Berbagai macam hal telah terjadi, hingga tanpa disadari, bertemu dengan Nagisa di stasiun pada pagi hari dan pulang sekolah bersamanya sudah menjadi rutinitas tanpa perlu adanya kesepakatan yang terucap.
Bagi Sara itu hal yang bagus, karena setidaknya berangkat dan pulang bersama Nagisa membuatnya merasa punya teman—perasaan yang bertolak belakang dengan apa yang dia rasakan di dunia sebelumnya.
Kalau saja ini dunia nyata mungkin Sara sudah menjauhi Nagisa duluan. Sulit bagi Sara untuk mempercayai orang lain sepenuhnya mengingat pada dasarnya manusia hanya bertindak untuk mencari keuntungan pribadi. Memanfaatkan kenaifan orang-orang baik untuk mencapai apa yang diinginkan, itu sangat melukai perasaannya dan seolah merenggut kebaikannya yang tulus. Semua itu membuat Sara merasa jijik tiap kali teman di dunia sebelumnya menyapa dan mengajak berbincang. 'Apa lagi yang diinginkan orang itu?' adalah hal pertama yang pasti Sara pikirkan.
Tapi itu dulu, semua teman-teman barunya disini tidaklah seperti teman-temannya di dunia nyata.
Lagi pula Nagisa itu orang yang baik. Dia selalu melakukan apapun ketika dimintai tolong oleh seseorang. Dia juga pekerja keras dan orang yang rajin, sesekali Nagisa bertanya soal Bahasa Inggris pada Sara. Dan Nagisa-lah orang yang selama ini selalu mendengarkan cerita dan keluh-kesah Sara meski gadis itu bisa saja berbicara panjang lebar tanpa henti.
Terkadang itu membuat Sara berpikir bahwa Nagisa itu orang yang terlalu baik. Seandainya dia terus seperti itu, mungkin dia akan menjadi sama seperti Sara di dunia sebelumnya—dimanfaatkan oleh orang lain.
"Aaaa.... tenggorokanku sakit..."
"Kau harus berhenti makan es krim terlalu banyak, Sara-san."
"Aku tau. Tapi aku tidak bisa menahan diriku, ibuku menyimpan stok es krim."
"Sebentar lagi ujian, jangan sampai sakit."
"Iya-iya. Tapi Nagisa-kun, seperti apa sih soal ujian di Kunugigaoka? Apa sesulit itu?"
"Uhh... menurutku sih cukup sulit jika kau tidak belajar. Kunugigaoka itu sekolah yang memiliki reputasi tinggi karena siswanya yang pintar, untuk mempertahankan reputasi itu mereka biasanya membuat soal ujian cukup sulit dan sistem kelas E seperti sekarang ini. Intinya, kau harus belajar Sara-san."
"Tentu saja aku belajar."
"Benarkah? Lalu bagaimana nilai tes Sastra Jepang kemarin?"
"Ughh... j-jangan tanyakan itu. Dari pada menanyakan soal nilaiku, bagaimana kalau temani aku mampir ke konbini? Aku ingin beli sesuatu."
"Tidak jika kau mau membeli es krim."
"Eeehh, kalau gitu aku beli sendiri saja. Kau bisa pergi duluan Nagisa-kun."
"Tidak. Lagi pula untuk apa kau beli es krim pagi-pagi begini?"
"Perjalanan naik gunung bisa melelahkan lho!"
Nagisa menghela nafas mendengar jawaban Sara yang beralasan. Dia bertanya-tanya, apa menyukai es krim membuat otak Sara jadi ikutan seperti anak kecil? Terkadang dia menyebalkan tapi juga lucu dalam saat bersamaan.
Jawaban untuk pertanyaan Nagisa adalah iya. Sara mengakui bahwa tubuhnya di dunia ini tidak bisa menahan diri untuk tidak makan es krim jika tau di freezer rumahnya ada es krim. Terkadang dia berpikir bahwa Fujisato Sara ini maniak es krim. Itu membuatnya bertanya-tanya, apa di musim dingin nanti dia juga akan tetap makan es krim?
Bagaimana pun juga, Nagisa yang biasanya pasrah kalau orang lain sudah memaksa kini menentang keras permintaan Sara, dan hal itu hanya bisa dilakukannya kepada Sara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimension (Completed) || Ansatsu Kyoushitsu Fanfic
Fanfiction[Ansatsu Kyoushitsu Fanfiction] Cerita isekai klasik dimana MC bertemu truck-kun. Tapi ini berbeda. Kedatangan Sarah di dunia anime Ansatsu Kyoushitsu hanya membawanya pada sebuah kebenaran yang memilukan. (Another Dimension Remake version) WARNING...