Ingin Serius

407 24 1
                                    

Seperti yang dijanjikannya, hari minggu ini Alif datang untuk begabung di kegiatan tahsin. Baju koko putih, celana bahan hitam, dan sebuah kopiah hitam yang melekat dikepalanya. Ia sudah mempersiapkan diri dari kosan. Tak lupa ia juga membawa mushaf yang di pinjamkan dari masjid. Dengan penuh percaya diri Alif melangkah menuju masjid. Dari luar sudah terlihat banyak orang yang akan mengikuti kelas tahsin itu. Berbagai usia hadir. Dari anak-anak sampai remaja. Terlihat sosok pak Salman di antara kumpulan orang-orang itu.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Mari kita mulai kegiatan tahsin kita hari ini. Tapi sebelumnya, mari sini kita kumpul dulu semua ke tengah.. Alhamdulillah kita kedatangan teman baru yang bakal gabung belajar tahsin sama-sama disini. Silahkan antum perkelankan diri"

"Perkenalkan nama saya Alif. Saya baru beberapa hari di Jogja. Disini saya baru mau masuk kuliah. Umur saya masih 17 tahun"

"Wihh masih muda antum. Kenalin nama ana Lathif. Panggil aja mas atau kak Lathif. Nahh sebelum kita mulai tahsin hari ini, ana mau tes dulu bacaan dek Alif. Mohon teman-teman yang lain disimak"

Alif yang tadi berangkat dari kos menuju masjid dengan percaya diri, kini seketika ia menjadi grogi. Suasana berubah menjadi hening. Pori-pori tubuh Alif mulai terbuka. Setetes demi setetes keringatnya membanjiri baju koko nya itu. Ia mencoba untuk memulai bacaannya. Alif hanya berusaha membaca sebaik mungkin dari hasil latihannya beberapa hari ini di kosan.

"Sebenernya bacaan antum udah baik. Tajwidnya udah pas. Tapi masih ada beberapa huruf yang antum baca sama. Kalo antum saya tempatin di tingkatan pertama gimana? biar lebih melekat lagi makhrojnya"

"Ehehe iya gapapa kok kak..."

"Dan kalo bisa nanti antum dateng juga aja ngaji di masjid ini, sore ba'da ashar..."

Alif diam sejenak dan berfikir. Itu berarti ia akan mengaji bersama anak-anak dan yang megajar adalah anak dari ibu kosnya. Ia menjadi bingung.

"Ehh anu kak...."

"Tenang... nanti antum bakal ditemani sama ustadz Salman juga kok. Jadi antum gak orang dewasa sendiri"

Sebenarnya Alif agak berat untuk menerima. Namun karena ia udah memutuskan untuk memperbaiki bacaannya, apa pun akan dia lakukan.

"Okeee kak..."

"Alhamdulillah... Okee sekarang antum bisa menuju masnya yang ada di sebelah sana. Dia yang bakal jadi guru antum saat ini. Nanti kalo sudah naik tingkatan bisa ke ana"

Terdapat dua orang pengajar di kelas tahsin ini. Keduanya sama-sama masih muda. Kak Lathif yang berumur 24 tahun dan mas Akbar yang masih berumur 20 tahun.

"Gimana kabar antum sehat?" 

Mas Akbar sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat.

"Alhamdulillah mas, sehat..."

"Kenalin nama ana Akbar. Ana juga tinggal dekat masjid sini kok. Sekarang masih kuliah di kampus yang ada di depan sana. Dan ana belum menikah hahahaha"

"Waduh mas dah bahas nikah aja hahaha... Ehh berarti kita satu kampus dong yaa..."

"Lhoo antum juga disitu? jurusan apa?"

"Hehe iyaa.. saya psikologi mas"

"Wahhh gedung kita sebelahan dong. Ana di akuntansi"

"Ohh iyaa mas? Saya gak tau. Belum sempet keliling kampus. Bingung. Luas banget soalnya hahaha..."

"Hahahaa iyaa... tapi alhamdulillah setidaknya kita tinggal di deket lingkungan kampus. Bisa irit biaya transportasi"

"Hehee iyaa mas"

Alif : Hafizh's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang