8. One Day With You

1K 153 15
                                    

🐾97 days to go🐾

Kehidupan Mahen tidak ada bedanya antara hari libur maupun di hari kerja. Sama-sama terbiasa bangun di pagi hari untuk mengecek berkas-berkas yang belum dia baca hari kemarin.

Sebelum memulai aktivitas paginya, Mahen selalu menyempatkan untuk membuat kopi di dapur. Hal pertama yang dilihatnya ketika berada di lantai bawah adalah kamar Jehan. Setelah semalam terlibat cekcok kembali dengan Jehan, akhirnya laki-laki itu menurut juga untuk tidur di lantai bawah. Ah tidak, sebenarnya karena Jehan sudah kekenyangan dengan satu setengah kotak martabaknya, dia terlelap begitu saja. Dan akhirnya Mahen membuat Jehan berakhir tidur di lantai bawah.

Jehan masih di sana. Bergelung dengan selimut untuk menghalau dinginnya pendingin ruangan dengan tubuhnya yang tidak terlihat sama sekali. Setelah puas melihat keadaan Jehan, Mahen kembali menutup pintunya dan melanjutkan keinginanya untuk membuat kopi. Hari ini masih jam empat pagi. Masih ada banyak waktu sebelum melakukan olahraga pagi.

Setelah selesai dengan kopinya, Mahen membuka kulkas. Dilihatnya masih ada dua setengah kotak martabak Jehan semalam dan tiga permen kapas yang sudah kempes, tidak berbentuk seperti permen kapas lagi. Semalam juga Jehan hanya memakannya setengah saja. Lihat kan kelakuan Jehan yang terlalu berlebihan itu.

Mahen akhirnya mengambil sisa setengah kotak itu dan membawanya ke atas bersamaan dengan kopi hitam di tangan kanannya.

Mahen kembali membaca berkas kerja sama yang tadi ditinggalkannya. Setengah jam berlangsung seperti biasa. Tapi suara pintu ruang kerjanya ini terbuka. Mahen mengangkat wajahnya, membenarkan kacamata bulatnya, dan menyenderkan tubuhnya ke kursi. Dilihatnya seorang laki-laki bertubuh kurus dengan pipi tembam sedang mengucek kedua matanya yang sipit. Laki-laki itu berjalan sempoyongan karena masih merasa ngantuk.

"Mahen ..." rengekan Jehan muncul ketika jarak mereka berada di antara seratus meter. "Aku lapar."Jehan berhenti dan menatap Mahen dengan mata sayunya.

"Ini!" Mahen menunjuk satu kotak martabaknya.

Jehan berjalan mendekat dan menarik lengan Mahen yang ada di samping kursinya. Jehan mendudukkan dirinya di atas pangkuan Mahen. Dia mengamati kotak itu. Lalu mendorong kotaknya.

"Nggak mau. Mau makan nasi aja."

"Lagian yang nyuruh kamu beli martabak sebanyak itu siapa coba?"

"Mahen, makanan manis nggak baik buat tubuh. Nanti bisa obesitas."

"Nah itu tahu. Kamu sedang menasehati diri sendiri ya Je?"

Jehan baru sadar, perkataan ini lebih cocok untuknya daripada untuk Mahen. Dan bodohnya Jehan sudah mengetahui itu masih saja meminta untuk dibelikan banyak makanan manis. Alhasil Jehan hanya bisa mengerucutkan bibirnya ke bawah.

Mahen yang melihat tingkah Jehan itu seketika berubah gemas. Dia lalu menarik bibir Jehan yang mengerucut seperti bebek itu ke depan. Jehan memukulnya karena terasa menyakitkan.

"Mahen tangannya. Sakit bibir aku."

"Ya habisnya lucu." Mahen memeluk Jehan dengan erat dan menggoyang-goyangkannya. Rasanya gemas sekali dengan Jehan.

"Kalau lucu, boleh ya makan nasi aja."

"Ya, tapi tetep harus habis martabaknya. Sama permen kapas sekalian."

How to be Alive? || MarknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang