11

838 97 6
                                    

Hari kedua ini semuanya di bebaskan, mau beristirahat, panjat tebing, dan main games lain. Di kamar tinggal Ali sendiri, Dewa sedang panjang tebing bersama Rassya tadinya ia di ajak namun tubuhnya terasa lelah.

Ali memainkan ponselnya dengan iseng ia membuka sosial media miliknya yang sudah sangat lama tidak ia mainkan. Hingga ia terkejut mendapati banyak tag postingan Prilly juga hatters.

"Prilly." Gumamnya khawatir akan Prilly. Ia hafal betul jika Prilly selalu kepikiran dengan ucapan hatters dan ujungnya akan sakit.

Dengan cepat ia pun beranjak menuju kamar Gisel yang tak begitu jauh hanya beda beberapa kamar. Di ketuknya pintu dengan tidak sabaran hingga ia bisa mendengar dari dalam suara Gisel yang kesal.

"Siapa sih? Ga sabaran banget. Loh Abang."

Tanpa bicara Ali langsung masuk begitu saja membuat Gisel makin kesal dengan tingkah abangnya, "ih keselin banget sih, udah ketok pintu kayak orang kesetanan sekarang main masuk gitu aja." Gerutunya dan ia menutup pintu serta menguncinya.

Saat di dalam ia melihat Ali yang berjongkok di samping ranjang Prilly. Tangannya terulur mengusap pipi Prilly.

"Prilly sakit dari kapan sel?" Tanya Ali saat merasakan dahi Prilly yang panas.

"Semalem pas aku balik Kak Piyi udah tidur jadi aku ga tau kalo kak Piyi sakit." Gisel ikut mendekat.

"Abang takut Prilly sakit karena kepikiran omongan hatters."

"Emang hatters ngapain lagi bang?"

"Kamu buka Instagram."

Gisel mengikuti perintah Ali dan terkejut dengan segala perkataan tidak baik yang tertuju pada Prilly, "ih pada jahat banget sih ketikannya. Ga tau tapi sok tau banget." Decak Gisel kesal.

"Kalian udah sarapan?"

"Belum bang."

"Yaudah kamu sarapan sana, sekalian nanti tolong ambilin sarapan buat Prilly sama Abang ya."

"Mau sarapan apa bang?"

"Kalo ada bubur buat Prilly, Abang ayam goreng atau rendang aja, Air putihnya dua."

"Ok-."

Omongan Gisel terpotong, "Eh iya sama minta obat ya." Cetus Ali.

"Siap Abang."

Gisel pun keluar menuju restoran. Ali beranjak ke koper Prilly mengambil handuk kecil, ke kamar mandi membasahi handuk tersebut dan menempelkannya pada dahi Prilly agar panasnya cepat menurun.

Setelah itu Ali duduk di sofa dan memainkan ponselnya sesekali melihat ke arah Prilly. Saat asik dengan ponselnya, terdengar prilly yang meleguh Ali pun menghampiri.

"Hei Pril, mana yang sakit hm?" Ali mengusap lembut kepala Prilly.

Prilly membuka matanya dan mendapati sosok Ali, "Ali."

"Apa yang sakit hm?" Tanya Ali sekali lagi.

"Kepala aku pusing, dingin juga Li." Lirihnya.

"Kamu kepikiran sama postingan di Instagram?"

Prilly mendongak menatap Ali, "Iya sedikit, tapi lebih karena makan ice cream semalem. Kamu sih ga cegah aku." Bibirnya mengerucut.

"Maaf ya, aku cuma takut ga nyaman aku larang larang." Lirih Ali. Ia merasa bersalah, kenapa ia tak mengikuti kata hatinya semalam dan ia menyesal mengikuti kata otaknya yang membiarkan Prilly makan ice cream malam malam.

"Gapapa aku ngerti." Jujur Prilly sedikit kecewa, namun ia bisa apa? Mereka tidak ada hubungan lebih selain teman.

"Yaudah ga usah dipikirin ya, abis ini sarapan Gisel lagi ambilin." Ali mengusap pipi chubby Prilly.

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang