bibirnya. Ia mau tidak mau menuruti Ali karena Ali menatapnya tajam. Tapi ia diam loh ngapain dia nurut ya sama Ali? Padahal ia dan Ali tak mempunyai hubungan seperti dulu. Mungkin karena memang ia terlalu takut sama Ali hahaha.

"Ali?"

"Eh Ali soto ayam sama jus alpukat juga Pa."

Rizal kembali memesan tambahan untuk Ali dan Prilly. Tak berselang lama pesanan mereka pun sampai mereka semua menikmati jamuan Rizal. Akhirnya kedua keluarga itu kembali berkumpul setelah setahun lebih tak pernah bertemu dikarenakan hubungan kedua putra putri mereka yang kandas. Namun mereka semua berharap dengan putusnya Prilly dan Maxime, Ali dan Prilly bisa kembali bersama. Mereka bisa melihat keduanya yang masih saling mencintai, apalagi melihat sikap Prilly yang sangat menurut dengan Ali. Dan sikap Ali yang begitu perhatian pada Prilly.

***
Gimana part ini?
Aku double up loh!!
Kalo mau double up terus votenya harus 40 ya!
Jangan lupa vote dan comment!!

Salam Dilan 😊

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang