Prolog

2.9K 279 43
                                    

Senyuman tipis terbesit ketika ia membaca pesan dari smartphone-nya.

Sepertinya sopirnya terjebak macet dalam perjalanan menjemput. Yah, wajar saja, kota tempat tinggalnya itu adalah ibukota yang padat penduduk.

Jaket merah terang bertuliskan "NEKOMA" di punggungnya sangat menarik perhatian. Ia duduk manis di kursi yang disiapkan di sepanjang koridor, gadis muda itu mengeluarkan earphone dari tas ransel di pangkuannya. Sesekali melirik ke gerbang, mengharapkan mobil sedan hitam yang dikenalinya segera datang menjemput. Dia sangat ingin segera pulang dan menonton anime kesukaannya.

"Sarah! Belum pulang?"

Gadis sebaya dengannya, berambut keriting jatuh berwarna coklat yang nampak jelas hasil rutinitasnya kesalon dan ia mengenakan jaket denim yang khas, Sarah kenal persis teman sekelasnya itu. Dia menyapa dari sisi seberang, tengah berjalan menuju salah satu mobil yang terparkir di halaman sekolah.

Sarah menghela nafas panjang. Kemudian memasang senyum terbaiknya.

"Iya, sopirku datengnya agak telat. Kena macet."

"Oh gitu. Ya udah, aku duluan ya, Sar!"

"Iya, hati-hati."

Percakapan singkat penuh basa-basi.

Bagi Sarah, percakapan tadi tak terdengar adanya rasa peduli yang sesungguhnya. Dan itu sedikit menjengkelkan. Tapi tenang, Sarah sudah terbiasa dengan itu.

Tepat setelah teman sekelasnya menyapa, Sarah menangkap sosok perempuan bertubuh mungil tengah tertawa bersama dua temannya. Rambutnya yang diikat asal sangat menggambarkan betapa bersemangatnya dia sehingga tidak bisa diam.

Sejujurnya, Sarah benci melihat perempuan itu.

Ah, baiklah, lebih baik akui saja sejujur-jujurnya. Sarah benci sekolah ini. Semua terasa seperti sandiwara semata. Lingkaran pertemanan yang secara tidak sadar terjalin karena hubungan saling membutuhkan dan memanfaatkan. Sarah sudah cukup lelah mempertahankan sebuah hubungan dengan orang lain.


Butuh waktu cukup lama bagi sopirnya untuk datang menjemput. Sarah tidak terlihat begitu mempermasalahkan keterlambatan ini dan segera masuk ke mobil tepat setelah mobilnya masuk ke gerbang. Setelah menyapa sopirnya dan melakukan percakapan singkat, perhatian gadis itu kembali pada ponselnya.

Ponsel yang sekilas terlihat normal dengan casing hitam polos. Tapi jangan pernah tanyakan bagaimana isi ponsel seorang wibu yang sebenarnya. Maksudku... lockscreen-nya saja gambar karakter animasi berambut biru yang di kuncir dua, tersenyum manis ke arah layar. Dan senyuman puas selalu terukir di wajah Sarah tiap kali ia melihat wallpaper ponselnya.

Sarah mengalihkan pandangannya pada jendela setelah beberapa saat hanyut dalam dunianya sendiri di ponsel itu. Pantulan bayangan tipis seorang gadis dengan rambut bob pendek yang poninya diikat, juga jangan lupakan kantung mata yang akan terlihat jika diperhatikan dengan baik. Ada perasaan iba setiap kali ia memandang dirinya sendiri.

Lahir dari keluarga kaya bukan berarti bahagia.

[Ayah sialan itu lagi-lagi tidak pernah menghubungiku, sudah tiga hari dia tidak pulang.]

Untuk kesekian kalinya di hari ini, helaan nafas panjang keluar dari mulut gadis itu.

[Bodo amatlah. Nyampe rumah enaknya ngapain ya? Ah, Nagisa di hp bikin inget sama AnsKyo. Jadi kangen jaman aku hype anime itu. Ntar nonton ulang ah~]

Sebesit pikiran anak SMA yang sangat sederhana merencanakan cara menikmati waktunya, itulah yang Sarah lakukan tepat sebelum suara klakson nyaring memekik telinga dan guncangan kuat hasil dari bantingan setir menyerang tubuh gadis itu.

Saat itu, dunia terasa berisik namun juga sepi. Tidak ada sedikit pun waktu untuk mencerna apa yang tengah terjadi. Satu-satunya yang gadis itu lihat dengan mata kepalanya sendiri hanyalah bongkahan besi di depannya yang berjalan begitu cepat ke arahnya, sebelum akhirnya dentuman keras terdengar.

..............................

.................

.......

Sakit. Suara nyaring ini begitu berisik.

Kepalaku sangat pusing. Seseorang, tolong aku.

Ah sial, pandanganku semakin kabur. Aku memang selalu berharap mati secepatnya, tapi....

Ayah. Setidaknya biarkan aku bertemu ayah.... sekali lagi.

[][][]


Apa yang terjadi?

Gelap.

Ah, aku ingat. Aku mati karena kecelakaan. Konyol banget mati secepat ini.

Yah.. tidak apa-apa sih. Dari pada menjalani hidup seperti itu, lebih baik mati muda.

Tapi tetap saja, rasanya menyedihkan.

Ah, Aku baru inget! Hardisk-ku. Drama CD, juga manga yaoi-ku....

Nama baikku bisa tercoret.

Tapi, mari pikirkan. Semua itu kan ada di hardisk yang aku simpan di rumah, jadi kesempatan orang sadar soal isinya akan memakan waktu lebih lama. Justru yang gawat itu HP-ku! Kenapa coba aku gak kepikiran hapus search history. Yang kepikiran malah nelfon ayah.

Ya sudahlah. Lagi pula aku gak akan menghadapi rasa maluku. Karena aku sudah mati.

Aku hanya perlu mengikhlaskannya.

Tarik nafas dalam-dalam, lalu buang perlahan supaya tenang.

"Oy, bangun!"

Aku hidup sengsara, setidaknya aku harus mati dengan tenang.

"Bangun. Nanti kesiangan lho!"

Ya... aku harus tenang.

"Ck. Ini anak gak bangun-bangun. Aku masuk ya!"

"Apaan sih berisik banget! Aku hanya ingin mati dengan tenang—"

"Hee, ngelantur apa kamu. Serem banget. Cepet bangun, ini hari pertama sekolah 'kan, nanti telat lho."


Eh. Siapa cowok ganteng itu?

Tunggu, bukan itu yang harus aku pikirin sekarang! Yang lebih penting, sekarang aku dimana? Aku kira aku mati, tapi aku masih bernafas. Tubuhku masih sempurna dan baik-baik saja. Tidak terasa sakit sedikit pun.

Dan kalau di perhatikan....

Ruangan ini, apa ini kamar tidurku? Nuansanya kayak di film-film anime. Bahkan seragam yang digantung itu, rasanya sangat familiar.

Apa aku gila?!

"Mau sampai kapan diem terus. Cepet bangun."

Cowok yang tadi bangunin aku ya.

"Kamu siapa?"

"Hah? Kamu bercanda mulu. Udah buruan sana siap-siap. Kalau telat, aku tinggal berangkat duluan lho ya."

Percuma. Aku tanya begitu pun gak dia jawab. Ya sudah, aku turuti saja dulu perintahnya untuk siap-siap. Dilihat dari waktu, juga seragam yang dipakai cowok itu, kayaknya aku harus pergi ke sekolah atau semacamnya. Dan seragam yang digantung itu pasti seragam sekolahku.

Eh, kayaknya aku ingat seragam itu.

Terutama blazer-nya, berwarna abu dengan garis hitam di sudutnya, dan rok dengan warna senada. Rasanya kayak pernah baca di wiki fandom.

Ah! I-itu 'kan... seragam sekolah Kunugigaoka di film <Ansatsu Kyoushitsu>.

Tunggu, apa aku di dunia anime?!

[][][]

To be continued...

Another Dimension (Completed) || Ansatsu Kyoushitsu FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang