Dering ponsel bergetar dari balik saku celana abu-abu milik lelaki jangkung pagi ini menghentikan langkah menuruni tangga.
Menelusuk untuk mengambil sumbersuara terpampang nama kekasih pujaannya dengan 3 pesan baru.
Important💗
Jeno bisa ngga jemput aku? aku males bareng Kak Jae😠
dia usil tadi ambil sarapan aku😞kayaknya ngga bisa, ya? yaudah deh.
Maaf, sayang. Ponakan aku mnta antrin kesklhnya
jadi aku g bisa, kamu brng kakak kamu aj ya?Iya, jae
ngga papa, udh biasa
Moment langka bagi Jeno mengantar kekasihnya ke sekolahan, padahal tumah mereka tidak terlalu jauh dan mereka juga satu sekolahan.
Mereka buka seperti pacar pada umumnya yang kemana-mana bersama, tidak bisa untuk saling jauh atau nge-bucin satu sama lain. Bahkan menghabiskan waktu bersama saja bisa dihitung dengan jari.
Jeno terlalu sibuk dengan urusannya, tanpa ia sadari ada hati yang terluka disana.
Untung saja Rain tidak pernah mengeluh tentang hal ini, Rain sangat menyayangi Jeno sepenuh hati.
"L-lo ngapain disini?!"
"Jemput lo lah."
"Apa?!" Gadis dengan pipi chubby dan mata bulat itu terkejut setengah mati mendapati pacar sahabatnya mendatangi kediaman pagi-pagi. "Kalau temen gue tau gimana?! gue biasanya dijemput Yuna!" Pandangannya menyapu halaman berharap seseorang yang tengah dibicarakan tak muncul tiba-tiba.
Jeno menepuk jok montor dibelakangnya, "Ya makanya bareng gue sekarang berangkat."
"Ogah! gila ya lo? pulang sana!" Rahang Lia mengeras, kesal sekali dengan pria dihadapannya sekarang.
"Yaudah gue bakal disini terus nunggu lo berangkat kesekolah biar temen-temen lo tau kita sering pergi bareng." Enteng Jeno.
"Yaudah ayo!"
"Nah gitu dong."
Tangan Jeno memasangkan helm dikepala Lia penuh kelembutan, sementara Lia hanya menurut dan berharap cepat pergi dari sini agar para temannya tidak tahu.
Jeno sebelumnya memang mengantar ponakannya pada taman kanak-kanak, jaraknya tidak begitu jauh dengan rumah Jeno. Entah mengapa nama anak lelaki berusia 4 tahun itu selalu dijual untuk menolak beberapa permintaan Rain.
Kedua anak dengan pakaian putih abu-abu itu melaju bebas pada jalan yang belum ramai dengan hiruk pikuk kendaraan, udara masih segar tanpa tercemar polusi berbagai asap. Sinar surya bercahaya cerah dengan sedikit hangat saat menyentung kulit polos milik Yuna.
"Ngapain berhenti?"
Baru berjarak sekitar 1km dari rumah Lia, Jeno malah memberhentikan montornya ditepi jalan membuat Lia mengerut heran.
Jeno sedikit menoleh kebelakang mendapati Yuna yang menatapnya dari dekat,"Mau sarapan dulu ngga? gue tau lo belum makan."
Jarak wajah mereka begitu dekat, tidak dapat dipungkiri bahwa Lia sangat terpesona oleh ketampanan dari seorang Jeno. Jantung Lia berdegup begitu cepat dengan sendirinya, kenapa? sesaat ia lupa bahwa lelaki ini adalah pacar dari sahabat karibnya.
Melihat Lia yang melamun Jeno kembali bersuara dengan suara khasnya. "Lia?"
"H-hah?" Tangannya membenarkan posisi helm yang kebesaran untuknya, ia sedikit canggung dan tersentak saat sadar bahwa telah melamun. "Ngga usah, ayo buruan kesekolah aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
After your Rain
Fiksi Penggemar"apakah kisah kita akan seperti hujan dan pelangi? atau seperti matahari dan bulan? tidak bertemu ataupun dipertemukan apalagi diperuntukan"