2. What's Your Name?

1K 165 7
                                    

Mobil Bugatti berwarna hitam itu pada akhirnya berhenti di depan salah satu gedung pencakar langit. Mahen keluar dari mobilnya diikuti oleh Jehan kemudian. Mahen memberikan kunci mobilnya pada petugas valet.

Mahen tidak memedulikan lagi kalau Jehan berusaha mengikutinya. Yang jelas, tujuannya sebelum meeting adalah mengecek laporan keuangan perusahaan kali ini. Dia tidak mau ada kesalahan sedikitpun yang mengakibatkan perusahaannya rugi.

Ketika masuk ke dalam kantor, semua mata seperti biasanya langsung terpusat pada sosok pemimpin mereka yang gagah dan berwibawa. Tak satupun dapat menolak ketampanan Mahen ketika melewati jajaran tempat karyawannya bekerja. Tapi mungkin untuk sekarang sudah berbeda. Mata yang biasanya tertuju hanya pada Mahen, sekarang berubah semua ke arah Jehan. Laki-laki manis itu menatap tiap karyawan dengan mata bulat bersinar sambil melambaikan tangannya. Bibir tersenyum tipis. Hal yang membuat mereka terdiam akan kecantikan pandang pemilik wajah manis itu.

Mahen merasa bingung, tidak biasanya para karyawannya terdiam seperti patung layaknya situasi sekarang. Dia lalu berhenti dan menatap salah satu karyawannya. Mata mereka ternyaa terpaku pada sosok laki-laki di belakangnya yang melambaikan tangan seperti seorang artis.

"Sudah?"

"Hey hey, mereka terpesona padaku Mahen. Lihat!" Jehan menunjuk salah satu karyawan perempuan yang bereaksi dengan mengepal kedua tangannya ke depan mulut untuk meredam rasa gemasnya ketika melihat Jehan. Lalu Jehan juga menunjuk laki-laki yang ada di sana sedang menatapnya intens. "Aku memang tampan."

Mahen memutar bola matanya. Terserahlah apa yang dilakukan para karyawan dan laki-laki aneh di sampingnya. Mahen lalu berjalan kembali menuju ruangannya yang ada di sudut bagian ini.

Begitu masuk ke dalam ruangan, Mahen langsung menelepon bagian keuangan dan menyuruhnya untuk datang ke ruangannya. Mahen membaca sekilas rincian data. Ada satu data yang janggal dan hal itu membuat Mahen langsung menggebrak meja dengan cukup kuat. Kedua manusia yang ada di sana terkejut mendengarnya. Apalagi dengan Jehan yang sedang bermain dengan bantal sofa. Matanya berkedip beberapa kali sambil mengamati urat nadi Mahen yang muncul ketika laki-laki itu berteriak.

"INI LAPORAN BANYAK YANG SALAH. TELITI KEMBALI DEBIT DAN KREDIT BESERTA UTANG DAN PIUTANGNYA. CARI JUGA MANA PIUTANG SISA YANG BELUM DITAGIH."

"B-baik Pak."

"Anda seorang akuntan yang lulusan terbaik masih tidak bisa membedakan mana debit dan kredit?"

"Maaf Pak, saya kurang teliti."

"Terserahlah cepat perbaiki. Siang ini harus sudah ada di meja saya."

"Baik Pak." Laki-laki bagian akuntan itu pergi.

Mahen lalu mendudukkan dirinya dan memijat pelipisnya. Banyak hal yang terjadi dengan perusahaannya. Apalagi sebagian besar ketuntungan menurun dari bulan-bulan sebelumnya. Mahen sangat frustrasi memikirkan bagaimana menaikkan keuntungan kembali. Sebenarnya keuntungan itu tidak merosot terlalu jauh, rata-rata hanya merosot lima persen dari bulan sebelumnya. Tapi tetap saja hal itu semakin menipiskan jarak kerugian di perusahaannya. Jika dibiarkan dia bisa mengalami defisit keuangan.

Berbeda dengan Mahen yang kebingungan bagaimana menaikkan keuntungan untuk bulan ini, Jehan justru terlibat bingung dengan keadaan tubuhnya sekarang. Perutnya terdengar berbunyi dan Jehan menjadi ngeri jika ada makhluk hidup di dalam perutnya. Dia lalu memegang perutnya dan menepuk-nepuknya. Tapi tetap saja perutnya berbunyi. Jehan lalu berdiri dan berjalan ke arah Mahen.

"Mahen!" Jehan mencolek tangan Mahen dengan jari telunjuknya tapi Mahen tetap menutup matanya.

"Mahen!" Untuk kedua kalinya Jehan mencolek bagian tubuh Mahen tapi kali ini berbeda karena Jehan beralih ke pipi kiri Mahen.

How to be Alive? || MarknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang