2. Sindiran

160 170 195
                                    

"Ibu pandai melukis itu, jadi ceritanya gini, ibu punya kakek dan kakek ibu itu ternyata seorang pelukis..." beritahu Bu Dara panjang lebar.

Sudah menjadi kebiasaan para guru, jika sedang mengajar pasti akan melenceng ke arah lain saat menjelaskan. Entah itu menceritakan tentang perjalanan hidupnya, atau kesuksesan anaknya bahkan sampai profesi kakek buyutnya pun di ceritakan.

Padahal bagi para siswa, itu semua tidak penting sama sekali. Toh, kenal keluarganya saja tidak.

"Bodo amat sumpah gak nanya, mau kakeknya pelukis kek, mau pemulung kek. Apa hubungannya sama gue anjirr?!" Kesal Bella yang hanya dapat di dengar oleh Sasha dan Liora. Tetapi Liora memilih diam tidak menimbrung.

"Cape banget gue denger cerita bu Dara yang gak ada tamatnya" keluh Sasha.

"Gimana mau tamat, ceritanya aja macam-macam. Heran gue, kenapa bu Dara seneng banget cerita? Padahal mah gak penting sama sekali untuk kita tau!" Balas Bella menggebu-gebu, ia sudah sangat tidak nyaman berada di kelas. Apalagi hanya untuk mendengarkan cerita yang tidak jelas dari bu Dara.

"Sampai hapal gue, kata-kata pembukaan untuk memulai ceritanya gimana" Sasha sangat ingat ketika guru itu selalu bicara 'jadi gini ceritanya'.

"Kuy lah kantin" ajak Bella, dia sudah sangat jengah mendengarkan cerita dari bu Dara yang gak ada ujungnya.

"Gue ikut" Liora yang mendengar kata kantin menoleh ke arah belakang dengan semangat, memang dia duduk di depan Bella dan Sasha. Sehingga menyulitkan untuk dia ikut menimpali obrolan-obrolan temannya itu.

Bella mengacungkan tangannya untuk meminta izin ke toilet kepada bu Dara yang sedang sibuk bercerita. "Bu"

Tidak ada balasan, bu Dara masih asik dengan ceritanya. "Bu, ibu" panggil Bella sekali lagi.

Lagi-lagi tidak ada sahutan, Bella mendesah kesal lalu menatap Sasha agar dia yang meminta izin. "Mie burung Dara enaknya nyambung teruss" bukan meminta izin, tapi Sasha malah bernyanyi dengan suara cemprengnya.

Bu Dara menoleh dengan tatapan tajamnya "heh, kamu nggak sopan ya? Saya lagi bicara kamu malah nyanyi nyebut-nyebut nama saya!"

"Abisnya ibu saya panggil dari tadi nggak nyahut-nyahut"

"Mau apa kamu panggil saya?" Tanya bu Dara dengan nada yang tidak santai, mungkin dia kesal karena ceritanya tertunda.

"Mau izin bu ke kantin" jawab Sasha jujur. Bella mencubit lengan Sasha pelan, tapi terasa sakitnya. "Eh itu bu, ke toilet" ralat Sasha sembari meringis, mengusap lengannya yang di cubit.

"Yasudah, pergi kalian sana!" Usir bu Dara, nampaknya dia tidak sabar ingin melanjutkan ceritanya yang sangat boring itu, haha.

"Buset di usir cokk!"

***

Tiga gadis memasuki kantin yang tampak sepi karena memang jam pelajaran masih berlangsung. Tidak, ternyata di sana tidak hanya ada Bella, Liora dan Sasha. Tetapi di meja pojok terdapat tiga siswa yang sedang berceloteh ria. Salah satu cowok itu sedang tersenyum manis, Bella yang melihat itu menyunggingkan senyumnya.

"Kemaren di kampung gue, ada orang yang nelen ludahnya sendiri besoknya mati ke cekik tangannya sendiri" Kata Bella sengaja, dengan suara yang di keraskan.

Mandiri banget ya, nelen ludah sendiri, nyekik pun sendiri wkwk.

"Tetangga lo itu bel?" Tanya Sasha tidak di hiraukan Bella.

"Gila gak sih guys, ustadz aja nih ya yang suka ceramah masih introspeksi diri. Lah ini yang bukan siapa-siapa udah berani ceramahin orang, gak intro lagi!" Lanjut Bella masih dengan suara yang sangat keras. Seperti sengaja menyindir seseorang.

Liora dan Sasha mengernyitkan dahi tidak mengerti, Bella selalu tiba-tiba aneh. Seperti sekarang Bella ngomong nggak jelas, membuat Liora dan Sasha berpikir kalau Bella kesurupan.

"Lo kenapa si? Aneh banget omongannya!" Kata Liora.

"Katanya sekolah bukan untuk bolos, tapi dirinya sendiri masih bolos. Aneh sama orang yang suka ngingetin, tapi dirinya masih melakukan hal itu!" Sindir Bella ketika melewati meja tiga siswa tadi, matanya melirik salah satu cowok yang sedari tadi memperhatikannya ketika dia berceloteh.

Cowok itu berdiri, lalu menghentikan langkah Bella. "Lo nyindir gue?" Tanyanya.

Bella tersenyum remeh "nggak niat nyindir sih ya, tapi kalau kesindir bagus deh nyadarr!"

"Nggak niat tapi sengaja!"

Bella mengetuk hidung cowok itu dengan jari telunjuknya. "Nah, pinter. Itu tau"

Devan menepis tangan Bella dari hidungnya "tangan lo bau anjirr"

Bella mendelik tajam "enak aja, wangi parfum gini!"

Bella masih adu mulut dengan cowok itu, sedangkan Liora dan Sasha sudah pergi memesan makanan.

"Oh see, tadi lo bilang gue bolos, kan?" Tanya Devan.

Bella sedikit mendongak, karena memang tingginya kalah jauh di banding cowok itu. "Fakta, kan emang lo bolos!"

"Bodoh, lo gak lihat gue pakai baju basket?" Cowok itu menyeringai.

Bella menatap Devan lalu beralih menatap teman-temannya yang sedang duduk memperhatikan mereka berdua.

Sial! Bella baru menyadari jika dia dan temannya itu memakai baju basket dan artinya mereka baru saja melakukan olahraga basket.

Tidak mau kalah bicara, Bella malah semakin nyolot "ya emang lo pakai baju basket kata siapa pakai gaun!"

"Lo tau gue habis ngapain?"

"Habis main basket lah masa habis main congklak!"

Oh shit, cewek di depannya ini membuat Devan kesal setengah mati. Ucapannya yang sangat nyolot, tentu akan membuat siapa saja darah tinggi.

"Dan setelah main basket itu, di kasih waktu untuk beristirahat selama 10 menit. Lo tau itu, kan?" Devan bertanya dengan tersenyum miring.

"Terus?" Balas Bella cuek.

Devan menyentil dahi Bella pelan "itu artinya gue gak bolos, bodoh!"

"Bodo amat!" Kata Bella lalu berlari menyusul kedua temannya itu.

ANNABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang