Max dan Mew langsung pergi ke bandara untuk pulang menuju Bangkok. Di sepanjang perjalanan, Mew hanya diam tak seperti biasanya.
" Mew .. are you okay ?". Tanya Max.
" Mmm .. Max sudah berapa kali kamu pergi ke gereja tadi?". Tanya Mew.
" Baru dua kali, kenapa? Apa kamu sudah mulai tertarik dengan gereja?". Ucap Max
" Bukan .. hanya saja aku penasaran dengan Gulf".
" Hahaha .. jangan bilang kamu suka dengannya". Ucap Max sambil memukul lengan Mew.
Mew memalingkan wajahnya dan menyembunyikan senyum kecilnya dari Max.
" Tolong jangan sakiti dia jika kamu menyukai nya" pinta Max sambil menundukkan wajahnya.
Mew tidak tahu sebenarnya Max sudah lebih dulu menyukai Gulf sebelumnya. Namun pribadi Max yang pemalu tidak membicarakan masalah perasaan nya kepada Mew.
" Aku belum bisa mengatakan kalau aku ini tertarik secara perasaan kepadanya. Kita liat saja seiring berjalannya waktu".
Max yang mendengar pernyataan Mew hanya diam dan memperhatikan wajah Mew yang memalingkan pandangannya ke jendela pesawat.
"Mmm .. Mew makan dulu, ini makanannya sudah datang ". Max mengalihkan pembicaraan yang di mulai oleh Mew, perasaannya mulai tidak karuan. Namun Max tidak berani mengatakan yang sebenarnya.
-----------------------------------------------------------------
Mereka pun tiba di Bangkok dan langsung kembali ke studio foto milik Max.
" Kamu ingin mengirimkan fotonya sekarang atau bagaimana". Tanya Max
" Sepertinya aku akan mengedit dulu dan mengirimkan hasilnya melalui Email hari ini". Jawab Mew sambil membereskan kamera yang dia bawa.
" Oh iya .. foto ini dicetak atau tidak?". Tanya Mew.
" Aku belum tahu, akan aku hubungi dulu Gulf. Nanti aku kabari lagi pada mu". Ucap Max.
" Kamu punya nomor pribadinya Gulf? Apa kamu dekat dengannya?" Tanya Mew.
" Ah tidak Mew, aku minta nomor nya untuk jaga jaga saja". Jawab Max gugup.
" mmm .. oiya, dia itu jemaat gereja atau apa disana?". Tanya Mew penasaran.
" Dia relawan gereja, setiap satu bulan sekali gereja selalu membuat acara amal, jadi dia membantu disana". Jawab Max.
" Mmm .. dia bekerja atau tidak?". Tanya nya lagi
" Berhentilah bertanya Mew, kapan kamu akan memulai pekerjaan mu. Tanyakan saja padanya langsung, nantikan kamu mau mengirimkan foto nya secara langsung". Jawab Max agak kesal.
Mew hanya tersenyum konyol pada Max sambil menggaruk kepalanya.
Mew pun melanjutkan pekerjaan nya, jepretan foto yang diambil Mew memang sempurna. Kemampuannya mengambik gambar memang tidak usah di ragukan lagi.
Dia memperhatikan foto itu satu persatu dengan seksama, ia tidak ingin fotonya ada cacat sedikit pun.
" Waaahh .. kemampuanku memang tidak bisa di ragukan lagi kalau soal memotret". Pujinya pada diri sendiri.
Saat sedang melihat foto nya satu persatu, ternyata tidak sengaja Mew mengambil gambar Gulf .
" Cantik sekali dia, fotonya sempurna tanpa harus di edit sedikitpun. Tampang nya seperti malaikat ". Gumam Mew pelan.
Max memperhatikan Mew yang sedang memuji wajah Gulf dari belakang, ekspresi Max tampak murung.
" Mew .. ". Seru Max pelan.
Mew menoleh ke arah Max dan tersenyum.
" Gulf sudah membalas pesan ku, dia ingun foto nya di antarkan lusa".
" Biar aku yang antarkan .. aku ingin bertemu dengan Gulf. Kalau begitu aku pergi dulu ke tempat percetakan". Ujar Mew sambil bangkit dari kursinya dan langsung pergi keluar studio.
Max hanya bisa memandang Mew dari belakang. Ketakutannya untuk menyatakan perasaan yang sebenarnya lebih besar dari pada keberanian dirinya.
" Aku harus bagaimana, aku juga menyukai Gulf". Gumamnya pelan.
-----------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Last Christmas ( MEWGULF )
RomanceKisah cinta seorang fotografer dengan seorang relawan di sebuah gereja katedral di kota kecil Chiang Mai. Apa jadinya jika seorang atheis justru jatuh cinta dengan seorang yang mempercayai adanya Tuhan? Mew Suppasit as Mew Gulf Kanawut as Gulf Max N...