Rencana skala besar yang lagi-lagi terdengar mustahil terjadi di dunia nyata baru saja dimulai. Kayano ingin membuat puding berukuran raksasa dengan memanfaatkan kelebihan produksi telur yang akan dibuang oleh pemerintah. Tentunya hal itu mudah dilaksanakan kelas E karna mendapat bantuan langsung dari pemerintah.
Tapi tetap saja, bagi Sara yang tahu betapa mustahilnya rencana itu terjadi di dunia nyata terasa janggal.
Kayano sudah memberikan proposal rencananya ke Karasuma untuk diajukan ke pemerintah, pihak pemerintah pun telah menyetujuinya, melihat adanya kemungkinan keberhasilan membunuh Korosensei dengan bom di dalam puding yang akan dibuat.
Proyek ini terdengar seperti mimpi, jadi tidak ada satu pun orang di kelas yang menentang insruksi Kayano selama pembuatan puding raksasa dilaksanakan.
Setiap orang mempunyai tugasnya masing-masing. Takebayashi diberi amanat untuk membuat bom yang ada di tanam pada puding tersebut. Berkat proyek ini pula Sara sekarang bisa memecahkan telur dengan satu tangan, dan entah kenapa Sara sangat bangga dengan hal itu.
Hari dimana puding berhasil dibuat merupakan hari paling memuaskan. Puding manis dan lembut raksasa bukan lagi sekedar mimpi, mereka berhasil membuatnya dalam sekali coba—tentu saja Kayano telah bereksperimen seorang diri sebelumnya.
Meski puding itu terlihat megah, ada sebuah bom tertanam di dalam puding. Rencana mereka yang sesungguhnya justru baru dimulai.
Sayang sekali, rencana pembunuhan mereka digagalkan oleh Korosensei yang mencium aroma plastik dalam puding. Itu menjadi catatan baru bagi Takebayashi untuk tidak membuat bom dari bahan plastik jika ingin membunuh Korosensei.
Meski rencana mereka gagal, Kayano tetap terlihat sangat puas dengan puding raksasa buatannya. Dia terus membicarakan soal puding dengan semangat ketika bersama Sara.
Tak berapa setelah proyek besar-besaran itu, muncul sebuah kejadian yang menggemparkan seisi kelas E.
Kasus pencurian pakaian dalam wanita oleh sosok berwarna kuning. Beritanya bahkan sampai masuk ke majalah. Dari deskripsi di majalah tersebut, jelas-jelas sosok kuning yang dimaksud itu mirip dengan Korosensei, dan kebetulan saja posisi Korosensei membuatnya semakin dicurigai sebagai pelaku pencurian yang tak senonoh itu.
Peristiwa yang berhasil menjatuhkan harga diri Korosensei sebagai guru itu membuat suasana kelas terasa berat.
Sara bisa merasakan Karma berkali-kali melirik ke arahnya untuk mengecek reaksinya. Tentu saja, Sara yang sudah memutuskan untuk menjadi pelaku pasif dalam kejadian ini tidak mempedulikan pandangan tersebut.
Semua siswa kelas E tidak langsung pulang begitu kelas berakhir di hari itu. Mereka penasaran, apa benar Korosensei melakukan tindak pencurian itu.
Karma secara alami memimpin diskusi, menyampaikan deduksinya mengenai kasus ini.
"Kalau dibanding dengan meledakan bumi, tindakannya kali ini lucu sekali. Tapi kalau aku mencari pencuri dalaman yang bisa bergerak dalam kecepatan mach, aku yakin dia tidak akan meninggalkan jejak sebodoh ini."
Pemuda berambut merah itu kemudian melempar bola basket pada Nagisa. Hanya saja bola basket tersebut "memakai" bra. Itu membuat Nagisa merasa canggung.
"Aku menemukan itu di ruang olahraga. Dia (Korosensei) pasti sadar jika dia melakukan hal seperti ini pada kita maka sama saja dengan bunuh diri. Aku rasa bagi guru monster seperti dia, kehilangan kepercayaan sama dengan kematian yang selalu dia hindari."
Nagisa mengangguk, setuju dengan pernyataan Karma.
"Lagi pula anak ini sejak awal terlihat santai." Gumam Karma di akhir kalimatnya seraya melirik ke arah Sara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimension (Completed) || Ansatsu Kyoushitsu Fanfic
Fanfiction[Ansatsu Kyoushitsu Fanfiction] Cerita isekai klasik dimana MC bertemu truck-kun. Tapi ini berbeda. Kedatangan Sarah di dunia anime Ansatsu Kyoushitsu hanya membawanya pada sebuah kebenaran yang memilukan. (Another Dimension Remake version) WARNING...