Hari ini adalah hari pengumuman hasil tes seleksi perguruan tinggi. Walaupun Alif tergolong siswa yang pintar, tetap saja ia juga cemas menunggu hasil pengumumannya itu. Kini Alif sudah bisa sedikit tenang dengan pikirannya tentang Aisyah. Yang ia hiraukan sekarang hanyalah sebuah pengumuman. Padahal ayah dan bunda sangat yakin dengan kemampuan anaknya itu. Mereka malah terhibur melihat anaknya itu cemas.
"Sudah lah nak duduk aja yang tenang... ngaji kek, main kek, ngapain tah gitu... jangan kayak orang kebingungan hahahahaha"
"Ihh bunda kok malah ketawa sih.. gak ngerti apa anaknya ini lagi khawatir..."
"Sudah lah Lif, Ayah sama bunda yakin kok sama hasil kamu... kamu pasti bakal dapet pilihan pertama mu"
"Iyaa yah, ayah sama bunda yakin, tapi Alif yang deg-degan... lagian juga Alif kan emang cuma pilih satu universitas dan satu jurusan. Pilihannya cuma ada dua, aku bakal di terima, atau aku ditolak"
Ayah dan bundanya itu hanya senyum-senyum menahan tawa melihat tingkah Alif. Ia dari tadi hanya mundar-mandir gelisah di ruang tamu.
Alif benar-benar hanya memilih satu pilihan pada tes seleksi perguruan tinggi secara nasional itu. Padahal ia mempunyai tiga peluang untuk memilih jurusan dan universitas lain. Namun begitulah Alif, ia hanya konsisten dengan apa yang iya inginkan. Baginya percuma saja jika ia diterima di jurusan yang tidak ia inginkan, pasti ia akan menjalankannya dengan setengah hati. Kalaupun ia tidak diterima, ia akan mencoba tes lagi tahun depan. Menurut Alif ini hanyalah sebuah prinsip, dimana setiap orang berhak memilih jalannya masing-masing. Selagi itu benar secara umum dan tidak merugikan orang lain. Ia tak terlalu terpengaruh dengan teman-temannya yang lain. Karena tak jarang juga, banyak teman-temannya yang memilih jurusan dan universitas karena sekedar ikut-ikutan temannya yang lain. Ada juga yang memilih karena gengsi. Padahal mereka tau passion mereka masing-masing.
"Yaa Allah udah jam 2 siang... waktunya pengumuman!"
Segera Alif berlari dari ruang tamu menuju kamarnya. Dihidupkannya laptop berwarna hitam pemberian ayahnya itu. Setelah terhubung internet, langsung ia buka browser dan diketiknya website pengumuman hasil seleksi perguruan tinggi.
"Alhamdulillah yaa Allah !!!"
Jantungnya berdebar. Alif menyungkurkan tubuhnya ke atas sejadah yang terbentang di lantai kamarnya itu. Ia bersujud dan menangis bahagia karena bersyukur atas hasil tesnya. Tak lama ia bangkit dan berlari menuju ayah dan bundanya yang sedang duduk diruang tengah sambil menonton kilas berita siang.
"Ayahh... Bunda...."
Terlihat senyum bahagia dia wajah keduanya. Mereka benar-benar yakin kalau anaknya itu akan mendapatkan apa yang ia harapkan. Alif memeluk erat keduanya.
"Makasih yaa ayah, bunda... makasih sudah dukung Alif selama ini"
"Iyaa nak, semua berkat kerja keras mu juga kok. Kamu belajar setiap hari tanpa kenal lelah demi cita-cita mu. Ayah sama bunda hanya terus-terusan berdoa yang terbaik buat anaknya..."
"Nak, perjalanan mu masih pajang. Ini awal mu. Pesan bunda, jangan pernah berhenti berjuang, jangan pernah merasa puas atas apa yang kamu dapat, dan jangan lupa bersyukur setiap hari"
Benar-benar hari yang tak bisa ia lupakan. Betapa bahagianya Alif hari ini. Beginilah rasanya bahagia mendapatkan hasil dari berjuang selama ini. Dari masih kelas satu SMA, Alif benar-benar bercita menjadi seorang psikolog. Ia sudah memikirkan dari jauh hari tentang kemana ia mau kuliah nanti. Kini Alif sudah menjadi calon mahasiswa jurusan psikologi di universitas yang berada di Yogyakarta. Lebih tepatnya, kini Alif akan menjadi anak rantau.
_ _ _
"Bun, Yah, Alif pamit yaa... Doain Alif sehat terus disana..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alif : Hafizh's Story
Teen Fiction🏅#1 in Motivasi novel (May 12, 2018) Popularitas semasa sekolah menengah membuat Alif hampir melupakan setiap juz yang sudah pernah ia hafal. Hingga akhirnya Alif memulai perjalanan rantaunya untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi. Disana...