Chapter 11.5

956 155 21
                                    

"Sara, belikan aku camilan dong."

"Idih. Beli sendiri sana, lagi baca manga."

Sisa liburan musim panas tidak seproduktif sebelumnya. Aku menghabiskan waktuku dengan membaca manga, menonton anime dan acara televisi lainnya. Itu karena aku ingin menikmati minggu terakhir liburan dengan menghemat energiku, jadi aku meminimalisir bergerak. Tapi ibu sempat mengomel karena kerjaanku setelah pulang dari Okinawa hanya bermalas-malasan, jadi aku masih menyempatkan diri untuk membantu ibu memasak, itu pun hanya makan malam.

Lalu soal Rama, dia semakin tidak tau diri mengganguku. Aku tau dia sering merasa bosan dan iseng mengunjungi kamarku hanya untuk berbaring di kasur atau duduk di kursi belajarku, tapi karena libur, frekuensinya semakin bertambah dan itu sangat menyebalkan karena dia akan mulai dengan topik tak berguna atau menyuruh-nyuruhku melakukan sesuatu.

Padahal sebelumnya dia terlihat seperti seorang kakak sungguhan. Perhatiannya padaku hingga rela menjemputku di stasiun—perjalanan kami menuju pelabuhan menggunakan kereta, begitu pun sebaliknya—setelah dari Okinawa sempat membuatku berpikir bahwa dia kakak yang baik.

Kalau diingat-ingat lagi, Rama benar-benar terlihat khawatir saat menjemput. Dia terus menanyakan keadaanku juga situasi selama di Okinawa. Ya, tentu saja aku tidak bisa menceritakan bahwa teman-temanku tejangkit virus buatan lalu kami mengadakan operasi penyusupan untuk mencuri vaksin dan aku sempat diculik lalu Nagisa bertarung melawan bosnya, itu akan berujung dengan keluarnya aku dari sekolah atas permintaan orang tuaku dan aku tidak mau hal itu terjadi. Jadi aku menjawab bahwa keadaan baik-baik saja dan menyenangkan.

Tapi bukankah gelagatnya yang khawatir berlebihan itu sangat mencurigakan? Dia bahkan sempat bertanya, "Kau tidak melihat atau mendengar yang aneh-aneh 'kan?" seperti itu. Itu terasa mengganjal karena sebenarnya aku sempat mendengar suara aneh. Seakan Rama tau apa yang terjadi padaku. Tapi karena suasananya tidak cocok untuk bertanya, aku memutuskan untuk mengabaikannya saat itu.

Mungkin sekarang waktu yang tepat. Suasananya juga sedang santai. Aku menoleh ke Rama yang tengah berbaring di kasur menghadap ke arah diriku yang duduk di kursi belajar, tapi aku malah melongo. Bukan karena Rama sedang melakukan hal aneh, tapi karena jendela dibelakang Rama muncul sosok berwarna kuning memegang papan bertuliskan ajakan untuk pergi ke Festival Musim Panas berama-sama.

Aku kaget dengan kenekatan Korosensei muncul disaat Rama ada di sampingku.

Tapi ajakan itu terasa familiar. Apa mungkin ini salah satu adegan di anime? Aku tidak begitu ingat.

Korosensei tidak meninggalkan jendela kamarku sebelum aku menjawab ajakannya, itu membuat Rama perlahan-lahan sadar bahwa cahaya di kamar meredup karena satu-satunya penerangan berasal dari jendela. Karena terdesak jadi aku asal mengangguk saja supaya dia cepat pergi.

"Hah, kamu liatin apa?"

"Enggak, hanya melihat langit di luar. Ngomong-ngomong, kau pergi ke festival?"

"Sepertinya aku akan pergi, aku sudah janjian dengan teman-temanku."

"Oh, kau punya teman juga rupanya."

"Kurang ajar, tentu saja aku punya."

Rama sudah siap melemparku dengan bantal, membuatku refleks menutup kepalaku dengan tangan.


"Itu mengingatkanku, tadi ibu bertanya apa kau akan pergi ke festival, soalnya ibu punya yukata milik nenek. Mungkin kau akan disuruh memakai itu."

Mendengar informasi tersebut, aku tidak tau harus merasa bagaimana. Sejujurnya aku senang karena ibu perhatian padaku, dan aku belum pernah memakai yukata sebelumnya. Tapi yukata itu terlihat merepotkan jadi aku tidak pernah tertarik untuk mencoba mengenakannya.

Another Dimension (Completed) || Ansatsu Kyoushitsu FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang