9. Stay Alone

94 110 120
                                    

Stay alone, stay halal.

~happy reading~

Setelah kejadian di kantin tadi, Bella di tarik ke koridor yang sangat sepi oleh seseorang yang telah menggagalkan aksinya.

"Apa sih, maksud lo apa?!" Teriak Bella kesal.

"Diem" ujar cowok itu.

"Lo udah gagalin gue untuk balas dendam ke cabe itu!"

"Gue tau" jawabnya membuat Bella tersulut emosi.

"Lo lihat kan tadi? Dia jambak rambut gue, dia nampar gue! Gue nggak bisa diem gitu aja Devan!"

Devan menghela napas, menatap manik gadis itu dengan lekat. "Lo cuma perlu diam, gak usah ngebales dengan menampar balik atau melakukan yang lebih" ucap Devan tenang. Seakan tahu apa yang akan Bella lakukan selain menampar gadis itu.

"Nggak bisa gitu dong!" Jelas Bella tidak terima. Dia sudah di perlakukan tidak baik oleh cabe itu, ya walaupun memang dia yang memulai untuk memancing emosi Anggun.

"Tau nggak? Kalo lo bales nampar dia atau melakukan hal yang lebih, itu artinya lo sama aja kayak Anggun, nggak jauh beda" Devan berusaha memberi pemahaman kepada gadis itu.

Ucapan Devan ada benarnya tapi Bella tetaplah Bella yang tegas pada pendiriannya.

"Siapapun yang berani macam-macam sama gue, ya harus gue bales lah. Yakali gue diem aja, yang ada dia ngira gue kalah!" Ujar Bella masih dengan emosinya yang memuncak.

"Ampun suhuu" Devan terkekeh, tersenyum manis melihat wajah Bella yang emosi. Sungguh, gadis itu sangat lucu kalau lagi marah. Walau setiap bertemu dengannya selalu marah-marah tapi kali ini terlihat berbeda.

Bella tidak suka, cowok itu malah meledeknya dengan ucapan seperti itu. Sangat menyebalkan!

Bella menunjuk wajah Devan, memicingkan matanya "oh atau jangan-jangan, lo gagalin aksi gue karena lo merasa terganggu? Lagi pacaran, manja-manjaan, terus gue dateng makanya lo nahan gue supaya gak nampar pa.car lo itu! iya, kan?!" Ujar Bella dengan menekankan kata pacar.

Devan tersenyum dengan sangat manis "gue gak punya pacar, asal lo tau" Dia menatap Bella beberapa menit. "Kecuali, kalo lo mau jadi pacar gue" lanjutnya.

Bella mengernyitkan dahinya tidak mengerti "hah? Maksudnya gimana-gimana?"

Devan menghembuskan napas "Ayo, kita pacaran"

Paca.ran?

Pa.ca.ran?

Pacaran?

WHAT PACARAN? jadi ini dia di tembak nih ceritanya?

Gimana bisa anjir? Setiap ketemu ribut, nggak pernah deket, nggak pernah chattingan orang punya nomornya aja nggak. Tapi ini serius nih, Devan nembak dia?

Sempat terkejut, tapi dia menganggap itu hanya becanda. Bella mengecek kening Devan. "Pantes, lo sakit ternyata anjir"

"Gue serius"

Percaya nggak percaya tapi kudu percaya.

"Gila lo ya!"

"Mau?" Tanya Devan.

"Nggak!" Tolak Bella cepat.

"Gue cuma nanya mau? Bukan mau nggak? Jadi jawabannya cuma satu yaitu mau!" Ujar Devan memaksa.

Setelah di pikir-pikir, oke juga. Devan ganteng, manis juga iya. Kaya? Jelas jangan di tanya. Fiks, ini mah cocok buat ajang pamer ayang!

Tapi nggak deh, ganteng doang buat apa kalo nyebelin.

ANNABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang