Faza terbangun dari tidurnya, ia melihat sekeliling tak ada siapapun selain Nadine yang tertidur dikursi sebelahnya. Faza sangat terkejut ketika menyadari bahwa ia sedang menggenggam tangan Nadine, Faza mencoba melepasnya dengan perlahan agar Nadine tidak terbangun tapi tiba-tiba ada perawat yang masuk hingga ia pura-pura tidur kembali.
"Permisi ya kak saya mau cek pasiennya dulu"
Nadine pun bangun melepaskan genggamannya dan pergi ke luar ruangan.
untung aja ada perawat yang masuk Batin Faza.
Setelah perawat keluar Nadine kembali masuk ke ruangan di ikuti Tante Riza di belakangnya
"Gimana Faza udah mendingan? Atau masih mual?"
"Mendingan kok Tante udah gak mual"
"Yaudah kamu makan dulu ya Tante suapin biar makan obat"
"Iya Tante, makasih"
Selama makan Faza terlihat celingak-celinguk mencari seseorang tapi tak lama orang itu datang. Faza menyambut dengan senyuman tapi dia terlihat cuek, diam dan menjauh tidak seperti biasanya.
"Eh Faz gimana lu mendingan?" Tanya Andre
"Gue udah gapapa kok"
"Syukurlah"
Semua orang tiba-tiba melihat ke arah Eca, ternyata tak hanya Faza yang merasakan sikap aneh Eca tapi semua orang yang ada disana.
"Eca sama Faza masih marahan ya gara-gara kejadian Eca jatuh waktu itu?" Tanyan Tante Riza
"Engga kok Tante, Faza udah maafin Eca"
"Tapi masih dendam sampe sekarang" potong Eca ketus
"Dih siapa yang dendam"
"Ya lu lah, nyuruh-nyuruh gue mulu"
"Bukan dendam Ca gue kan masih sakit jadi ya minta bantuan lu"
"Yaudah makanya sekarang gue ga mau deket lu, takut bikin lu sakit lagi" Eca berjalan menuju sofa di ujung ruangan
"Dih kenapa tuh anak" Faza makin bingung
"Udah-udah sekarang pada istirahat, Faza makan obat dulu terus tidur lagi ya biar cepet sembuh"
"Iya Tante makasih, kalo Tante, Nadine sama Andre mau pulang gapapa kok takutnya ngerepotin"
"Engga kok gak ngerepotin udah kamu istirahat aja gak usah pikirin yang lain-lain"
Faza mulai tertidur pulas karena efek obat yang ia minum sedangkan Eca masih masih berkonflik dengan hati dan pikirannya sendiri.
Kenapa gue harus peduli, ya bagus dong kalo Faza udah punya cwe jadi gue juga bisa cari pacar.
***
Siang ini Faza sudah diperbolehkan untuk pulang tapi Eca masih saja acuh kepadanya, di saat yang lain membantu Faza untuk duduk di kursi roda Eca malah pergi duluan dan menunggu di mobil.
Saat perjalanan pulang Faza tidak bisa diam, dia selalu mengubah atau memberbaiki posisi duduknya.
"Lu kenapa? sakit?" Tanya Eca
"Cuman gak nyaman aja duduknya"
"Mau tiduran? Biar gue pindah ke belakang"
"Ga usah sebentar lagi juga sampe"
"Oke" Eca kembali memainkan hp nya
Tuh kan Eca masih peduli, tapi kenapa ya sikapnya aneh? Masa gue harus kesakitan terus biar di peduliin Eca. Batin Faza
Oh iya Andre dan Nadine tidak langsung ikut ke rumah Faza, mereka meminta izin untuk pulang terlebih dahulu hanya Tante Riza yang langsung kerumahnya karena khawatir.
"Ayo sini Tante bantu jalan"
"Gak usah Tante makasih bisa kok"
"Yaudah tante bawain barang ya, Eca tolong jagain Faza"
Setelah Tante Riza masuk ke dalam rumah Eca juga malah meninggalkan Faza yang masih berjalan sendiri dibelakang
"Ahhh" Faza mencoba berpura-pura kesakitan. Eca menoleh lalu menghampiri Faza
"Faz lu kenapa?"
Faza hanya meringis agar terlihat benar-benar sakit
"Gue bantu ya" Eca memapahnya sampai ke kamar dan membantu Faza untuk naik ke atas kasur
"Ca maaf ya mungkin gue keterlaluan nyuruh-nyuruh mulu"
"Gapapa lah kan lu masih sakit"
"Terus lu kenapa? Cuek banget dah"
"Ya kan udah ada yang jagain lu sekarang"
"Siapa?"
"Ada Nadine sama Tante Riza"
Loh kok jadi bawa-bawa Nadine, apa kemaren Eca liat gue pegang tangan Nadine? Apa Eca cemburu? Ah mana mungkin
"Lu cemburu ya? Haha"
"Gak kok ngapain gue cemburu, udah ah gue mau bantu bibi masak"
"Ahh Ca sakit banget ini"
"Kenapa lagi?"
"Sakit banget Ca luka gue, kata dokter bengkak lagi gara-gara alergi kemaren"
"Aduh gimana dong? Obatnya belum lu pake ya? Gue panggilin Pak Halim ya biar bantu pakein obat lu"
"Gak usah Ca! Mending lu bantu kipasin gue bentar aja"
"Yaudah deh sekarang lu tiduran biar gak sakit"
"Iya Ca"
Faza terus memandangi wajah sahabatnya itu sambil tersenyum, entah kenapa meskipun Eca sering marah, tidak bisa diam dan tak anggun tapi ia terlihat sangat cantik di mata Faza
"Kenapa senyum-senyum lu hah?"
"Siapa yang senyum-senyum, gue lagi nahan sakit"
"Dih lu kira gue gak tau apa"
"Jangan marah mulu napa Ca, entar cantik lu ilang"
"Bilang apa lu?"
"Gak"
"Lu bilang gue cantik? Emang gue cantik" jawab Eca sambil memainkan rambutnya
"Dih so cantik maksud gue"
"Bilang lu sekali lagi?" Eca mengambil guling "gue timpuk mau lu?"
"Ampun Ca becanda gue hehe"
"Macem-macem sih"
"Aduh Ca sakit nih Ca" rengeknya
Faza terus menerus mencari alasan agar Eca tetap berada di sampingnya. Eca pun sebenarnya tak tega dan tak mau terus menerus cuek kepada sahabatnya itu tapi entahlah bayang-bayang Faza saat menggenggam tangan Nadine selalu muncul dipikirkan nya.
Eps 16
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE • Eca & Faza
Teen FictionCerita tentang persahabatan lelaki dan perempuan yang tidak pernah akur tapi tidak bisa saling melepas Kisah mereka mulai penuh konflik saat mereka mulai jatuh cinta "Woooooii bangun tukang tidur" "lu mana ngerti soal cinta cintaan, sikap lu dingin...