Percakapan Singkat

228 14 2
                                    

"Yah, Bun, aku pamit yaa... Assalamu'alaikum"

Semester baru, dimulai. Liburan terasa kurang. Alif masih ingin menetap lebih lama di kota asalnya. Tapi ada tanggung jawab yang harus ia laksanakan. Ia benar-benar sudah mempersiapkan diri untuk beasiswa itu. Waktu membuat hari itu semakin dekat. Alif tak sabar ingin melampiaskan semangatnya. Masih terngiang dialognya dengan sang dosen. Dan masih hangat juga pesan dari orangtuanya di kepala Alif saat ini. Bebannya tak hanya di kuliah sekarang.

"Mau mie seduh kak?"

"Hmm... aku minta teh hangat aja deh."

Bus itu berhenti di tempat pemberhentian. Sepertinya Alif akan terbiasa dengan perjalanan seperti ini kedepannya. Ia masih memikirkan cara agar tak larut dalam perasaannya.

"Lif..."

"Iyaa kak?"

"Boleh aku minta sesuatu dari kamu?"

"Apa itu?"

"Gausah panggil aku kak."

"Loh kenapa?"

"Gapapa"

"Kan kak Risa emang lebih tua dari aku?"

"Yaa gapapa"

"Okee..."

Alif canggung untuk tidak memanggilnya 'kak'. Ia memikirkan apa yang harus ia ucapkan. Tidak biasanya Alif menerima permintaan seperti ini. Bahkan ini pertama kalinya.

"Kak..."

"Lifff...."

"Iyaa?"

"Inget kan aku barusan minta apa?"

"Iyaa... Aku bingung harus manggil apa."

"Lif....."

"Iya?"

"Udah denger kan cerita dari ayah bunda?"

"Hmm... iyaa..."

"Masih inget gak masa-masa kita pas masih kecil?"

"Enggak."

"Sama."

Siang itu terasa panas diluar. Tapi dalam bus tidak. Perjalanan itu tidak terganggu dengan cuaca diluar. Mungkin hanya Alif yang sepanjang jalan merasa kedinginan. Telapak tangan dan kakinya dingin. Ia tidak sakit, hanya gugup. Merasa canggung satu deret dengan Risa. Walaupun mereka duduk bersebrangan. Sebelah kanan Alif seorang nenek. Sebelah kiri Risa seorang kakek. Si nenek sedang tidur pulas dengan kepala menyender pada jendela. Begitu juga si kakek. Alif-Risa, mereka hanya dipisahkan oleh ruang untuk jalan.

"Lif..."

"Iyaa?"

"Dingin?"

"Gak juga."

"Mau pake jaket?"

"Lah ini udah pake jaket."

"Double."

"Gak usah deh kayaknya."

Ia merasa sepertinya butuh. Tapi pikirnya aneh saja pakai jaket rangkap dua.

"Sa..."

Alif memberanikan diri. Lidahnya terasa kaku mengucapkan itu.

"Iyaa?"

"Boleh tanya?"

"Boleh."

"Gimana kuliahnya?"

"Yaa gak gimana-gimana."

"Gak ada masalah kan?"

"Alhamdulillah lancar aja."

"Alhamdulillah."

Alif : Hafizh's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang