Best Friend

15 31 8
                                    

"penyakit yang datangnya tak tau waktu, rindu."








mobil mewah milik Lia  berhenti didepan gedung menjulang. Lebih tepatnya  adalah Apartement milik Rain pemberian sang kakak, Jaehyun. gadis yang sedang dicari oleh teman temannya itu sering kali tidur di Apartement daripada di rumah sang Ayah. 

alasannya, rumah dia bukan lah 'rumah' yang sesungguhnya. anak lain akan sangat senang jika bersantai nyaman dirumah milik orang tuanya yang penuh kasih sayang, rumah tempat berpulang, rumah tempat mengeluh dan tempat mendapatkan kebahagiaan yang semestinya.

namun itu beda dengan Rain, dia tidak menemukan itu semua.

oleh karena itu, Jaehyun memberikan Aprtement pada Rain agar ia tak bingung saat diluar rumah, tentu saja itu sepengetahuan sang Mama namun tanpa pengetahuan Papa sambungnya— Ayah kandung Rain.

Rain masih beruntung memiliki Kakak seperti Jaehyun, ya walau bukan kandung tapi Rain sangat menyayanginya. Jaehyun selalu mengerti perasaan Rain dan selalu menjaga setiap saat. pantas saja saat Rain hilang tanpa kabar  seperti ini ia sangat cemas, padahal belum ada sehari.

sertttt

pintu berwarna vintage membuka saat tangan Lia menekan beberapa digit nomor. Rain memang meberitahu pin kamarnya itu kepada teman teman dan Jaehyun agar mereka bisa setiap saat datang.

"helo eni badi hom?" suara absurd milik Yuna menyeruak pada ruangan yang terlihat kosong.

aroma vanila memenuhi indra penciuman mereka saat pertama kali ruangan terbuka, design minimalis dengan warna coklat polos itu membuat ruangan terlihat aesthetik . Apartement dengan ruangan yang cukup luas memiliki 2 kamar tidur, dua kamar mandi, dapur, ruang tv dan ruang tamu. sudah begitu cukup untuk tinggal seorang diri. 

Chaeryoung menyenggol lengan Yuna, "Yuna, yang bener." ia tampak sebal saat seperti ini bisa bisanya gadis bersurai pirang itu bercanda.

Yuna tampak menggaruk tengkuknya, "iya, mak." masih dengan bercanda ia sedikit meringis.

Clekck

"Ryujin, pelan pelan dong." Chaeryoung bersuara dengan sangat lembut, dia seperti seorang Ibu yang mengasuh penuh perhatian kepada para anak balita. ia menegur Ryujin yang terlihat membuka daun pintu kamar Rain sampai knop itu putus.

Yuna mengangguk kemudian mencibir, " tau tu bar bar banget jadi cewek!"

"hehe, knop nya aja ni yang baperan, gue pegang aja langsung mleyot." kata Ryujin dengan gampangnya, kemudian kembali menutup pintu yang terlihat tak ada sosok yang dicari.

sementara Yuna dan Chaeryoung hanya menggelengkan kepala.

Ryujin memang begitu.

"guys, kayaknya Rain gak ada deh disini, gue udah cari ke semua ruangan." Lia datang dari arah dapur dengan segelas air putih yang tinggal separuh isinya sepertinya sudah ia teguk setelah memeriksa beberapa ruangan.

Yuna duduk disofa berbahan busa yang dilapisi kain katun, terlihat nyaman. "iya deh, liat sandal tidur Rain aja masih rapi disamping pintu keluar." kemudian Yuna mengibaskan tangan, ia tampak gerah saat AC diruangan tidak menyala.

ketiga teman yang baru saja menyadaripun menoleh kemudian salah satu dari mereka mengangguk.

Chaeryoung melipat kedua tangannya didepan dada, "terus kita nyari dimana ni?"

"di—" perkataan Ryujin terhenti saat suara dering telepon bersumber dari saku baju seragammnya, kemudian ia melihat nama sang penelpon. "mark." kata Ryujin sambil memandangi satu persatu temannya.

After your RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang