"Bun, kok kepala ayah pusing yaa dari bangun pas subuh tadi?"
"Ayah kecapean tuh mungkin... Semalem begadang yaa?"
"Enggak kok bun... Gak lama dari bunda tidur, ayah juga langsung tidur"
"Tapi kan ayah tidurnya di sofa. Mana tv masih nyala lagi..."
"Hehe iyaa bun ketiduran"
"Yaudah nanti siang kita ke dokter yaa selesai bunda beres-beres rumah"
"Okee bunda sayang..."
Seperti biasanya, setiap minggu itu ayah dan bunda bergotong-royong membereskan rumah. Walaupun biasanya mereka melakukannya bersama Alif, kini hanya mereka berdua dirumah itu. Mungkin agak lebih lama menyelesaikannya. Siangnya bunda pergi ke butik dan ayah pergi mengurus rumah makan. Namun hari itu mungkin butik bunda agak lebih siang bukanya karena harus mengantar ayah ke dokter. Sedangkan rumah makan mereka sudah ada orang yang mengurus. Kalau saja ada Alif, mungkin bunda akan menyuruhnya pergi ke butik untuk mengurus sementara.
"Ayah gak usah bawa mobil, biar bunda aja yang nganter"
"Lahh bunda kan gak bisa nyetir?"
"Yaa kita naik motor yah, hehee"
Ayah dan bunda pergi ke dokter yang buka praktik tak jauh dari rumah mereka. Dengan mengendarai motor matic yang biasa dipakai Alif, bunda membonceng ayah yang berkemulan dengan jaket tebalnya.
Sesampainya di rumah yang di jadikan tempat praktik oleh dokter itu, terlihat pintu dan gerbang yang masih tertutup rapat. Ayah dan bunda baru melihat tulisan pada plang yang tertanam di ujung gerbang bahwa hari minggu si dokter praktik mulai jam satu siang, sedangkan sekarang masih jam sembilan pagi. Tak lama mereka ingin meninggalkan tempat itu, terlihat pintu rumah yang terbuka. Dari rumah itu keluar seorang ibu menggunakan daster dan jilbab yang sedang menggenggam sapu.
"Assalamu'alaikum, bu...."
"Wa'alikumsalam..."
Ibu itu menghampiri ayah dan bunda yang sedang berada di depan gerbang.
"Ada apa bu?"
"Dokternya ada bu?"
"Hari minggu dokternya mulai praktik jam satu siang bu"
"Tapi ini suami saya lagi sakit. Kepalanya pusing-pusing dari subuh"
"Okeee bu tunggu sebentar yaa... Silahkan masuk dulu"
Ayah dan bunda dipersilahkan untuk masuk rumah itu. Mereka menunggu dalam ruangan bergaya minimalis. Ruang pada pintu utama rumah itu adalah ruangan praktiknya. Dan teras rumahnya dijadikan tempat tunggu pasien dengan kursi stenlis panjang berwarna silver.
Setengah jam ayah dan bunda menunggu, akhirnya dokter yang mereka tunggu itu tiba. Tak mereka sangka, seorang ibu berpakaian daster yang mereka ajak bicara dihalaman tadi adalah dokternya. Sekarang penampilanya benar-benar berubah dengan megenakan jas putih ala dokter serta kerudung kuning panjang. Dasternya kini berubah menjadi kemeja dan rok panjang yang mengembang.
"Iyaa, jadi gimana?"
"Ini dok, kepala saya pusing dari tadi subuh bangun tidur. Sempet ilang bentar, terus pusing lagi"
"Okee saya periksa sebentar yaa pak"
Ayah berbaring diatas kasur seperti yang ada di rumah sakit pada umumnya sembari diperiksa bu dokter.
"Gimana jadi dok? Suami saya kenapa?"
"Ini bapaknya cuma kecapean aja kok sama kekurangan cairan tubuhnya. Yang penting bapaknya jangan kurang minum aja. Apalagi kalo aktivitasnya banyak."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alif : Hafizh's Story
Fiksi Remaja🏅#1 in Motivasi novel (May 12, 2018) Popularitas semasa sekolah menengah membuat Alif hampir melupakan setiap juz yang sudah pernah ia hafal. Hingga akhirnya Alif memulai perjalanan rantaunya untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi. Disana...