"Kak Jaehyun ngapain sih?"
Rain yang hendak mengambil air putih di dapur terhenti saat melihat Kakak sambungnya itu sedang mengamati panci berukuran besar dalam dekat.
Jaehyun menekan tombol hidup pada kompor modern kemudian menoleh pada sumber suara, "Lah mata lo ngeliatnya apaan?" Ia kembali melihat kedepan memastikan api kecil itu menyala. "Masak mie nih." Tangannya mengambil bungkus mie korean kesukaannya, menunjukann mie kuning yang telah ia keluarkan.
"Kak,,,,"
Rain menggantungkan kalimatnya, mengusap wajah frustasi. Ia sudah sering melihat keabsurd tingkah Jaehyun, tapi kali ini? sepertinya patut dipertanyakaan keberadaan otak Jaehyun apa masih ada?
"Syutt, diem. Gue udah liat tutor digoogle cara memasak mie dengan mudah dan cepat." Jaehyun menunjukan senyum kuda dan mengacungkan satu jempol.
Jaehyun sepertinya sedang fokus memasak, Ah ini baru pertama kali ia memasak Mie sendiri, sebelumnya ia selalu menyuruh Mama atau Adiknya. Selama ini ia sangat meyukai Mie instan bahkan selalu menyediakan stock dirumahnya, dan selama itu ia juga belum pernah masak mie instan sendiri.
Rain mengehela nafas kasar, hei siapa juga yang mau memasak mie instan dengan cara yang susah dan lama?
Perempuan disampingnya mengambil alih kegiatan sang kakak, sepertinya ia sudah geram ingin membenarkan itu semua.
"Yang bener aja deh lo? mie instan selidi aja lo make panci segede gaban gini? ni pake ini! kasih air dikit aja jangan kayak elo mau renang didalem, apa lo mau bikin akuarium disini taruh ikan cupan warna warni? hah!" Rain mengoceh seperti seorang Ibu yang memarahi anak balita.
Yang benar saja? Jaehyun melakukan semua itu dengan salah tak ada satupun yang benar, oh dia hanya benar dalam menyalakan kompor saja. Memakai panci berukuran besar, memasukan air sekitar 1 liter, terlihat tak masuk akal, bukan? tapi itu semua dilakukan oleh Jaehyun.
bagaimana bisa seorang macam ini adalah pemenang kejuaraan lomba Matematika tingkat nasional?
Lelaki yang memperhatikan perempuan disampungnya itu tampak menggaruk tengkuknya, "Oh! ini google yang sesat." ia tertawa samar padahal tak ada hal yang lucu menurut Rain.
Melirik Kakaknya sekilas, "Google disalahin!" Ia mencibir. "Lagian kenapa sih ngga minta tolong gue aja?" Rain memasukan Mie saat suara mendidih air terdengar.
"Tadi gue udah ke kamar lo tapi lo kayak mau siap siap pergi gitu."
Rain menanggapi dengan ber'oh' kecil.
"Lagian lo mau kemana sih?"
"Gue mau beli novel."
Setelah mie yang sebelumnya keras itu melunak, Rain mematikan nyala api lantas menuangkan air panas pada wastafel memisahkan mie kemudian menuangkan pada piring putih yang disodorkan Jaehyun.
"Sendiri?"
Rain mengangguk seraya menggunting bungkus bumbu mie kemudian memasukan satu persatu ke atas mie tanpa kuah itu.
"Pacar lo kemana?"
"Dia sibuk."
"Sibuk mulu, kapan ada waktu buat lo? putusin aja lah."
"Ngomong lagi coba?" Rain menodongkan gunting yang masih terdapat sisa bumbu mie barusan, "Gue sunat lo pake ini biar sakitnya To the bone!"
"Anjirt psikopat."
¤•••¤
Manik mata kecoklatan milik gadis yang kini tengah menunduk tak berani menatap seorang yang lebih tua darinya itu susah payah menahan air bening yang sudah menumpuk dipelupuk mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
After your Rain
Fanfiction"apakah kisah kita akan seperti hujan dan pelangi? atau seperti matahari dan bulan? tidak bertemu ataupun dipertemukan apalagi diperuntukan"