Sudah Mencoba

286 14 3
                                    

Padahal ini adalah hari yang ku tunggu-tunggu...

Tapi semangat yang biasanya membara dalam diri Alif untuk beasiswa ini begitu saja memudar. Ia tak mengerti dengan perasaannya saat ini. Seperti ada sesuatu yang mengganjal. Yang memadamkan semangatnya. Pikirannya sedang tak karuan. Alif jadi sulit memisahkan antara masalah pribadi dengan urusan kuliah. Semua bercampur satu dalam kepalanya. Begitu juga hatinya. Namun ia tidak bisa menghindar. Ini semua sudah terjadi. Ia hanya bisa menjalankan sebisa mungkin.

"Semangat Lif"

Risa mengantarnya hingga depan ruang tes. Alif memberi senyum pada gadis itu tanda terima kasihnya. Risa juga membalas senyum itu dengan senyum penuh harap pada Alif.

Gadis itu benar-benar membuat semangat Alif yang sempat padam bangkit kembali. Ia berharap ikhtiarnya selama ini menjadi senjata untuk menghadapi tes ini.

Alif tidak tau lagi bagaimana perasaannya saat ini pada Risa. Semakin lama ia merasa sangat terbiasa dengan Risa. Bisa dibilang, Alif malah merasa nyaman. Ia sudah berusaha sekuat mungkin untuk memberikan jarak antara hubungan mereka. Tapi nyatanya, hari-hari Alif di perantauannya saat ini menjadi berwarna karena Risa.

Tak jarang, Risa menjadi alasannya untuk kembali semangat saat ia merasa lelah menjalani harinya. Walaupun sebenarnya tidak ada hal berlebih yang dilakukan mereka layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Kadang Risa hanya mengantarkannya makanan, menunggunya selesai kuliah tanpa ada janji sebelumnya, mengikutinya pergi tanpa sepengetahuan Alif. Namun, hal kecil seperti itu yang membuat Alif nyaman akan keberadaannya saat ini.

Balqis kini sudah kembali normal pada Alif. Sepertinya ia sudah bisa menerima keberadaan Risa di sisi Alif. Memang benar gadis SMA itu juga memendam perasaan pada Alif. Tapi ia juga tidak mau menjadi beban bagi Alif. Ia tau ibunya ingin Alif bersamanya, menjaganya layaknya seorang adik. Balqis hanya bisa mendoakannya semoga selalu diberikan yang terbaik untuknya. Ia sisipkan nama Alif di setiap doanya setelah sholat.

Hingga saat ini, pria itulah yang membuat Balqis kagum untuk pertamakalinya. Sebelumnya ia belum pernah kagum dengan seorang pria di zaman yang seperti ini. Ia berterimakasih pada Sang Pencipta karena telah mempertemukannya dengan sosok Alif yang membuat hatinya jatuh terlalu dalam. Alif hanyalah manusia biasa seperti pria lainnya. Namun kegigihannya dalam mencapai sesuatu yang membuat Balqis kagum. Alif menjadi alasannya semangat menjalani harinya.

Gadis tu benar-benar menunggu Alif hingga selesai. Ia hanya duduk terdiam di bangku kayu panjang yang ada pada taman tengah gedung kampus itu. Kedua tangannya terus saling menggenggam dengan harap cemas. Tak henti-henti ia berdoa untuk kelancaran Alif. Untuk menghilangkan kegelisahannya ia pergi menuju kantin yang ada dekat gedung itu untuk membeli minum. Dibelinya dua botol air mineral. Yang satu sengaja ia siapkan untuk Alif nanti.

Risa duduk sebentar di kursi kantin untuk minum.
Tenggorokannya terasa kering menunggu lama tes Alif. Baru dua teguk ia minum air itu, matanya melirik ke arah kanan, Risa melihat Arsan di sisi kantin yang agak jauh dari tempatnya berada. Pria itu terlihat sendirian sedang mengutak-atik handphone-nya sambil menyedot jus yang ia beli. Risa segera menutup botol air minumnya dan bersegera meninggalkan kantin. Baru saja ia berdiri dari tempatnya duduk, dari jauh ia melihat seorang perempuan menghampiri Arsan. Yang jelas ia tidak mengenalinya, siapa gadis yang bersama Arsan itu. Ia tidak mau tau dan berusaha untuk tidak peduli. Ia benar-benar sudah tidak memiliki perasaan pada pria itu.

"Makasih yaa..."

Risa memberikan air mineral yang ia beli di kantin tadi.

Mereka pergi meninggalkan gedung kampus itu. Sekarang keduanya belum ada tujuan ingin pergi kemana. Alif sedang bosan di kosan. Belum ada tugas kuliah yang membebaninya. Risa hanya mengikut kemana Alif pergi.

Alif : Hafizh's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang