"plish lah, ujan! Kenapa sih harus turun sekarang? Masih pagi loh ini, jangan buat orang naik darah."
Perempuan cantik dengan seragam lengkap anak sekolahan menggerutu ditempat, memandangi ribuan air bening berjatuhan di luar sana. Genangan dimana-mana, kabut tipis mulai terlihat. Dingin.
"Kalau naik haji mah sukur-sukur. Yes or yes?"
Lelaki yang sedari tadi menempelkan earphone ditelingannya sambil mangut mangut tak jelas malah menyahut.
Sudah disangka bahwa ia tidak mendengarkan apapun dari benda putih berkabel itu.
Gadis bersurai legam langsung menoyor dahi putih itu sekenannya, kemudian memasang wajah ingin muntah saat melihat ekspresi lelaki dihadapannya barusan yang sok tampan.
"Idih idih sok kenal!"
"kamu jangan gitu, dedek ambek."
Sungguh, bisakah muntah disini sekarang?
"dedek jangan gitu, inget umur."
"bangsat."
Sudah hampir 15 menit meraka berada di bus sekolah, terjebak hujan lebat. Sebenarnya sang gadis tidak akan tertahan disini jika lelaki belasteran itu tidak menahannya, awalnya hanya bercanda dengan menahan jalan keluar hingga tanpa diduga hujan datang dengan lebat ketika semua para murid lainnya sudah keluar alhasil tinggallah mereka berdua.
Sangat disayangkan, harusnya gadis itu sudah bisa duduk didalam kelas bergosip dengan keempat sahabatnya.
Sementara lelaki itu juga merutuki aksinya 15 menit yang lalu hingga membuat temannya ini kesal sampai kesetanan, bahkan rambut rapi sudah menjadi sasaran empuk kekesalan teman perempuannya.
"minggir atau gue tendang pantat lo sampe bunyi opening netflix?"
Yang diberi amcaman langsung menarik dirinya untuk berdiri memberi jalan keluar dari bangku yang diduduki.
"Buset, ngeri. Silahkan, Tuan putri." tak lupa dengan tangannya diayun berlagak seperti ajudan.
Baru berjalan beberapa langkah namun emosinya kembali memuncak saat merasakan tarikan dari tas punggung milik sang gadis.
"Argh! Apa lagi sih, Mark?! Buset, pengen gue logout dari bumi setiap kali ketemu lo!" Tangannya mengepal geram.
"sorry, hehe." memasang wajah tanpa dosa dengan cengiran kuda khasnya, Mark kembali berucap. "Masih hujan, nanti aja. Lo kan takut h-"
Malas dengan perkataan tersebut lantas gadis itu langsung memotong. "lepas jaket lo."
Mark menggelengeng, tangannya menyilang di depan dada. "gue emang salah, tapi sebagai hukuman jangan lo jangan cabulin gue." Mark memasang wajah memelas.
Gadis bermata kucing itu menganga, terkejut heran dengan apa yang ada dipikiran lelaki dihadapannya ini.
"Lepasin!"
"Gue beliin seblak sama nasi atau pisang goreng pake sambel terasi, deh." tawar Mark.
Tidak sopan, hujan hujan begini ngomongin makanan favorit.
KAMU SEDANG MEMBACA
After your Rain
Fanfiction"apakah kisah kita akan seperti hujan dan pelangi? atau seperti matahari dan bulan? tidak bertemu ataupun dipertemukan apalagi diperuntukan"