0.4

162 35 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"BANG KEENAN!!! INI KAK SADA UDAH NYAMPER! BURUAAANNN!!" Teriakan Lutfi yang menggema itu membuat Keenan tambah panik. Dia baru saja selesai mandi dan sekarang tengah berpakaian. Kemarin malam sebenarnya dia sudah janjian dengan Sada untuk pergi ke kampus bersama karena mereka punya jadwal yang berbarengan. Sialnya, Keenan malah begadang untuk bermain game sampai subuh.

"Lain kali kalo nyamper bang Keenan bawa aja tentara sama tank baja, Kak. Dia mah emang gitu orangnya." Lutfi mencibir kakaknya itu.

Sada tertawa mendengar celotehan cowok itu, "kamu sama Keenan tuh dibanding Kakak adek, malah lebih cocok jadi sodara kembar tau. Mirip banget soalnya."

"Sodara kembar? Amit-amit dah! Jadi adeknya aja aku menderita gini, apalagi jadi sodara kembarnya." Lutfi bergidik mendengar ucapan Sada. "Eh, ini kok Bang Keenan gak keluar- keluar ya? Jangan-jangan dia mati mendadak?"

"Eh, hus! Omongannya!" Tegur Sada.

"Ya elah Kak, tinggal cari cowok lain aja, gampang kan? Lagian apa bagusnya sih punya pacar kayak Bang Keenan?" Tanya Lutfi.

Sada hanya memberikan senyum simpul mendengarnya. Setelahnya, terdengar suara bantingan pintu disusul dengan langkah kaki yang terburu-buru.

"Sada, maaf!" Keenan nampak terengah-engah.

"Tak ada maaf bagimu wa-"

"Yuk! Kita langsung berangkat aja!" Ajak Keenan. "Eh, siluman cicak, kita berangkat dulu, assalamualaikum." Keenan menggapai tangan Sada lalu berjalan dengan langkah cepat keluar rumah.

"WOI! SIAPA YANG LO PANGGIL SILUMAN CICAK?! DASAR SILUMAN TOKEK!"

.

.

.

"Da, kamu udah sarapan belom?" Tanya Keenan.

"Gak usah sarapan! Kita udah ampir telat ini." Ujar Sada.

"Ya elah, paling cuman telat dua puluh menit doang. Gak papa kali."

"Matkul pagi ini tuh matkulnya Bu Riska! Toleransi telatnya itu cuman lima menit, Keenan." Kesabaran cewek itu mulai menipis. Keenan kalau pagi-pagi, modenya adalah mode menyebalkan.

"Ck, pelit amat ya. Kalo aku jadi Dosen, aku bakal kasih toleransi telat sampe tiga puluh menit." Sahut Keenan.

"Ya kali gitu mending gak usah masuk sekalian!"

Sada mendengus kasar. Tangannya ingin sekali mendorong kepala cowoknya itu. Tapi itu tindakan berbahaya mengingat Keenan tengah mengemudikan sepeda motor. Apalagi kecepatan laju motor ini cukup tinggi mengingat mereka mengejar waktu yang tepat untuk sampai di kelas.

ARUNIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang