PROMISE

2 0 0
                                    

Keesokan harinya, aku pergi ke sekolah seperti biasa. Dalam perjalanan menuju kelas, sangat sunyi. Tak ada yang berisik atau yang biasanya selalu memanggil namaku. Aku berada dalam kedaimaian.

Kelas dimulai selama 3 jam lalu dilanjutkan dengan jam istirahat. Aku ke kantin dan makan dengan tenang.

Wah, ternyata lelaki itu benar-benar menepati janjinya untuk tidak menggangguku lagi setelah pergi berkencan seharian dengannya. Aku bahkan tidak melihatnya dari pagi.

Ya, inilah kehidupan normal yang kuinginkan dan seharusnya kujalani.

***

Seminggu berlalu dengan cepat. Rasanya aneh jika hidupku terlalu damai seperti ini. Bukannya aku ingin diganggu olehnya, tapi ini seperti hal yang tidak biasa olehku. Seolah-olah kicauan dari seorang Sakamoto Ryouta adalah hal yang sudah biasa kudengar tiap harinya.

Satu minggu setelah kencan, hari-hariku menjadi terlalu damai. Aku bahkan belum melihatnya sejak hari kencan itu.

Ah ya benar. Aku baru menyadari suatu hal. Selain suaranya, bahkan wujudnya saja sudah tidak pernah ku lihat lagi.

Bukankah ini terlalu aneh? Bukannya aku merindukannya. Hanya saja aneh. Terasa aneh. Kedamaian yang kuimpikan sejak lama, terasa aneh.

Bagaimana aku bisa menyimpulkannya?

Aku sendiri bingung dengan diriku. Biasanya, lelaki itu selalu ada dimanapun aku berada. Dia akan muncul dari arah mana saja yang selalu membuatku menghela nafas berat.

Aku penasaran kenapa Ryouta tidak pernah terlihat. Aku hanya penasaran.

Saat jam istirahat, aku mencoba pergi ke kelas Ryouta. Kelas 11-2.

"Subaru-san." Panggilku ketika melihat Subaru keluar dari kelas. Teman sekelas Ryouta. Kadang aku melihat mereka nongkrong bersama di kantin dan taman.

Subaru menoleh.
"Ada apa, Fujisaki-san?" Tanyanya.

"Beberapa hari ini, aku tidak melihat Ryouta. Dia kemana?"

"Kau belum tau?" Raut wajah Subaru seperti terkejut dengan pertanyaanku.

"Apa?" Aku tidak mengerti.

"Ryouta sudah pindah dari seminggu yang lalu."

Deg.
Aku terdiam untuk beberapa saat lalu lanjut bertanya.

"Pindah kemana?"

"Ke Amerika." Jawab Subaru.

"Fujisaki-san, aku duluan yaa." Pamit Subaru.

"Eh, iya." Jawabku sedikit kelagapan.

Jadi ini yang dimaksud dengan tidak akan menggangguku lagi?
Bukan tidak akan, tapi memang tidak bisa menggangguku lagi. Pantas saja dia memintaku untuk tersenyum diatap waktu itu dan mengajakku kencan dengan janji tidak akan menggangguku lagi.

Amerika?
Sepertinya kurang jauh. Kenapa tidak sekalian ke Antartika saja.

Aku kembali ke kelas dengan perasaan yang aku bahkan sulit untuk menjelaskan.

Ini aneh.
Harusnya aku senang pria itu tidak disini lagi. Seharusnya.

Tapi aku kini justru merasa ada yang hilang. Ada yang kurang. Sepi.

Biasanya, suaranya selalu muncul entah darimana dan selalu mengusik ketenangaku.

Ya. Ini aneh.
Kehadirannya seolah-olah sudah menjadi bagian dari keseharianku.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang