11. Challenge

72 74 102
                                    

"Selamat pagi ma" sapa Bella yang baru sampai di ruang makan. Dia sudah rapih dengan pakaian santainya.

"Tumben bangun pagi, biasanya mama bangunin gak bangun-bangun" alih-alih menjawab sapaan Bella, Elena malah mencibir di pagi-pagi buta seperti ini.

"Ada kemajuan ma, mama harusnya seneng dong" kata Bella yang sudah duduk di meja makan.

"Aneh aja, biasanya kebo banget pakai alarm pun nggak bangun-bangun. Tapi sekarang bangun pagi sendiri, nggak nyangka mama kayak ada keajaiban aja sih" ungkap Elena, Bella yang mendengar tentu merasa gimana gitu. Ini mamanya loh tapi kalo ngomong benernya kebangetan.

Memang biasanya, Bella akan bangun tengah hari jika di hari libur. Malah pernah bangun setelah adzan zuhur, gila dia cewek tapi tidurnya kuat banget.

Ara si kecil yang mendengar lontaran sang mama tertawa mengejek kakaknya itu "Hahaha, kakak kebo bau, dekil, ndak pernah mandi"

Bella yang di sebut seperti itu melotot tajam ke arah sang adik. Enak aja dirinya di sebut kebo bau and dekil, helloo dia ini sudah mandi yak, sudah cantik jelita cetar membahana seperti ini di sebut kebo? Gila aja tuh si Arachimochi.

"Heh, gue udah cantik kayak selena gomes gini lo bilang kebo bau, dekil, dan nggak mandi?! Helloo adekku yang jelek, tolong mulutnya di jaga ya, nanti kakak sumpel pake tai mau?!"

"Mau, Ara mau cobain rasanya di sumpel pake tai" jawab Ara dengan semangat. Matanya berbinar, kala mendengar kata tai.

Halah bocah-bocah!

"Sini gue sump..." gadis itu belum menyelesaikan omongannya tapi mulutnya sudah terisi penuh oleh roti yang di isi penuh dengan coklat.

"Nih sumpel nih" ujar mamanya sembari menyumpelkan roti ke dalam mulut Bella. Coklatnya menyebar ke sudut bibir Bella hingga ke pipi. "Makan tuh sumpel" lanjut Elena.

"Mamaaa" teriak Bella sembari mengelap wajahnya yang terkena coklat. Sekarang dia seperti anak kecil yang penuh dengan coklat. Wajahnya sudah cantik-cantik, jadi seperti ini.

"Tuh kan, kakak jelek, dekil hahaha" Ara tertawa terpingkal-pingkal, melihat bibir Bella yang di penuhi dengan coklat.

"Anj..."

"Mulutnya di jaga, Ara masih kecil jangan kamu ajarin kata-kata yang nggak-nggak!" Elena menatap tajam Bella.

"Anjir ma, makanya dengerin dulu kalo aku ngomong jangan maen di potong-potong gitu!"

"Kamu di bilangin ngelawan terus, bukannya terima kalo salah!" Elena menatap tajam.

"Kalo terima itu bukannya kalo di tembak ya ma?"

"Bellaaa" Elena sudah sangat kesal dengan anaknya yang satu itu selalu saja menjawab, benar-benar bikin darah naik. Harus selalu ekstra sabar menghadapi Bella yang tingkahnya seperti itu. Selalu saja melawan.

"Mang ujang jualan bubur, kaburrrr" sebelum mendengar amukan sang mama, Bella lari terbirit-birit keluar rumah sambil membersihkan bibirnya yang belepotan karena coklat. Ini gara-gara mamanya, huh.

***

Pagi ini, Bella berniat lari pagi. Sebenarnya sangat malas sih, tapi sesekali lah keluar nyari cogan, jangan di rumah terus.

Udara pagi ini sangat segar, Bella menghirupnya dalam-dalam. Dia berlari kecil melewati komplek perumahannya. Belum beberapa meter aja, dirinya sudah cape. Mungkin, karena dia tidak pernah kemana-mana. Jadi cepat lelah.

Bella mendudukkan bokongnya di bangku taman dekat komplek perumahannya. Sebelum duduk, dia membeli aqua botol terlebih dahulu. Di sana ramai sekali pengunjung dan para pedagang.

Bella membuka tutup botol lalu meneguknya sampai setengah. Dia sangat haus, tenggorokannya kering. Bella menatap ke segala arah, dia menghembuskan napas kala melihat orang-orang yang berpasangan.

Fyuh, semuanya memiliki kekasih.

"Aaaa gue pengin punya pacar. Gue juga pengin bucin kayak orang-orang, cape jomblo terus" teriak Bella frustasi sambil meremas botol aqua yang sudah habis.

"Sok nolak, sekarang teriak-teriak pengin punya pacar!" Cibir seseorang tiba-tiba.

Mata Bella membola, ternyata ada yang mendengar ucapannya. Bella menatap cowok itu yang sudah duduk di sampingnya. "Ngapain lo duduk di sini?" Tanya Bella tidak suka.

"Terserah gue lah mau duduk dimana aja" balas Devan dengan nada yang sangat menyebalkan menurut Bella.

"Dih, amit-amit gue mah. Pindah gak lo?!"

"Nggak mau, sono lo aja yang pindah"

Enak aja, yang duduk duluan di sini kan Bella. Kenapa dia yang di suruh pindah? "Nggak, gue duluan yang duduk di sini! Lo yang harusnya pindah!"

"Sama-sama nggak mau pindah kan? Yaudah sih duduk berdua aja" ucap Devan memberikan pendapat. Masalah bangku doang sampai ribut gitu, nggak tahu malu.

"Niatnya keluar nyari cogan, kenapa malah ketemu si oncom buluk ini sih?" Batin Bella kesal karena tidak sesuai ekspetasi. Padahal Devan juga termasuk cogan, mungkin Bella malu mengakui itu.

"Gue punya challenge buat lo" ujar Devan membuat Bella tertarik dengan pembicaraannya.

Bella menoleh ke arah Devan, bermaksud bertanya apa yang akan cowok itu katakan "apa?"

"Pacaran sama gue dalam waktu sebulan aja. Kita buktiin siapa yang akan baper duluan"

"Yang menang dapat apa?" Challenge yang lumayan menarik, pikir Bella.

"Kalau gue yang baper sama lo duluan, selama sebulan lo boleh pakai black card gue sepuasnya" Devan berucap dengan serius. Tidak ada kebohongan yang tersirat di matanya.

Bella bisa menggunakan black card cowok itu sepuasnya untuk apa yang ia inginkan. Lumayan, menghemat uang miliknya.

"Dan kalau lo yang baper sama gue duluan, lo harus melayani gue setiap hari, full selama sebulan. Gimana?" Devan melanjutkan.

Melayani bagaikan babu? Huh, dia pikir Bella pembantu gitu. Tapi kalau Bella yang menang, lumayan juga. Sekalian dia pengin menunjukkan kepada Devan kalau pesonanya itu sangat kuat, Devan sudah menghinanya waktu itu. Kata-katanya masih terngiang-ngiang di telinga Bella.

"Tapi kalau ternyata lo benar-benar cinta sama gue ataupun sebaliknya gimana?" Tanya Bella setelah memikirkan ini. Jika dirinya baper, maka perasaannya yang akan di mainkan. Ini hanya challenge, dia tidak boleh baper beneran.

"Kita lanjutkan pacaran aja, gampang kan?" Ucap Devan dengan gampangnya.

"Ta-tapi" Bella melirik Devan, ia tidak terlalu yakin.

"Gimana?"

Setelah beberapa menit Bella berpikir, akhirnya gadis itu menemukan jawabannya. "Oke, gue terima challenge lo!" sebenarnya Bella tidak ingin memainkan perasaan, tapi gimana dia tergoda dengan black card cowok itu. Apapun yang ingin di beli bisa terkabul, huh senangnya.

***

Akhirnya Belvan jadian juga😂

Menurut kalian siapa nih yang akan baper duluan, Bella atau Devan?

Jangan lupa berikan vote dan komentar okey.

Share cerita ini ke teman-teman kalian😚

Salam sayang❤

ANNABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang