Jam di pergelangan tangan menunjukan pukul 4 sore.
Nagisa bangkit dari duduk lalu memakai jaket hijaunya, bersiap untuk pergi mengambil ponselnya di tempat service sesuai dengan janji. Itu sebuah kecelakaan, ponselnya tak sengaja terjatuh ketika Nagisa tengah berlatih sendirian sambil memantau sekitar Kunugigaoka kemarin malam. Jika ponselnya terjatuh dari ketinggian biasa mungkin tidak masalah, tapi ponselnya jatuh dari ketinggian atap rumah 2 lantai.
Gerakan Nagisa terhenti ketika dia melihat handgun berisi peluru antisensei di meja belajarnya.
Alih-alih buku atau peralatan sekolah lainnya yang dapat mengingatkan seseorang pada gurunya, Nagisa justru teringat akan sosok Korosensei ketika melihat sebuah senjata api.
Karasuma berkali-kali mengatakan kepada para siswa kelas E untuk tidak membawa senjata mereka selain ke sekolah, apalagi menunjukannya di luar sekolah. Tapi untuk kali ini saja, sesuatu di hati Nagisa membuatnya tidak merasa tenang jika tidak membawa handgun-nya. Mungkin karena suasana di luar sana sedang kacau oleh proyek pemerintah untuk memusnahkan Korosensei, atau mungkin sekedar firasat tak nyaman yang dia rasakan sejak beberapa menit yang lalu.
Pada akhirnya Nagisa meraih senjata tersebut, lalu memastikan bahwa dirinya telah memasukan handgun tersebut dengan baik di kantong celana cargonya.
Lagi Tokyo yang gelap dan berawan menyambut ketika Nagisa membuka pintu apartemennya. Akhir-akhir ini suasana di luar selalu seperti ini, Nagisa bertanya-tanya apa mungkin karena pengaruh laser membentuk kubah yang mengurung Korosensei?
Apapun itu, yang pasti, atmosfer tak nyaman ini membuat Nagisa terenyuh.
Untuk sekedar mengecek keadaan, Nagisa berjalan menuju sisi beranda yang dibatasi oleh dinding sepinggangnya.
Karena Nagisa bagian dari murid kelas E yang mendapat perlindungan khusus, mobil pengawas milik pemerintah selalu berjaga di sekitar tempat tinggal Nagisa untuk beberapa hari terakhir. Namun, kali ini tidak ada orang-orang dari pemerintah seperti kemarin.
Nagisa justru melihat seorang perempuan dengan rok abu-abu dan jaket merah yang nampak seolah sedang menghadapi seseorang. Sayangnya, bagian dari bangunan apartemen menghalangi pandangan Nagisa untuk melihat siapa yang sedang perempuan itu hadapi.
Menghela nafas.
Nagisa berusaha membuang semua pikiran negatifnya dengan berasumsi bahwa semua firasat tak nyaman ini diakibatkan oleh suasana Tokyo yang terasa mencengkam.
Kelas E akan mengadakan pertemuan rahasia malam ini, jadi Nagisa merasa dirinya harus segera mengambil ponselnya sebelum malam tiba.
Namun, Langkah Nagisa dihentikan ketika menyadari dari seseorang berlari ke arah perempuan berjaket merah di bawah dari penglihatan periferalnya.
Dari rasa penasaran berubah menjadi kebingungan ketika Nagisa menyadari sosok pemuda yang berlari ke arah perempuan tersebut dan melemparkan tinjunya dengan penuh amarah.
"Rama-san?" Gumam Nagisa sembari menyipitkan matanya.
Itu pertarungan yang singkat sebelum Nagisa semakin dibingungkan oleh sosok perempuan berjaket merah yang tiba-tiba melangkah mundur seolah masuk ke ruangan tak terlihat dan sosoknya menghilang. Rama segera membalikkan badannya, teriakan nyaringnya membuat Nagisa yang ikut mendengarnya mulai merasa panik.
"Sara, awas!!"
Detik itu juga, Nagisa melompati dinding penghalang balkon dan berlari mengunjungi tempat perkara.
Jantung Nagisa berdegup sangat kencang ketika dia memikirkan skenario terburuk yang bisa terjadi pada Sara. Ini perasaan yang sama seperti ketika kubah itu mulai mengurung Korosensei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimension (Completed) || Ansatsu Kyoushitsu Fanfic
Fanfiction[Ansatsu Kyoushitsu Fanfiction] Cerita isekai klasik dimana MC bertemu truck-kun. Tapi ini berbeda. Kedatangan Sarah di dunia anime Ansatsu Kyoushitsu hanya membawanya pada sebuah kebenaran yang memilukan. (Another Dimension Remake version) WARNING...