"Kalau kamu balik, aku bakal gimana, ya?" Mengerjap beberapa saat, meraskan hatinya yang nelangsa. "Aku kayaknya ngga bakal bisa benci atau marah sama kamu." Imbuhnya.
Saat kepergian tanpa kata pamit, itu menyakitkan. Tidak akan mensugesti diri bahwa kehilangannya adalah kenyataan. sulit untuk tidak menangis saat wajah indah melintas dibenak, kenangan memutar tanpa permisi.
Ingin mensudahi lelah terhadap rindu. Seperti candu yang memabukkan, kenapa rindu kepadanya tidak pernah usai? Selalu dan selalu.
Mengambil napas berat, "Tapi kayaknya kamu ngga bakal balik." Rain pasrah, kepalanya menunduk, memandangi gerombolan rumbut pendek ditanah.
Saat ini Rain kembali mendatangi Danau, tempat terakhir kali bertemu dengan Na Jaemin. Rasanya rindu sudah tidak bisa dibendung, hanya dengan ini perasaannya sedikit membaik.
Memandangi luasnya air Danau berwarna kehijauan, terdapat segerombol angsa bermain dengan bahagia.
rasanya nyaman dan menenangkan, sungguh berat hati untuk beranjak. Memandangi tarian air dibuat angin membuat nyaman untuk dilihat seolah menguci raga.
Dengan izin dari Kakaknya, Rain mendatangi tempat ini sendirian. Sebenarnya Jaehyun menawarkan untuk mengantar atau menemani, tapi Rain bersikeras menolak.
Merogoh saku jaket berwarna pink, Rain mengambil ponselnya.
"Halo, Jen?" Sapa Rain saat suara telvon terhubung.
"iya, Rain. Kenapa?"
"Kamu bisa ngga jemput aku? aku di—"
"Maaf, sayang. ngga bisa, aku lagi—"
Rain memotong ucapan Jeno seperti yang dilakukan Jeno baru saja.
"Sama ponakan kamu lagi?" Terka Rain.
"iya, orang tua dia pergi jadi aku suruh nemenin dari tadi. kamu mau ngomong?" Tawar Jeno bermaksud menyakinkan Rain.
"Ngga usah, maaf ganggu."
Rain menekan tombol merah untuk memutuskan sambungannya sepihak.
Rain memasukan ponsel ketempat semula. Sedikit kecewa dalam hatinya.
"Sebenarnya pacar kamu itu aku atau ponakan kamu sih, Jen?" Rain menggumam, tidak pernah berani untuk mengatakan secara langsung. Mungkim terlihat bodoh tapi itu yang dilakukan selama ini.
Rain bangkit dari kursi kayu dekat pohon oak yang mengahadap arah danau. Didekatnya beberapa orang lalulalang sibuk sepulang dari pekerjaannya.
Berjalan menelusuri jalan setapak, sesekali Rain menatap langit yang menyembunyikan matahari. Mendung disana, tapi tidak hujan hanya saja suhu udara sore ini sedikit dingin.
Brukk
"Argh! sialan!"
Rain menoleh mendapati sosok perempuan sekitar berumur 40 tahun dengan pakaian rapi, sepertinya sepulang dari kantor. perempuan itu terlihat kesal dengan sepatu highhils yang sudah patah. Dia barusaja terjatuh.
"Tante ngga apa-apa?" Rain memutuskan untuk menghampirinya. Kemudian mengulurkan tangan untuk membantu berdiri.
Perempuan yang tidak diketahui namanya itu menoleh, kemudian tersenyum ramah. "Tidak apa-apa, nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
After your Rain
Fanfic"apakah kisah kita akan seperti hujan dan pelangi? atau seperti matahari dan bulan? tidak bertemu ataupun dipertemukan apalagi diperuntukan"