empty

21 37 13
                                    

namaku Rain, tapi aku tidak suka hujan
bagiku, setiap air yang jatuh itu tangisan langit akan semua penderitaan yang kurasa.

"hufft." Rain menutup buku catatannya. dia mendongakan kepalanya menatap langit mendung hari ini, beberapa gemuruh petir bersahutan menambah pilu hatinya kini, sepertinya akan datang hujan, lagi. hujan selalu tau apa yang dirasakan olehnya.

memeluk buku catatanya kemudian bangkit dari bangku yang sudah ia duduki beberapa jam yang lalu. Rain berjalan ditepi sungai, menghirup udara dengan serakah.  kini paru parunya penuh dengan bau tanah selepas hujan pagi tadi. rambut itu menari bersama angin diiringi nyanyian sunyi yang dibawanya.

kaki mungil beralas sepatu putih berheti tepat didepan pohon Oak menjulang dihadapannya. memori kenangan satu tahun yang lalu memutar dengan sendiri diotaknya. memenuhi isi ruang ingatan. ingatan pilu, memori sendu dan kenangan penuh rindu.

kenangan yang egois  seenaknya memenuhi ruang ingatan dalam kepala. andai ada alat penghapus memori mungkin dirinya akan membeli dan melakukan hal konyol itu menghapus semua ingatan yang selalu mebuatnya sakit.

dirinya telah berusaha untuk melupakan kenangan itu, tapi semesta punya cara untuk mengingatkan kembali.

sial!

"Na, Aku masih nunggu kamu." bibir Rain menggumam dengan lemas. masih dengan memandangi pohon yang menjulang kekar didepannya. "kamu kok gak balik? kata kamu selepas hujan bakal temuin aku? kata kamu selepas hujan pasti ada pelangi datang tapi aku gak mau pelangi itu aku cuma mau kamu yang datang, Na." pertanyaan yang ia lontarkan itu tak kunjung ada jawaban, ia tak memperdulikan pandangan orang yang melihatnya aneh karena berbicara dengan pohon. 

senyum dibibirnya tidak ada, matanya sendu. dari matanya, orang orang, jalanan, danau dan gedung gedung lenyap. yang ada hanya tanaman menjulang ini dan memori yang menjelma memenuhi pikirannya, semua tampak abu abu.

gadis mungil bermata sipit itu menekuk lututnya menenggelamkan kepalanya dalam pelukan dirinya sendiri, kemudian perlahan terisak. "Na, kok kamu jahat sih? aku rindu." katanya pelan.

"Rain, udah mau hujan. ayo pulang."

sebuah usapan lembut mendarat dipucuk kepala Rain, ia mendongak kemudian menghapus sisa air mata  dipipi mulusnya. dihadapannya, ada sosok lelaki dengan tatapan teduh.

Rain kini berdiri, tangan kanannya menepuk bokong menghilangkan beberapa kotoran yang menempel dirok mininya. "ngapain lo kesini?" tanya Rain.

"suka-suka gue lah, ini kan tempat umum."

"ya iya sih." Rain menggaruk hidungnya yang tak gatal, "tapi lo kayak nguntit-in gue!" lanjutnya dengan menekan kalimat 'nguntit'.

yang dituduh merasa tak terima lantas menyeru dengan cepat, "dih pd lo!"

"ya terus?"

"udah sono balik lo udah mau hujan ni!" lanjutnya, kepala lelaki itu mendongak sekilas membiarkan bulir gerimis mendarat di air muka tampan miliknya.

Rain mendengus kesal, tak habis pikir dengan lelaki dihadapannya ini yang memerintah sesuka hati,"iya bawel lo!" anehnya kini Rain menurut saja.

saat melihat gadis cantik duhdapannya mulai melangkahkan kakinya, lelaki itu sempat mengucap, "lain kali jangan bolos lagi, jangan bikin orang lain khawatir.... termasuk gue."

"apaan sih lo, mark!" Rain menoleh sekilas hanya untuk mengatakan hal itu. rupanya pendengarannya masih tajam.

Mark memandangi sosok gadis itu mulai berlari kecil dibawah gerimis, sangat menggemaskan hingga tak sadar seulas senyuman Mark terukir.

After your RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang