Rumah

16 31 7
                                        

"kenapa lagi dia?" suara seorang lelaki berusia sekitar 39 tahun terlihat mengintrogasi. membuat kelima gadis terdiam, beberapa dari mereka menunduk, salah satunya Rain.

"tadi pentakit Rain kambuh, kita mau nganter Dia pulang kesini biar ada yang jaga." itu Ryujin, dia menjelaskan yang sebenarnya.

pria yang memakai setelan Jas serasi berwarna hitam dan terlihat menenteng tas hitam ditangannya sepertinya akan pergi ke kantor— Ayah Rain. dia berdiri di depan pintu dengan gagah menghalangi jalan masuk rumah. 

lelaki bermarga Kim memandangi Rain dengan tajam, "nyusahin." gumamnya namun cukup terdengar jelas ditelinga mereka.

Rain menutup matanya sekilas, sakit. bukan sakit karena penyakitnya tapi sakit karena perkataan barusan.

tangan Lia yang masih membopong badan Rain tampak mengelus punggun sang sahabat, menyemangati.

tak lama kemudian seorang wanita muncul mengunakan celemek yang masih melekat dibadanya. itu Ibu dari Jaehyun— istri Ayahnya Rain dan sekaligus Ibu sambungnya.

mereka sudah menikah sekitar 8 tahun yang lalu disaat usia Rain masih begitu remaja. Rain belum terlalu paham akan keluarganya. kenapa ia mempunya Ibu dua, ah itu membuat pusing jika dipikirkan terus.

"Ra, sudah pulang, nak." senyum tulus ditampilkan dari wajah yang masih terlihat muda sampai sekarang, ia menatap anak perempuanya yang terlihat pucat dengan pakaian lembab.

Rain hanya melengos malas tanpa menjawab.

"tadi Kak Jaehyun bilang katanya kamu gak ada disekolah, bener?" Hanbin bertanya pada Rain, namun lama hening beberapa orang disana diam, tak ada jawaban ahirnya ia bersuara kembali. "sekolah yang bener, mau jadi apa kamu kalau begini? mending ga—" kalimatnya terpotong oleh istri yang berada disampingnya.

Sana menepuk lengan suaminya, "udah, Pa. kasian Rain, Papa berangkat ke Kantor aja nanti telat. hati hati ya." katanya kemudian ia mengambil tangan Hanbin untuk di cium.

Hanbin mengangguk lantas pergi menuju mobil yang sudah terparkir entah sejak kapan, tak lama mobil itu melaju perlahan keluar dari pekarangan rumah mewah ini.

"Tante, kita disini nganter Rain dia butuh istirahat jadi kita tinggal pulang ya, tolong jagain Rain." Chaeryoun berkata sopan dengan orang lebih tua darinya itu.

"kita balik dulu ya." 

"Rain, cepet sembuh!"

"istirahat yang cukup."

sebelum para sahabatnya pulang, mereka melontarkan perkataan demikian, dibalasan anggukan dan senyum manis bahkan saat mukanya terlihat lebih pucat, Rain tampak masih begitu cantik.

Sana bersuara sedikit keras melihat sahabat dari anaknya itu mulai berjalan menjauh."iya, makasih ya nak. hati hati dijalan!"

setelah kendaraan  besi itu benar benar lenyap tak terlihat, Rain dengan sisa tenaganya memasuki rumah, melewati Ibu nya tanpa permisi.

Sana mengikuti langkah kecil gadis yang sudah ia anggap anak sendiri itu, "kamu gak apa-apa, Ra?" tangan yang memiliki sedikit semburat keriput berniat membantu jalan Rain yang terlihat kesushan.

Rain berhenti, menatap wanita disampingnya. "Saya gak apa-apa, saya bisa sendiri."  Rain menyingkirkan tangan yang baru saja mendarat dibahu kanannya. "minggir."

Sana hanya menghela nafas pasrah, ia tak akan pernah lelah untuk selalu menjadi ibu yang terbaik untuk Anak sambungnya.

Pranggggg

"auuu."

Rain baru saja menyenggol vas bunga ditepi ruang kamar tidurnya, ia tampak memegangi kepala.

After your RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang