18. Murid baru (TERBIT)

15.2K 1.4K 65
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN SEBELUM MEMBACA/SESUDAH☁️

1 VOTE DAN 1 KOMEN DARI KALIAN BUAT AKU SEMANGAT UPDATE ☁️

Yang silent readers ada masalah apa sih bestie hm? Gemes deh skskksns

"Pengendali dalam permainan ini kamu. Aku hanya mengikuti saja, bagaimana akhirnya pasti sudah menjadi hal terbaik. Bersama atau kehilangan, aku tidak tahu."

Sudah hampir satu jam Cia berada di kediaman Caturangga, sebenarnya gadis itu sudah ingin pulang dari setengah jam yang lalu namun di tahan oleh Laura tentu saja ini semua atas kemauan Sky. Bahkan cowok itu sedari tadi tidak henti hentinya mengganggu Cia di dapur saat sedang membuat brownies bersama Laura.

"Sky kamu duduk aja sana, ganggu Mama sama Cia aja," marah Laura sebab dapurnya jadi berantakan karena ulah Sky seperti lem yang menempel pada Cia.

"Mama aja yang pergi, aku mau berduaan sama Cia,"usir Sky.

Laura terdiam melihat tingkah dan gaya bahasa Sky, apa ini sudah mendekati waktunya? Laura harus bertanya perihal ini pada Abi nanti.

"Cia bisa kan potong brownies nya? Tante mau bersih bersih," pinta Laura.

"Bisa kok tante, ini hal yang sering aku lakukan di cafe," jawab Cia.

"Ya udah tante tinggal ya," pamit Laura, sebelum benar benar pergi Laura membisikkan sederet kata pada Sky.

"Jangan melukai diri kamu maupun Cia," bisik Laura.

Sky terdiam menoleh ke samping melihat wajah Cia yang tampak serius memotong brownies agar memiliki bentuk yang sama rata, "Kenapa lo cantik banget? Pantes aja Brama sering ke cafe. Ternyata aura lo kelihatan banget pas di dapur Cia," ujar Sky.

"Kamu gak jelas," balas gadis itu berusaha sebisa mungkin menahan senyum bahagianya, Cia harap ini bukan mimpi indah dan berharap Sky akan selalu bersikap hangat seperti ini.

"Gue mau brownies nya, suap in," pinta Sky dengan nada yang sedikit dimanjakan.

Dengan senang hati Cia menyuapi Sky, gadis itu sangat senang jika Sky manja seperti ini padanya dan berharap jika cowok itu dapat kembali hangat seiring waktu satu bulan berjalan.

Menghabiskan waktu bersama sampai lupa jika hari sudah malam, Cia tentu saja resah ia takut jika Rama maupun Risa sudah kembali ke rumah sedangkan dirinya belum pulang jam segini.

"Kak Sky anterin aku pulang bisa?" tanya Cia.

"Gak bisa," ujar lelaki itu sembari menyemprotkan parfum ke bajunya.

"Kenapa?"

"Gue mau pergi."

"Kan bisa sekalian kak."

"Lo mulai berani maksa gue?" Sky memicingkan mata.

"Bukan gitu tapi—"

"Buang-buang waktu. Kalau mau pulang tinggal pulang sana, Mama sama Sherin masih lama di kantor Papa," setelahnya Sky benar-benar pergi tanpa mengajak Cia.

Sedangkan Cia hanya bisa menghela nafas, uangnya tidak cukup untuk sekedar naik kendaraan umum ditambah ini sudah malam. Mau tidak mau harus berjalan kaki, saat sampai di lantai bawah suara bi Yani terdengar.

"Mau pulang Cia?" tanya bi Yani.

"Iya bi udah malam takut Ayah Ibu cari aku," jawab Cia berbohong tentu saja, mana perduli Rama dan Risa kepadanya.

"Gak ada siapa-siapa loh, supir pergi den Sky juga. Mau bibi pesankan taksi?" tawar bi Yani.

Dan tentu saja ditolak baik-baik oleh Cia, naik angkut atau bus aja uangnya tidak cukup apalagi naik taksi.

METANOIA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang