Tinggalkan Dia

30 0 0
                                    

"Gimana kabar mu, baik?"

"Alhamdulillah baik bang... Abang sendiri gimana?"

"Yahhh... Begitulah kadang baik, kadang enggak. Tergantung situasi dan kondisi."

Ratna tampak berjalan berdua bersama seorang pria. Mereka berbincang sambil menyusuri malamnya kota London yang dingin itu. Belum tau arah dan tujuan kemana mereka akan pergi. Pria itu berjalan beriringan dengan sedikit jarak pada Ratna. Seakan mereka kenal dekat dari lama. Perbincangan keduanya seakan menghangatkan angin malam. Pria berpostur tinggi dan berparas tampan itu sering melontarkan senyuman saat Ratna bercerita. Keduanya merasa saling nyaman.

"Yang benar kamu Ratna? Apa udah kamu pikirkan matang-matang?"

"Semakin ku pikirkan, semakin kuat keinginan ini bang."

Tanpa mereka sadari, sedari tadi Alif mengikuti kemana langkah mereka pergi. Dalam pikirannya terus bertanya-tanya siapa pria itu, untuk apa Ratna jalan bersamanya dimalam hari seperti ini. Ia meyakinkan bahwa yang ia rasakan saat ini bukanlah perasaan cemburu, melainkan khawatir akan diri Ratna. Alif masih menahan keberadaannya. Ia hanya memantau dari arah yang tak terlihat oleh Ratna dan pria itu. Perlahan semakin mendekat karena semakin penasaran tentang apa yang mereka bicarakan.

"Salahkah aku seperti ini? Menguping, menguntit, dan terlalu ingin tau apa yang dilakukan orang lain? Ahh.. Tapi aku hanya khawatir dengan Ratna. Takut terjadi apa-apa dengannya."

Hatinya semakin gelisah. Semakin jauh jarak yang mereka tempuh. Langkah keduanya tak terhenti dan membuat Alif bertanya sampai manakah perjalanan ini. Hingga pada akhirnya mereka memasuki sebuah kedai kopi yang cukup ramai pelanggan. Mereka berdua masuk ke dalam dan terlihat sedang memesan beberapa menu yang ada disana. Alif masih juga memperhatikan mereka dari luar. Keduanya duduk dan berbincang sambil menunggu pesanan mereka datang. Alif memberanikan diri untuk masuk kedalam dan memesan sebuah kopi hitam. Dipakainya penutup kepala yang ada pada jaketnya itu.

"Alif!"

Ratna menyadari keberadaan Alif yang sedang memesan kopi itu. Ia melambaikan tangan kearahnya dan mengajaknya untuk bergabung bersama mereka. Misi mata-mata Alif terhenti sampai sini. Ia akhirnya memasrahkan diri untuk ikut duduk bersama. Pria itu tersenyum pada Alif. Dengan wajah datar Alif duduk di posisi tengah sehingga bisa melihat keduanya.

"Hayooo... Kamu cemburu yaa?"

Ratna mulai mencoba menggoda Alif. Wajahnya memerah, seolah yang dikatakan Ratna adalah benar. Ia sendiri tidak sadar dengan perasaannya saat ini.

"Kenalin ini abang sepupu aku. Dia anaknya bibi yang ngasuh aku saat mami ku udah gak ada."

Segala emosi yang ada di diri Alif kini meredam. Raut wajahnya berubah. Ia ingin tau lebih banyak lagi tentang pria tersebut.

"Kenalin, Ibra."

Ia menyodorkan tangan ke arah Alif sebagai tanda perkenalan.

"Sepanjang jalan tadi Ratna bercerita banyak tentang kamu. Aku senang Ratna dipertemukan dengan orang sepertimu."

Alif heran, memang ada apa dengan dirinya.

"Beberapa bulan yang lalu aku baru keluar dari pusat rehabilitas."

Seketika wajah Alif berubah. Ia terkejut dengan pernyataan itu. Ditambah cuaca yang dingin membuat dirinya semakin menggigil. Belum ada sepatah katapun keluar dari mulut Alif.

"Dulu aku benar-benar pecandu berat. Niat pergi kesini untuk menjalani masa depan yang lebih cerah, nyatanya aku terhasut oleh lingkungan yang salah. Aku benar-benar ingin bertaubat. Cukup sekali itu saja aku terjebak barang haram itu. Aku juga berusaha meninggalkan lingkungan dan teman-teman ku yang tidak baik itu. Sekarang aku benar-benar sendiri. Aku senang ketika mendengar kabar Ratna, adik sepupu ku ini akan tinggal di London untuk waktu yang cukup lama."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alif : Hafizh's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang