Siang yang begitu terik membuat Sada berkali-kali mengibaskan tangannya. Dia menyedot jus tomat yang sengaja ia pesan dengan es yang lebih banyak untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.
Jari tangannya lalu bergerak dilayar ponsel untuk mengirimkan pesan pada Keenan yang entah kenapa belum datang juga padahal sudah lewat lima belas menit dari waktu yang mereka janjikan.
Cuaca panas seperti ini membuat rasa kesal Sada memuncak. Keenan masih belum membalas meski Sada telah mengirimkan pesan untuk yang ketiga kalinya dengan selang waktu yang sama-sama lima menit.
Mata minimalis Sada menatap para mahasiswa yang juga berada di halaman belakang gedung fakultas seni. Sama seperti dirinya, mereka juga tengah berteduh dan bersantai, bahkan ada beberapa juga yang tengah mengerjakan tugas.
"Hah, kenapa mesti sekarang sih?" Sada mengerutkan keningnya saat dirasa ia akan buang air kecil. Sepertinya karena dia kebanyakan minum. Gadis itu kembali mengetikkan pesan untuk Keenan yang berisi bahwa dia akan pergi ke toilet.
Sada berdiri dari tempat duduknya dan menggendong tas punggung yang sudah ia pakai sejak jadi mahasiswa baru.
Dengan langkah yang sedikit ia percepat, Sada bergegas ke toilet yang untungnya jaraknya tidak terlalu jauh, tapi tidak bisa juga dikatakan dekat dari posisi ia sebelumnya.
Keadaan toilet yang sepi membuat Sada bahagia karena tidak perlu mengantri. Dia dengan cepat masuk ke salah satu bilik kamar mandi dan menuntaskan urusannya tersebut.
"Huh, legaaa.." Sada membuka pintu toilet begitu dia selesai. Dia menghampiri wastafel untuk mencuci tangan sekaligus bercermin.
Disaat seperti itu, keluar seorang gadis yang juga ikut melakukan apa yang Sada lakukan, mencuci tangan di wastafel.
Sada melirik halus, dia tau siapa gadis di sebelahnya.
Itu Keysa, yang kebetulan juga berada di fakultas yang sama dengannya, mereka bahkan satu angkatan. Sada menelan ludahnya, merasa sangat kecil ketika berada di sisi Keysa seperti ini.
Setelah dirasa cukup, Sada langsung mengeringkan tangannya dan pergi dari toilet.
"Ini siput awas aja kali masih belom bales juga," Sada membuka tasnya untuk mengambil ponsel. Namun, disaat yang bersamaan dia juga menyadari sesuatu.
Sada memeriksa isi tasnya bahkan mengeluarkan barang-barang yang ada disana dan meletakkannya di bangku panjang depan suatu kelas. Tapi benda penting yang disebut dompet itu tidak juga dia temukan.
"Haduh, dimana ya?" Gadis itu kembali memeriksa tasnya tapi hasilnya tetap saja sama.
Dia tidak menemukan dompetnya.
Sada menggigit bibirnya, sambil berusaha mengingat dimana terakhir kali dia memainkan dompetnya itu.
"Hah?! Di halaman!" Serunya setelah berhasil mengingat. Dia memasukkan kembali barang-barangnya kedalam tas lalu dengan langkah seribu, perempuan itu langsung berlari ke halaman gedung sambil berharap bahwa ada orang baik nan jujur yang menemukan dompetnya dan menyimpannya dengan baik pula.
"Kok-" begitu sampai di tempat duduknya tadi, Sada malah tidak melihat dompetnya itu.
"Yahhh.... Kemana dong?" Tanyanya risau.
"Sada ya?"
Sada membalikkan tubuhnya begitu mendengar ada seseorang yang memanggilnya, seorang laki-laki.
"Iya, kenapa ya?" Tanya Sada.
"Ini dompetnya kan?" Laki-laki itu menyodorkan dompet berwarna coklat dengan gambar beruang kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA
Ficción GeneralIni untuk kamu, yang tengah berjuang keras meski dunia memperbudak dengan keras. Untuk kamu, yang merasa marah tapi memutuskan untuk tetap mengalah. Untuk kamu, yang harus selalu tersenyum meski hati menangis pilu. Untuk kamu, yang berusaha menggapa...