Chapter 41

300 59 5
                                    

Tubuh mungil itu jatuh terduduk tepat setelah Hagar tidak lagi nampak disana.

Penampilan Hagar yang sama persis seperti Sarah dunia nyata dengan seragam SMA khas Indonesia dan jaket merah itu telah sepenuhnya menghilang dari hadapan Sara. Rasanya seolah Sara baru saja membunuh dirinya yang lama.

Semua ketegangan terangkat bersamaan dengan partikel cahaya yang leyap di udara. Kini semua rasa sakit dan lelah seolah menghujam Sara.

Suara tubrukan ringan antara tubuh Sara yang berbaring dilantai di lorong stasiun terdengar.

Senyuman puas terukir di wajah Sara.

Sara ingat rasa syok dan tidak percaya ketika mendengar kebenaran tentang dunia ini dari Rama. Juga ketika dia menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membuat sebuah keputusan tentang kehidupannya. Namun di tengah kusutnya hidup, dia tetap bisa menikmati hari-hari berkat Korosensei dan kelas E.

Berkat Kayano, Sara bisa merasakan hidup sebagai sisiwi yang normal seperti lainnya. Nagisa telah mengajarkan Sara bagaimana menjalani hubungan antar manusia yang tulus tanpa saling memanfaatkan. Juga Karma dengan tingkah menyebalkannya berhasil membuat Sara terhibur dan selalu menjadi pendengar yang baik. Berkat Kosensei, Sara akhirnya memilih untuk hidup dalam kebenaran pahit dan mencari kebahagiaannya sendiri.

Sara sangat berterima kasih kepada ibunya. Karena ibunya, Sara bisa merasakan bagaimana mendapat kasih sayang seorang ibu, bagaimana suasana hangat dan menyenangkan ketika seluruh keluarga berkumpul untuk menikmati makan malam bersama.

Dan juga Rama.

Kematiannya tidak sia-sia, Sara akan memastikan hal itu dengan menjalani hidupnya dengan baik. Dia akan bahagia, sebagai bentuk terima kasih untuk Rama yang selama ini selalu berada disisinya meski Sara telat menyadari sekali pun. Kematian Hagar serta keinginan besar Sara untuk pulang, semua ini adalah hadiah dari Sara untuk Rama.

Tawa kecil keluar dari mulut Sara sambil lengan kanannya dia letakan di wajahnya untuk menutup mata sambil nafas beratnya perlahan semakin tenang.

Sara merasa mengantuk.


"Sara-san, kau .... akan kembali?"

Setelah melihat senyuman puas terukir lebar di wajah Sara yang tubuhnya terlihat sangat kelelahan, Nagisa mulai takut ini saatnya untuk berpisah. Pertanyaan yang pemuda itu lontakan pun butuh keberanian besar untuk dikatakan.

"Sejujurnya aku tidak tahu. Tapi aku sangat capek."

Nagisa duduk di samping Sara sambil memandanginya dengan tatapan khawatir, membuat Sara terkikih pendek.

"Apa-apaan wajah itu."

Karma yang mulanya berdiri di sisi kiri Sara mulai duduk seperti Nagisa.

"Secepat ini?" Tanya Karma.

"Iya, mungkin ini memang saatnya. Meski aku menunda pun, aku tidak akan membiarkan kalian menemuiku."

Sara menjawab sambil membalas tatapan Karma.

Suara mesin yang menarik naik pintu yang menghalangi jalan lorong terdengar nyaring.

"Kalian baik-baik saja?" Tanya Itona dari seberang sana, memperhatikan teman-temannya dari monitor CCTV.

"Tidak apa-apa."

Karma dan Nagisa menjawab Itona secara bersamaan, membuat Sara terhibur.


Mendengar suara ketiga temannya membuat Sara bersyukur mempunyai teman yang sangat baik yang mau membantunya.

"Aku sangat berterima kasih pada kalian. Aku juga bersyukur bisa bertemu kalian, teman-teman yang lain, Karasuma-sensei dan Irina-sensei, juga Korosensei. Maaf, kalian jadi harus kehilangan dua orang sekaligus."

Another Dimension (Completed) || Ansatsu Kyoushitsu FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang